Wisata Syariah Pulau Santen Banyuwangi - Inilah gebrakan terbaru Pemkab Banyuwangi dalam mengembangkan destinasi wisata baru. Menyulap kawasan Pulau Santen menjadi kawasan wisata berbasis syariah atau halal. Konsep wisata halal yang menjadi impian Banyuwangi kini terwujud.
Secara bertahap Pemkab Banyuwangi menata kawasan Pulau Santen. Bangunan-bangunan liar yang dulu banyak berdiri di pulau ini dipindahkan. Jembatan menuju Pulau Santen dicat merah muda. Dilengkapi musala yang terbuat dari bambu, dan ditanami tanaman-tanaman. Di bibir pantai dipasang payung-payung pantai untuk tempat berteduh.
Pengenalan Pulau Santen sebagai destinasi halal tourism Banyuwangi, Kamis (02/03/20170), sengaja dilakukan meskipun baru sebatas berbentuk konsep dan penataan awal. Tujuannya untuk memberi semangat kepada masyarakat dan semua elemen agar semakin kompak dan bahu-membahu menata kawasan wisata khusus ini. Kerja keras dan gotong royong yang melibatkan semua unsur masyarakat dan dinas diharapkan menjadi contoh bagaimana sebuah modal sosial mampu menjadi modal berharga dalam pembangunan daerah.
Berikut sekilas tentang konsep pengembangan Pulau Santen yang diplot sebagai wisata berbasis syariah pertama di Banyuwangi, bahkan di Indonesia.
Sejumlah proyek perbaikan difokuskan pada pintu masuk. Untuk menuju Pulau Santen pengunjung akan melintasi jembatan kayu. Saat melintasi jembatan kayu itu, pengunjung akan dimanjakan panorama mangrove berbentuk hati. Mangrove yang menghadap ke arah jembatan itu juga akan dibuat tulisan I Love BWI.
Dengan melintasi jalan setapak dari kayu ulin, pengunjung bisa mengelilingi mangrove di tengah muara pantai tersebut. Setelah melintasi jembatan kayu yang membentang sepanjang 100 meter dan panorama mangrove berbentuk hati, wisatawan juga bisa menikmati panorama Selat Bali.
Di sebelah kanan jembatan tersebut akan dibangun puskesmas pembantu (pustu) yang akan memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat dan wisatawan. Pada sisi sebelah kiri jembatan akan dipercantik dengan payung kain lebar yang membentang di antara pepohonan santen.
Berikut foto-foto launching Wisata Syariah Pantai Pulau Santen Banyuwangi.
Secara bertahap Pemkab Banyuwangi menata kawasan Pulau Santen. Bangunan-bangunan liar yang dulu banyak berdiri di pulau ini dipindahkan. Jembatan menuju Pulau Santen dicat merah muda. Dilengkapi musala yang terbuat dari bambu, dan ditanami tanaman-tanaman. Di bibir pantai dipasang payung-payung pantai untuk tempat berteduh.
Pengenalan Pulau Santen sebagai destinasi halal tourism Banyuwangi, Kamis (02/03/20170), sengaja dilakukan meskipun baru sebatas berbentuk konsep dan penataan awal. Tujuannya untuk memberi semangat kepada masyarakat dan semua elemen agar semakin kompak dan bahu-membahu menata kawasan wisata khusus ini. Kerja keras dan gotong royong yang melibatkan semua unsur masyarakat dan dinas diharapkan menjadi contoh bagaimana sebuah modal sosial mampu menjadi modal berharga dalam pembangunan daerah.
Berikut sekilas tentang konsep pengembangan Pulau Santen yang diplot sebagai wisata berbasis syariah pertama di Banyuwangi, bahkan di Indonesia.
WISATA PANTAI SYARIAH PERTAMA DI INDONESIA
Pulau Santen Banyuwangi dikembangkan sebagai destinasi wisata berkonsep syariah atau halal. Bisa dikatakan inilah wisata pantai halal pertama di Banyuwangi bahkan Indonesia. Konsep ini dilirik atas pertimbangan matang.
Konsep wisata halal dikembangkan Pemkab Banyuwangi sebagai diferensiasi serta segmentasi pariwisata Banyuwangi terhadap daerah lain. Label wisata halal akan menjadi pembeda antara wisata Banyuwangi dengan wisata di daerah lain.
