Berwisata ke Banyuwangi, khususnya ke Kawah Ijen, jangan lupa mampir sejenak di Ijen Shelter.
Ijen Shelter adalah fasilitas baru penunjang pariwisata yang dimiliki Banyuwangi yang menawarkan ketenangan khas suasana pegunungan.
Di Ijen Shelter terdapat penginapan berupa rumah pohon yang dilengkapi dengan restoran. Rumah pohon ini berkapasitas hingga lima orang.
Disini wisatawan bisa menginap sambil menikmati indahnya panorama pegunungan sambil ditemani suara burung, kera, dan hewan lainnya. Ditambah semilir angin menambah nikmatnya bersantai di rumah pohon yang sejuk itu.
Di lokasi jujugan anyar itu, rumah pohon dikreasi menggunakan bahan dari limbah kayu. Kamar tidurnya dibuat bertingkat, bisa menampung lebih dari dua orang. Kamar mandinya dibuat dari batu kali yang dilengkapi shower. Kesannya sangat eksotis.
Selain penginapan, di lokasi itu ada fasilitas latihan memanah lo! Apa hubungannya ya?.
Berwisata sambil memanah sekarang sedang jadi tren setelah Presiden Jokowi diberitakan sedang berlatih memanah di Bogor pada Januari 2017. Tiba-tiba banyak orang yg ingin belajar memanah seperti presiden. Mirip waktu presiden mengenakan jaket bomber, mendadak jaket bomber jadi laris manis diburu orang.
Peluang ini yang ditangkap oleh pengelola tempat wisata dengan menyediakan fasilitas memanah bagi wisatawan yang berminat.
Di dekat rumah pohon, terdapat restoran yang juga terbuat dari kayu dan beratap jerami dengan desain rumah Using.
Saat dirinya harus beristirahat total setelah mengalami kecelakaan, muncul ide membuat rumah pohon.
"Setelah kecelakaan kaki saya tidak bisa bergerak. Akhirnya muncul ide untuk membuat rumah pohon. Agar saya bisa bersantai di sini," kata Ela, panggilan akrab Daniela Hempel, seperti dikutip dari Tribunnews.
Dia membuat rumah pohon, restoran, tempat memanah, di lereng gunung Ijen, Desa Banjar, Kecamatan Licin.
Desainnya dibuat sendiri oleh Ela, yang membangun tukang setempat. Tempat itu dia beri nama Ijen Shelter.
Total sekitar Rp 200 juta investasi dikeluarkan Ela untuk membangun Ijen Shelter. Namun bukan uang yang menjadi prioritas bagi Ela.
Di Jerman, Ela yang telah fasih berbahasa Indonesia itu, bukanlah orang sembarangan.
Ijen Shelter mudah dicapai, dari jalan raya hanya terpisah puluhan meter saja. Dari Stasiun Karangasem jaraknya sekitar 10 km, sebelum mencapai Paltuding, Anda akan melewatinya. Dari Ijen Shelter ke Paltuding jaraknya masih sekitar 19,5 km. Anda bisa istirahat sejenak, ngupi-ngupi dulu sambil menikmati keindahan panorama sekitarnya. Kopi khas Desa Banjar enak lo, rugi kalau nggak mencoba.
Jadi kalau kamu berencana ke Kawah Ijen, tidak ada salahnya sempat kan mampir ke Ijen Shelter ya. Hayuk!
Ijen Shelter adalah fasilitas baru penunjang pariwisata yang dimiliki Banyuwangi yang menawarkan ketenangan khas suasana pegunungan.
Ijen Shelter via https://twitter.com/RiritWidya |
Di Ijen Shelter terdapat penginapan berupa rumah pohon yang dilengkapi dengan restoran. Rumah pohon ini berkapasitas hingga lima orang.
Rumah pohon di Ijen Shelter via https://www.instagram.com/maulidha_mouli |
Disini wisatawan bisa menginap sambil menikmati indahnya panorama pegunungan sambil ditemani suara burung, kera, dan hewan lainnya. Ditambah semilir angin menambah nikmatnya bersantai di rumah pohon yang sejuk itu.
Di lokasi jujugan anyar itu, rumah pohon dikreasi menggunakan bahan dari limbah kayu. Kamar tidurnya dibuat bertingkat, bisa menampung lebih dari dua orang. Kamar mandinya dibuat dari batu kali yang dilengkapi shower. Kesannya sangat eksotis.
Selain penginapan, di lokasi itu ada fasilitas latihan memanah lo! Apa hubungannya ya?.
