Festival Bakul - Salah satu tujuan wisatawan ke suatu daerah adalah menikmati kulinernya. Kesadaran ini diangkat oleh Pemkab Banyuwangi dengan menggelar
festival kuliner secara rutin untuk memperkenalkan sekaligus mengangkat pamor
makanan tradisionalnya. Setiap tahun ada menu makanan khusus yang dipromosikan.
Setelah sebelumnya mengangkat Rujak Soto, Sego Tempong dan
Sego Cawuk, untuk Festival Banyuwangi Kuliner 2017, tema yang diusung adalah “Pecel
Pitik” yang merupakan makanan tradisional khas Suku Osing atau masyarakat asli
Banyuwangi.
Festival Bakul (Banyuwangi
Kuliner) 2017 memang istimewa karena berlangsung 5 hari, mulai 12 sampai 16
April 2017, di Taman Blambangan. Sebanyak 187 peserta yang terdiri atas pemilik warung,
pelaku restoran dan jasa boga terlibat dalam lomba meracik Pecel Pitik terbaik
dengan mengenakan pakaian khas Banyuwangi dan penutup kepala ala chef.
Para peserta ini berlomba menyajikan cita rasa Pecel Pitik
yang enak, bersih lengkap dengan cara penyajiannya. Tujuan lomba agar standar
rasa dan penyajian penjual Pecel Pitik ini juga ikut naik, sehingga wisatawan
merasa puas.
Selain lomba, pengunjung festival Bakul juga bisa menikmati
Pecel Pitik dan masakan khas dari seluruh Banyuwangi yang disajikan puluhan
stand yang menjualnya.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, perhelatan festival
Banyuwangi kuliner selalu mengundang chef nasional yang sudah populer. Setelah
Chef Marinka dan Chef Aiko, kali ini giliran Junior Rorimpandey atau lebih
dikenal dengan Chef Juna yang didapuk meramaikan festival.
Chef Juna berpose dengan Bupati Banyuwangi Azwar Anas (via https://twitter.com/kominfosandibwi) |
Dalam kesempatan tersebut, Chef Juna melakukan demo masak,
memberikan salah satu penyajian Pecel
Pitik yang lebih menarik.
"Ada ciri khas pada kuliner
Banyuwangi yang tak ditemui di tempat lain, seperti pada aspek perpaduan bumbu
dan bahkan perpaduan jenis makanan. Rasanya enak. Tapi rasa enak tidak cukup,
harus disajikan dengan menarik," komentar Chef Juna.
Menurutnya, kekhasan olahan Pecel Pitik ini pada kelapanya. Kalau
biasanya ayam dimasak dengan bumbu, tapi Pecel Pitik Banyuwangi dimasak dengan
bumbu, kelapa, dan ditambah kacang, dimasak bersamaan.
Hasilnya Pecel Pitik kaya rasa dan enak. Ini kuliner
nusantara yang unik, pujinya. Dan berikut ini gaya Chef Juna beraksi meracik Pecel Pitik yang mengundang para ladies mengerumuninya.
Chef Juna tengah meramu Pecel Pitik (via https://twitter.com/kominfosandibwi) |
Kuliner Pecel Pitik Khas Banyuwangi
Pecel Pitik adalah kuliner tradisional Suku Osing di
Banyuwangi. Menu yang berbahan utama ayam kampung ini melekat di kalangan
masyarakat yang tinggal di desa-desa yang mayoritasnya adalah Suku Osing,
seperti di Desa Kemiren dan Desa Bakungan. Biasanya menu Pecel Pitik muncul pada
saat warga punya hajat (selamatan) atau pada waktu upacara adat, seperti bersih
desa.
Pecel Pitik dalam bahasa Indonesia berarti Pecel Ayam, tapi
tidak berarti seperti yang dibayangkan bahwa ini berupa ayam yang dicampur atau
dimasak dengan bumbu pecel.
Pecel Pitik benar-benar beda dan unik. Menu Pecel Pitik ini
sarat makna kultural di balik proses pembuatannya. Pecel pitik di kalangan
masyarakat Suku Using adalah akronim dari "diucel-ucel perkara hang
apik," yang artinya kurang lebih dilumuri dengan bebagai perkara yang
baik.
Kuliner Pecel Pitik ini mengandung makna 'mugo-mugo barang
hang diucel ucel dadio barang hang apik'. Semoga segala yang diupayakan
membuahkan hasil yang baik.
Pecel pitik menggunakan bahan utama ayam kampung utuh yang
masih muda, tanpa jeroan. Setelah disembelih, ayam kampung dibersihkan lalu dipanggang
secara utuh dengan bara kayu. Memasaknya tidak boleh di atas api, tapi di depan
api. Dibutuhkan kesabaran serta keahlian khusus agar daging ayam tidak gosong
dan matangnya merata.
Sedangkan bumbu yang digunakan sangat sederhana yaitu kemiri
atau kacang tanah goreng, cabai rawit, bawang putih goreng atau bakar, terasi
bakar, daun jeruk, gula dan garam. Bumbu-bumbu tersebut dihaluskan, lalu dicampur
dengan parutan kelapa muda. Inilah bumbu pecel ala Suku Osing.
Ada pantangan selama memasak Pecel Pitik, yaitu dilarang
keras banyak bicara. Harus diam dan banyak berdoa. Bahkan di jaman dulu,
perempuan yang memasak Pecel Pitik harus dalam keadaan suci, tidak boleh sedang
menstruasi.
Ayam yang telah dipanggang lantas disuwir kecil-kecil menggunakan
tangan. Untuk memisahkan tulang juga harus menggunakan tangan dan dilarang
menggunakan pisau.
Setelah menjadi bagian kecil, ayam akan dicampur dengan
parutan kelapa muda yang sudah dibumbui. Agar lebih nikmat juga bisa dicampur
dengan sedikit air kelapa.
Meskipun Pecel Pitik merupakan kuliner tradisional yang
terkait dengan tradisi budaya Suku Osing, bukan berarti tidak bisa dinikmati
dalam keseharian, namun jumlah dan tempat makan yang menyediakan menu ini
relatif tidak sebanyak menu populer seperti Sego Tempong.
Nah dengan mengangkat Pecel Pitik sebagai tema Festival Kuliner Banyuwangi 2017, pamornya akan meningkat dan dikenal lebih luas di
kalangan pecinta kuliner. Sehingga ke depan, wisatawan pun lebih mudah menemukan
menu Pecel Pitik di berbagai warung maupun rumah makan ketika berkunjung ke
Banyuwangi.
Chef Juna pun mengapresiasi kuliner khas Osing ini. Seperti
dilansir Liputan6.com, cita rasa dan keunikan kuliner Pecel Pitik ini bahkan
membuat Chef Juna tertarik untuk menjadikannya salah satu menu di restoran
miliknya.
Bagaimana dengan kamu? Penasaran dengan rasa Pecel Pitik asli Banyuwangi ini? Yuk cus halan-halan ke Banyuwangi.
Bagaimana dengan kamu? Penasaran dengan rasa Pecel Pitik asli Banyuwangi ini? Yuk cus halan-halan ke Banyuwangi.
0 komentar:
Posting Komentar