Di sisi lain, wisata halal memiliki potensi besar menyedot wisatawan lokal dan asing, khususnya wisatawan muslim. Pasar kelas menengah muslim didalam maupun luar negeri yang terus tumbuh menjadi alasan kuat untuk menggarap segmen wisata halal secara serius. World Halal Tourism Summit memprediksi, pada 2019,
perputaran uang di industri wisata halal mencapai USD 238 miliar.
Potensi ini terbukti banyak dilirik oleh negara dengan penduduk muslim minoritas. Negara seperti Thailand, Singapura, dan
Jepang bahkan punya jumlah hotel dan restoran bersertifikasi halal yang lebih banyak
dibanding Indonesia. Peluang ini akan diambil oleh Banyuwangi.
Yang dimaksud dengan wisata syariah atau wisata halal ala
Banyuwangi bukan berarti membatasi destinasi wisata hanya untuk kaum muslim.
Konsep wisata halal yang dikembangkan di Pulau Santen adalah
pengembangan destinasi wisata yang diantaranya ditandai dengan jaminan
fasilitas halal. Seperti, makanan halal, tidak menjajakan alkohol,
pemberitahuan waktu jelang beribadah (azan), tempat bersuci lengkap dengan
fasilitas tempat ibadah, serta fasilitas berkonsep pemisahan antara laki-laki
dan perempuan.
Nantinya seluruh pramuwisata di Pulau
Santen akan mengenakan kerudung dan mengedepankan konsep Islami. Kalau
ada wisawatan datang, mereka akan memberikan salam, sapa dengan
ramah, sopan, dan santun.
Sesuai dengan konsep syariah "kebersihan adalah sebagian dari iman", untuk menjaga
kelestarian, keindahan, dan kebersihan kawasan Pulau Santen, wisatawan yang datang
diwajibkan membawa kantong plastik sebagai tempat sampah makanan
yang dibawa. Sebelum meninggalkan tempat, para wisatawan diminta membuang
sampah ke tempat yang disediakan.
Konsep wisata halal sama sekali tidak ada unsur SARA,
kecuali soal segmentasi pasar serta strategi pemasaran.
“Sekali lagi, ini bukan soal SARA, tapi bicara soal
segmentasi pasar, bicara strategi pemasaran. Destinasi ini bukan hanya untuk
muslim, tapi juga semua umat. Hanya konsep dan koridornya yang berhaluan halal
tourism, tapi pengunjungnya siapapun boleh menikmati. Semuanya kita lakukan
bertahap seiring dengan penataan yang akan terus berjalan,” jelas Bupati Azwar Anas.
LOKASI PULAU SANTEN BERADA DEKAT EKS LOKALISASI
Pulau Santen yang merupakan pulau kecil di Kelurahan Karangrejo, letaknya
tak jauh dari pusat kota Banyuwangi, sebelumnya dikenal kumuh dan kotor. Di
kelurahan ini dulunya dikenal adanya lokalisasi Pakem yang cukup populer, namun
sejak tahun 2013 lokalisasi ini sudah ditutup secara permanen. Kebetulan
lokasinya berdekatan dengan Pulau Santen. Dampak lokasi yang berdekatan ini mau
tak mau membuat Pulau Santen ikut kecipratan image negatif.
Kini,
di dekat bekas lokalisasi itu, sedang dibangun wisata syariah, Pantai
Pulau Santen. Berbagai elemen, mulai dari masyarakat, tokoh agama hingga Pemkab
Banyuwangi ikut dilibatkan dalam penataan Pulau Santen secara berkelanjutan.
Keberanian Pemkab Banyuwangi mengubah kawasan di sekitar Pulau
Santen dari sebelumnya dikenal sebagai bekas tempat mesum menjadi kawasan
wisata halal, pantas diacungi jempol. Pulau Santen disiapkan menjadi
kawasan yang ramah lingkungan dan sehat.
Dengan menjadikan Pulau Santen sebagai wisata syariah, maka semua
identitas lama diganti hal-hal yang sama sekali baru dan berbeda dari
sebelumnya. Dengan identitas baru akan menghapus image lama secara total.
Ibarat mengubah hitam menjadi putih. Tidak ada abu-abu lagi. Identitas wisata
syariah akan memberi warna baru dan mengubah keseluruhan kehidupan sosial
masyarakat di sekitarnya.
Dampak wisata yang positif pada akhirnya diharapkan akan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitarnya.