Berwisata sambil memanah sekarang sedang jadi tren setelah Presiden Jokowi diberitakan sedang berlatih memanah di Bogor pada Januari 2017. Tiba-tiba banyak orang yg ingin belajar memanah seperti presiden. Mirip waktu presiden mengenakan jaket bomber, mendadak jaket bomber jadi laris manis diburu orang.
Presiden Jokowi asyik dengan busur panahnya via Kompas.com |
Peluang ini yang ditangkap oleh pengelola tempat wisata dengan menyediakan fasilitas memanah bagi wisatawan yang berminat.
Di dekat rumah pohon, terdapat restoran yang juga terbuat dari kayu dan beratap jerami dengan desain rumah Using.
Kursi dan meja ditata di bawah pohon dengan latar belakang panorama hutan. Wisatawan bisa memilih pesta kebun di kawasan tersebut. Sambil menunggu pesanan makan datang, wisatawan bisa bermain panahan di tempat itu. Asyik banget tuh.
Menu kuliner Ijen Shelter via https://path.com/moment/3hNBQJ |
Atau pilih Ayam bakar ala Ijen Shelter? via https://www.instagram.com/maiithestrange |
Asal Usul Ijen Shelter
Keberadaan Ijen Shelter berawal dari kisah Daniela Hempel, seorang volunteer, perempuan dari Jerman, yang mengalami kecelakaan saat berkunjung ke Banyuwangi. Kecelakaan itu membuat bule asal Berlin tersebut tidak bisa berbuat apa-apa.Saat dirinya harus beristirahat total setelah mengalami kecelakaan, muncul ide membuat rumah pohon.
"Setelah kecelakaan kaki saya tidak bisa bergerak. Akhirnya muncul ide untuk membuat rumah pohon. Agar saya bisa bersantai di sini," kata Ela, panggilan akrab Daniela Hempel, seperti dikutip dari Tribunnews.
Dia membuat rumah pohon, restoran, tempat memanah, di lereng gunung Ijen, Desa Banjar, Kecamatan Licin.
Desainnya dibuat sendiri oleh Ela, yang membangun tukang setempat. Tempat itu dia beri nama Ijen Shelter.
Total sekitar Rp 200 juta investasi dikeluarkan Ela untuk membangun Ijen Shelter. Namun bukan uang yang menjadi prioritas bagi Ela.
Di Jerman, Ela yang telah fasih berbahasa Indonesia itu, bukanlah orang sembarangan.
Selama berada di Jerman, Ela merupakan seorang desainer di
perusahaan konveksi dengan posisi sebagai manajer.
"Uang bukan segalanya. Kalau hanya cari uang, saya
tinggal di Jerman saja. Di sana saya sudah cukup," kata Ela.
Dua tahun terakhir, Ela memutuskan untuk menjadi volunteer
dan memilih Indonesia. Pertama kali menginjakkan kaki di Indonesia, Ela tinggal di
Batak.
Di sana, Ela mempelajari budaya dan bahasa Indonesia.
Setelah itu, dia pindah ke Sukabumi. Tidak berapa lama, dia diajak temannya ke
Banyuwangi dan ternyata dia merasa cocok.
"Saya lebih kerasan di Banyuwangi. Saya suka dengan
masyarakatnya. Saya mau tinggal di sini," kata Ela.
Selama di Banyuwangi, tidak hanya menjalankan Ijen Shelter,
Ela yang berusia 43 tahun itu mengajar bahasa Inggris untuk anak-anak sekitar,
tiap Selasa dan Kamis.
Bahkan Ela yang mengaku bisa 6 bahasa tersebut, juga
mengajar pemandu-pemandu wisata yang ingin belajar bahasa Jerman, Perancis,
Rusia, dan lainnya.
Kehadiran Ela dengan Ijen Shelter-nya membuat Bupati
Banyuwangi Abdullah Azwar Anas menaruh respek. Ini karena Ela tidak sekadar
berbisnis, namun memberikan edukasi pada masyarakat setempat.
Ijen Shelter mudah dicapai, dari jalan raya hanya terpisah puluhan meter saja. Dari Stasiun Karangasem jaraknya sekitar 10 km, sebelum mencapai Paltuding, Anda akan melewatinya. Dari Ijen Shelter ke Paltuding jaraknya masih sekitar 19,5 km. Anda bisa istirahat sejenak, ngupi-ngupi dulu sambil menikmati keindahan panorama sekitarnya. Kopi khas Desa Banjar enak lo, rugi kalau nggak mencoba.
Jadi kalau kamu berencana ke Kawah Ijen, tidak ada salahnya sempat kan mampir ke Ijen Shelter ya. Hayuk!
0 komentar:
Posting Komentar