Di Banyuwangi terdapat sejumlah lokasi yang menjadi tempat
penyu bertelur. Dahulu telur-telur penyu tersebut banyak diburu masyarakat
untuk diperjualbelikan karena nilai ekonomisnya yang cukup tinggi. Namun kemudian
ada kesadaran dari sekelompok masyarakt tentang pentingnya penyelamatan telur penyu
demi menjaga kelestarian penyu dari kepunahan.
Pelepasliaran 1.300 tukik (anak penyu) di Pantai Cacalan melibatkan anak-anak sebagai bagian edukasi pentingnya pelestarian penyu. |
Telur-telur penyu yang dikumpulkan tersebut kemudian ditangkarkan
dan selanjutnya setelah menetas dan mencapai umur tertentu akan dilepasliarkan
ke laut. Biasanya pada momen penting dilakukan acara pelepasliaran tukik (anak
penyu) secara massal.
Kali ini menyambut peringatan HUT ke 72 RI dan sekaligus
Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN), sebanyak 1.300 ekor Tukik dilepasliarkan para
pelajar pramuka dan masyarakat Banyuwangi di Pantai Cacalan.
Ribuan Tukik itu hasil penangkaran Banyuwangi Sea Turtle
Foundation (BSTF), sebuah yayasan non pemerintah yang memiliki kepedulian
terhadap penyelamatan tukik diluar kawasan konservasi di Banyuwangi.
Sejak berdiri pada 2011, Banyuwangi Sea Turtle Foundation
telah menyelamatkan 417 sarang dengan sekitar 40 ribu tukik di Banyuwangi.
Tukik-tukik yang dilepasliarkan di Pantai Cacalan tersebut
adalah jenis penyu Lekang yang berasal dari penangkaran dan penetasan telur
penyu selama beberapa bulan dari garis panjang pantai 12,5 km Selat Bali. Sebanyak
1.300 tukik diperoleh dari 141 sarang penyu di 7 titik pendaratan di sepanjang
pantai Banyuwangi.
Selanjutnya telur penyu tersebut dipindah ke tempat
penangkaran telur penyu milik BSTF sampai menetas. Proses penetasan dilakukan
sejak bulan April hingga Agustus 2017. Setelah menetas kemudian anak penyu
alias tukik tersebut dilepasliarkan di pantai Cacalan.
Menurut Wiyanto Haditanodjo, Pembina BSTF, penyu harus
dijaga dan perlu diketahui generasi muda, karena regenerasi penyu membutuhkan
waktu hingga puluhan tahun.
"Edukasinya mulai sejak anak-anak. Kami ingin
menunjukkan bahwa penyu ini merupakan hewan dilindungi. Tukik yang dilepas ini
baru 20 tahun lagi baru bisa bertelur," jelasnya.
Pelepasliaran Tukik sebanyak itu bisa dibilang terbesar di
Banyuwangi, melibatkan para pelajar pramuka dan perwakilan masyarakat umum.
Pelaksanaannya dibagi dua kelompok. Sebanyak 1.000 Tukik
dilepas oleh anggota pramuka, sedangkan 300 Tukik dilepasliarkan masyarakat
umum.
Pelepasliaran tukik sengaja dilakukan pada sore hari. Menurut Wiyanto, karena pada sore hari diasumsikan predatornya sudah kenyang, sehingga para tukik yang baru dilepasliarkan di laut semakin banyak yang hidup.
Pelepasliaran tukik sengaja dilakukan pada sore hari. Menurut Wiyanto, karena pada sore hari diasumsikan predatornya sudah kenyang, sehingga para tukik yang baru dilepasliarkan di laut semakin banyak yang hidup.
Dari 6 jenis penyu di Indonesia, ada 4 jenis penyu yang
bertelur dan menetas di Banyuwangi. Keempat penyu tersebut yaitu penyu hijau (Chelonia mydas),
penyu belimbing (Dermochelys coriacea), penyu sisik (Eretmochelys imbricate)
dan penyu lekang (Lepidochelys olivace) yang hidup di sepanjang pantai
Banyuwangi dan di Taman Nasional Alas Purwo (TNAP) serta Taman Nasional Meru
Betiri (TNMB).
Dari keempat jenis itu, tukik belimbing tergolong langka,
dan hanya dapat ditemukan di daerah alas Purworejo dan Pantai Sukomade.
Secara teori, dari setiap 1000 tukik yang dilepasliarkan,
hanya satu yang memiliki kesempatan hidup sampai dewasa. Sebagian besar menjadi
santapan predator, penangkapan atau mati karena faktor lainnya.
Karena itu melibatkan partisipasi para pelajar dalam acara
pelepasliaran tukik merupakan bagian dari edukasi untuk meningkatkan rasa
kepedulian generasi muda terhadap keberlangsungan hidup dan pelestarian penyu yang
menghadapi ancaman kepunahan.
"Kita harapkan ini menjadi penyemangat baru masyarakat
untuk melakukan konservasi penyu yang hampir punah. Ini juga edukasi terhadap
siswa-siswi anggota pramuka. Mengisi kemerdekaan dengan memerdekakan
penyu," jelas Wiyanto.
Berikut foto-foto
pelepasliaran 1300 tukik di Pantai Cacalan, Sabtu (19/8/2017), yang
melibatkan para pramuka dan berbagai elemen masyarakat. Kontributor Banyuwangi
Bagus, Marcellinus Franky Triawan, termasuk salah satu diantaranya yang sekaligus melakukan dokumentasi kegiatan tersebut.
Sekitar seribu pelajar pramuka Banyuwangi mengikuti pelepasliaran tukik di Pantai Cacalan. |
Para Pramuka bersiap melepasliarkan tukik, menunggu aba-aba. |
Antusiasme anak-anak melepasliarkan tukik. |
Sebagian masyarakat umum yang mengikuti pelepasliaran tukik di Pantai Cacalan, Banyuwangi. |
Para tukik berlomba menuju habitatnya. Dibalik kemerdekaannya di laut bebas, terdapat ancaman besar terhadap keberlangsungan hidupnya. |
0 komentar:
Posting Komentar