PENATAAN WISATA SYARIAH PULAU SANTEN
Keseriusan Pemkab Banyuwangi menata Pulau Santen tidak
main-main. Sejumlah arsitek kondang dilibatkan untuk menggarap desainnya.
Nantinya di sisi selatan Pulau Santen yang dikenal sebagai Pantai Pandanan atau
sering disebut Pantai Bidadari akan disiapkan destinasi wisata khusus perempuan
dan anak dengan titel Beach Club for Women.
Di kawasan seluas 7 hektar tersebut akan dilengkapi sejumlah fasilitas hiburan, seperti kolam renang, olahraga, mainan anak-anak, dan fasilitas lainnya secara bertahap.
Rancangan awal penataan Pulau Santen sebagai wisata pantai syariah. (via Kabarbanyuwangi.info) |
Sejumlah proyek perbaikan difokuskan pada pintu masuk. Untuk menuju Pulau Santen pengunjung akan melintasi jembatan kayu. Saat melintasi jembatan kayu itu, pengunjung akan dimanjakan panorama mangrove berbentuk hati. Mangrove yang menghadap ke arah jembatan itu juga akan dibuat tulisan I Love BWI.
Jembatan yang merupakan akses masuk menuju pantai Pulau Santen sekarang dicat warna pink (via grup medsos bwi) |
Dengan melintasi jalan setapak dari kayu ulin, pengunjung bisa mengelilingi mangrove di tengah muara pantai tersebut. Setelah melintasi jembatan kayu yang membentang sepanjang 100 meter dan panorama mangrove berbentuk hati, wisatawan juga bisa menikmati panorama Selat Bali.
Inilah hutan mangrove yang akan dibentuk hati (love) dan sekelilingnya dibangun jembatan dari kayu ulin |
Di sebelah kanan jembatan tersebut akan dibangun puskesmas pembantu (pustu) yang akan memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat dan wisatawan. Pada sisi sebelah kiri jembatan akan dipercantik dengan payung kain lebar yang membentang di antara pepohonan santen.
Di bawah kain payung lebar tersebut akan disediakan kursi
sofa angin yang akan memanjakan wisatawan menikmati indahnya Selat
Bali. Sisi lain, pada muara pantai akan dibangun plengsengan. Tepat
di atas plengsengan tersebut berdiri gazebo kayu guna menyesuaikan kondisi alam
sekitar.
Sejumlah hasil industri kecil menengah (IKM), seperti
hasil kerajinan dan makanan olahan, akan disediakan stan penjualan. Sejumlah
fasilitas pendukung seperti musala, toilet, dan fasilitas pendukung lain juga
disiapkan.
Tidak sekadar perbaikan fisik, warga yang mukim di
kawasan Pulau Santen yang terdiri atas 80 kepala keluarga dan
mendiami 74 rumah tersebut juga akan diberi pelatihan pemberdayaan
tentang cara menyambut wisatawan. Selain itu, juga diajari membuat kerajinan
dan berbahasa asing.
MEMBANGUN PULAU SANTEN DENGAN MODEL KEROYOKAN
Dalam membangun wisata halal Pulau Santen, Pemkab Banyuwangi
punya strategi unik. Yaitu dilakukan dengan model keroyokan yang melibatkan semua
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Banyuwangi dan elemen masyarakat lainnya.
Di mata Bupati Banyuwangi, Azwar Anas, menata Pulau Santen dengan
model keroyokan sangat efektif untuk mempercepat pembangunan.
Penataan dan pengelolaan Pulau Santen dipercepat karena
Pemkab Banyuwangi ingin membangun budaya masyarakat terlebih dahulu.
Hal ini karena konsep yang diusung bukan hanya soal
pariwisata, tapi juga pemberdayaan warga. Penataan kawasan ini diharapkan bisa
menjadi model pengembangan wisata sekaligus penguatan sosial ekonomi warga.
Semua elemen dilibatkan dan disinergikan untuk menyiapkan
fasilitas pendukung wisata syariah Pulau Santen, termasuk pihak TNI AD yang
secara teritorial pemilik sah Pulau Santen.
Seperti ini peran SKPD dan elemen masyarakat lainnya dalam
menata Pulau Santen.
Masyarakat: Menjadi subyek pengembangan dan penataan Pulau
Santen menjadi destinasi wisata baru.
Tokoh agama : Bersama mendampingi masyarakat dalam program
ini.
