|
Ampiteater Doesoen Kakao, Glenmore, Banyuwangi. |
Selama pandemi Covid-19,
Doesoen Kakao yang dikenal sebagai destinasi
agrowisata di Kecamatan Glenmore, Banyuwangi barat, ditutup dari kunjungan umum.
Namun diam-diam, kevakuman ini dimanfaatkan untuk berbenah. Hasilnya, sebuah spot baru berupa amphiteatre yang cantik, berhasil dirampungkan.
Ampiteater atau amfiteater adalah sebuah panggung pertunjukan terbuka untuk menggelar pertunjukan hiburan, olahraga atau seni. Terbuka artinya panggung tersebut berada diluar ruangan atau alam bebas.
Ciri khas ampiteater biasanya memiliki bentuk bangunan atau landscape oval atau melingkar, terutama letak posisi penonton.
Hal ini sesuai asal kata amphiteatre itu sendiri dari bahasa Yunani kuno ; Amphi yang berarti "dikedua sisi" dan theatron artinya "tempat untuk melihat".
|
Pintu masuk kafe Doesoen Kakao |
Doesoen Kakao sendiri merupakan sebuah agrowisata yang berada di perkebunan Kendeng Lembu, Kecamatan Glenmore, Kabupaten Banyuwangi. Produk premiumnya berupa cokelat Edel berkualitas ekspor.
Spot utama Doesoen Kakao adalah sebuah kafe yang menyediakan aneka makanan dan minuman berbahan cokelat, disamping menu lain. Untuk rasa cokelat yang original, disarankan meminumnya tanpa gula.
Selama wabah Covid-19 berlangsung, pengunjung Doesoen Kakao diwajibkan mengenakan masker dan mematuhi protokol kesehatan.
|
Tempat cuci tangan di dekat pintu masuk cafe Doesoen Kakao, cukup pijak pedal, sabun dan air keluar sendiri. |
Ampiteater Doesoen Kakao memiliki sejumlah keistimewaan. Seperti apa?
Spot terbaru Doesoen Kakao adalah sebuah ampiteater yang unik, landscapenya benar-benar menyatu dengan alam sekitarnya. Namun banyak pengunjung yang kurang menyadarinya, lantaran letaknya di belakang kafe.
|
Letak ampiteater setelah melewati taman di belakang kafe Doesoen Kakao. |
Padahal untuk mencapai lokasi ampiteater, pengunjung hanya perlu berjalan sekitar 100 meter saja melewati taman di belakang kafe.
|
View ampiteater Doesoen Kakao dilihat dari atas, |
Di bagian belakang kafe Doesoen Kakao mengalir sebuah sungai kecil dengan debit air yang tak seberapa deras. Letaknya ke bawah cukup dalam. Area ini asalnya adalah sebuah hutan kecil. Kemudian disulap menjadi ampiteater yang cantik.
|
Antara panggung ampiteater dengan tempat duduk penonton dipisahkan oleh sebuah sungai kecil. Untuk menghubungkannya, dibangun sebuah jembatan di atasnya. |
Sebuah jembatan lebar dibangun di atas sungai sebagai penghubung antara panggung pertunjukan dengan deretan kursi penonton.
|
Panggung ampiteater Doesoen Kakao mengadopsi budaya Suku Osing. |
Panggung pertunjukan dibangun di seberang sungai dengan ornamen sebuah omprok raksasa dan motif gajah oling di tengahnya sebagai ikon.
|
panggung ampiteater Doesoen Kakao, Glenmore |
Omprok bagi penari Gandrung adalah sebagai hiasan kepala atau mahkota yang wajib dikenakan saat sedang menarikan tarian Gandrung.
|
Omprok alias mahkota penari Gandrung |
Yang unik, atap panggung terbuat dari bambu khusus yang disusun seperti kuku tarung dengan membran transparan sebagai penutup atapnya.
|
Atap panggung ampiteater terbuat dari bambu khusus dan anyaman bambu. |
Gantungan buah kakao yang telah dikeringkan menjadi hiasan atap panggung ampiteater. Dilengkapi kata Osing di bagian depan atap panggung, seakan menegaskan bahwa panggung ampiteater tersebut merupakan kolaborasi antara budaya Suku Osing dengan tradisi perkebunan cokelat di Kendeng Lembu.
|
Bentuk atap panggung ampiteater Doesoen Kakao, memadukan budaya Osing dan tradisi perkebunan cokelat. |
Ampiteater berkonsep budaya Osing dikuatkan dengan keberadaan rumah adat Suku Osing di sisi kanan-kiri panggung ampiteater. Bisa juga nantinya rumah adat ini dikembangkan menjadi homestay yang bisa disewa oleh pengunjung yang bermalam.
|
Rumah adat Suku Osing dihadirkan di sisi kanan-kiri panggung ampiteater. |
Nah, posisi tempat duduk penonton ini lebih tinggi dari panggung dan bentuknya setengah melingkar. Tempat duduk nya berundak ke atas, seluruhnya ada 15 undakan.
Diantara undakan tempat duduk yang juga berfungsi sebagai anak tangga untuk naik -turun penonton ini terdapat pepohonan besar yang sengaja dibiarkan seperti posisi awalnya. Selain untuk kelestarian lingkungan, juga berfungsi sebagai tempat berteduh penonton.
|
Lahan awal sebelum dibangun ampiteater. |
|
Setelah dibangun menjadi undakan tempat duduk penonton ampiteater. |
Jadi ampiteater Doesoen Kakao ini dibangun dengan sedikit sekali mengubah apalagi merusak habitat aslinya.
Ampiteater semacam ini juga terdapat di
Taman Gandrung Terakota yang biasa dipakai untuk pagelaran musik jazz dan pertunjukan sendratari Meras Gandrung.
Nantinya ampiteater Doesoen Kakao Glenmore bisa dimanfaatkan untuk melakukan berbagai pagelaran seni budaya secara rutin maupun event festival Banyuwangi. Bisa saja nantinya digelar Jazz Doeseon Kakao.
|
Panggung ampiteater Doesoen Kakao, berbagai event bisa digelar disini. |
Hemm... sebuah cara lain menikmati pertunjukan seni sembari ditemani secangkir #CokelatEdel yang nikmat.
|
Cokelat yang kental dengan cita rasa yang khas Doesoen Kakao. |
Dan yang pasti, ampiteater ini juga menjadi spot foto yang tak boleh dilewatkan oleh para wisatawan yang berkunjung ke Doesoen Kakao. Bukan begitu, mas bro?
0 komentar:
Posting Komentar