TNI : Aktif dalam berbagai program penataan ini, karena tanah Pulau Santen milik
TNI AD.
Dinas Pendidikan: Peningkatan kualitas SDM lewat formal dan informal.
Dinas PU: Penataan infrastruktur (jalan, jembatan, air bersih, dan sejenisnya).
Dinas Pariwisata: Peenguatan konsep wisata dan promosinya.
Dinas UMKM: Bantuan dan fasilitasi untuk masyarakat usia non produktif.
Dinas Perumahan dan Pemukiman: Penataan kawasan kumum dan rintisan homestay
oleh warga.
Dinas Pertanian: Pengembangan urban farming dan warga.
Dinas Perikanan: Pemberdayaan nelayan dan kelompok usaha bersama warga.
Dinas Pemuda dan Olahraga: Pengembangan olahraga pantai.
Dinas Pengairan: Pembangunan tangkis untuk menjaga kebersihan muara sungai.
Dinas Lingkungan Hidup: Peningkatan kualitas lingkungan dan kebersihan.
Seperti apa wujud final wisata syariah pantai Pulau Santen setelah pembangan Beach Cluf for Women selesai, kita semua masih harus bersabar menunggu. Bupati Azwar Anas sudah memberi tenggat waktu sampai April 2017, semua fasilitas di Pulau Santen sudah terwujud.
Buat wanita muslim yang senang berenang di pantai yang bisa memberikan privacy, Pulau Santen Banyuwangi adalah pilihan yang tepat.
Seperti apa wujud final wisata syariah pantai Pulau Santen setelah pembangan Beach Cluf for Women selesai, kita semua masih harus bersabar menunggu. Bupati Azwar Anas sudah memberi tenggat waktu sampai April 2017, semua fasilitas di Pulau Santen sudah terwujud.
Buat wanita muslim yang senang berenang di pantai yang bisa memberikan privacy, Pulau Santen Banyuwangi adalah pilihan yang tepat.
Berikut foto-foto launching Wisata Syariah Pantai Pulau Santen Banyuwangi.
Pengunjung sedang berselfi dengan latar selat Bali (via Jpnn.com) |
Mohon bisa dilakukan koreksi pada berita http://www.banyuwangibagus.com/2017/03/pulau-santen-jadi-wisata-pantai-syariah-pertama-di-indonesia.html
BalasHapusBanyuwangibagus.com kok bisa salah fatal dalam menulis ya...?
Pulau Santen tidak pernah ada ceritanya sebagai lokalisasi. Yang dulu lokalisasi itu Pakem, lokasi yang berbeda, berada di seberang Pulau Santen, kelurahannya sama tapi tempat yang berbeda. Memang pada jaman Belanda Pulau Santen bernama Tanjung Pakem, tapi tentu berbeda dengan Pakem (lokalisasi)
Apakah banyuwangibagus.com tidak melakukan cek dan coss cek terlebih dahulu...?
Siapa yg menjadi narasumber berita ini...?
Warga di Pulau Santen adalah nelayan. Tulisan ini bisa menyakiti hati warga Pulau Santen
Mohon bisa cross cek dan dikoreksi
Terimakasih
Terima kasih atas perhatian masyarakat Bachtiar atas tulisan tsb diatas. Dapat Admin jelaskan bahwa sumber tulisan tsb bukan semata dari satu sumber, namun diramu dari pemberitaan berbagai portal berita. Beberapa bahkan menjadikan sebagai judul tulisan, seperti : http://m.detik.com/travel/read/2017/03/02/184244/3436731/1382/dulu-bekas-lokalisasi-kini-pantai-di-banyuwangi-jadi-destinasi-wisata-halal?v9911011381 ; http://m.detik.com/travel/readfoto/2017/03/03/072149/3436947/1384/1/potret-pantai-syariah-di-banyuwangi-dulu-bekas-lokalisasi ;
Hapushttp://jatim.tribunnews.com/2017/03/02/tempat-wisata-pantai-syariah-ini-ternyata-dulunya-bekas-lokalisasi-terkenal ;
http://banyuwangi.asia/dulu-bekas-lokalisasi-kini-pantai-di-banyuwangi-jadi-destinasi-wisata-halal
Bagaimana pun Admin berterima kasih atas masukan dan koreksinya. Ini adalah bagian dari pemberitaan yang seimbang (cover booth side).
maaf adakah kontak pengelola pantai syariah ini?
BalasHapus