Kabupaten Banyuwangi dinobatkan sebagai kota festival
terbaik atau the best festival city di Indonesia. Pernyataan
ini disampaikan Menteri Pariwisata Arief Yahya saat peluncuran Banyuwangi
Festival 2017 di Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Sapto Pesona di Kementerian
Pariwisata, Jakarta (3/2/2017).
Launching Banyuwangi Festival di Kementerian Pariwisata, dalam kesempatan itu Banyuwangi dinobatkan sebagai kota festival terbaik di Indonesia (sumber : Antarajatim.com) |
Penobatan Banyuwangi sebagai kota festival terbaik ini
didasari fakta bahwa Banyuwangi telah menyelenggarakan festival secara rutin
sejak 2012 dan setiap tahun selalu terjadi peningkatan baik kuantitas maupun
kualitas evennya. Untuk Banyuwangi Festival 2017 telah diagendakan sebanyak 72
festival resmi, belum termasuk even yang digelar secara mandiri oleh
masyarakat.
Dampak dari penyelenggaraan festival tersebut mampu
meningkatkan kunjungan wisatawan ke Banyuwangi secara signifikan dari tahun ke
tahun, yang ujung-ujungnya juga meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Banyuwangi.
Pada 2011 tercatat 802.478 kunjungan wisatawan nusantara ke
Banyuwangi, lalu meningkat menjadi 866.333 (2012) dan 1.068.414 wisatawan di
2013. Kemudian bertambah menjadi 1.495.629 (2014), 1.979.393 (2015) dan
3.126.604 (2016). Jadi selama 5 tahun terjadi peningkatan 300% jumlah wisatawan
ke Banyuwangi.
Sedangkan untuk wisatawan asing, dari sekitar 5 ribu orang
pada 2011, melonjak menjadi 80 ribu orang pada 2016. Meningkat 1500% dalam 5 tahun!
Dalam hitungan Menpar Arief Yahya, dengan adanya Banyuwangi Festival, Kabupaten Banyuwangi
mampu meningkatkan kunjungan wisatawan dengan perputaran uang mencapai Rp 1,5
triliun selama setahun.
Kalkulasi yang dibuat Menpar Arief Yahya ini cukup sederhana.
Dengan hitungan kasar, jika kunjungan wisatawan asing yang mencapai 80.000 dan
menghabiskan uang rata-rata 500 dollar AS per
hari dan wisatawan nusantara yang jumlahnya sekitar 3,2 juta orang dan
menghabiskan sekitar Rp 850.000 sampai Rp 1 juta per hari, maka ada perputaran
uang sekitar Rp 1,5 triliun di Banyuwangi.
Selain itu, Arief juga mendorong Banyuwangi ke depan agar
mengembangkan wisata bahari, khususnya pengembangan marina. Sebab kapal-kapal
yacht dapat mendatangkan pendapatan yang besar bagi Banyuwangi.
"Jika dalam setahun ada 1.000 yacht bisa berlabuh di Banyuwangi, kita bisa mendapatkan setidaknya Rp1 triliun dari spending mereka," kata Arief.
Pada Banyuwangi Festival tahun ini juga Pemkab Banyuwangi juga menggelar Banyuwangi Sail Yacht Festival pada 15 September 2017.
"Jika dalam setahun ada 1.000 yacht bisa berlabuh di Banyuwangi, kita bisa mendapatkan setidaknya Rp1 triliun dari spending mereka," kata Arief.
Pada Banyuwangi Festival tahun ini juga Pemkab Banyuwangi juga menggelar Banyuwangi Sail Yacht Festival pada 15 September 2017.
KUNJUNGAN WISATAWAN ASING KE BANYUWANGI TERTINGGI DI JAWA TIMUR
Berkat kunjungan wisatawan asing yang melojak, Banyuwangi
pun menempati posisi pertama di Jawa Timur sebagai daerah yang paling banyak
dikunjungi wisatawan asing. Target 50 ribu wisatawan asing pada 2016, ternyata terealisir
80 ribu.
Dibawah Banyuwangi adalah Probolinggo dengan andalannya Gunung
Bromo. Pada dekade sebelumnya Gunung Bromo selalu menempati posisi
paling banyak dikunjungi wisatawan asing di Jawa Timur. Namun berkat kegigihan
Banyuwangi mengemas dan mempromosikan potensi wisatanya, Banyuwangi mampu
menggeser Probolinggo di posisi kedua dan menjadi idola wisatawan asing.
Tempat wisata Banyuwangi mendominasi sebagai tujuan wisata wisatawan asing di Jawa Timur (sumber : Tribunnews.com) |
Seperti dilansir laman Tribunnews, sesuai data Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jatim, dari 20 obyek wisata yang paling banyak menjadi jujugan wisatawan asing di Jawa Timur, 7 diantaranya berada di Banyuwangi. Yaitu Kawah Ijen, Taman Nasional Alas Purwo, Umbul Bening,
Umbul Pule, Pulau Merah, Bangsring Underwater dan Pantai Sukamade.
Naiknya angka kunjungan wisatawan ke Banyuwangi otomatis diikuti
dengan meningkatnya arus transportasi ke Banyuwangi dan tingkat pemesanan kamar
hotel. Pada hari libur sekolah, akhir tahun atau long week end, pemesanan tiket pesawat dan kamar hotel di Banyuwangi selalu full booked.
Untuk tahun 2017 turis asing yang datang ke Banyuwangi
ditargetkan bisa bertambah lagi menjadi 100.000 orang, sementara wisatawan domestik
bisa bertambah lagi setidaknya 300.000 orang.
Tahun ini dengan menggelar 72 even Banyuwangi Festival, Banyuwangi siap menyambut para wisatawan yang ingin melihat pesona wisata dan seni budaya Banyuwangi. Banyak jalan menuju ke Banyuwangi, baik lewat jalur darat via pantura atau Jember, naik kereta api maupun pesawat udara.
Setiap hari ada jadwal 6 kereta api menuju ke Banyuwangi. Dari Yogyakarta dan sekitarnya, wisatawan bisa menggunakan kereta api Sritanjung yang tiketnya relatif murah tapi sudah berAC. Sedangkan jika Anda berangkat dari Malang, ada kereta api Tawangalun.
Dari Surabaya menuju Banyuwangi, Anda bisa naik kereta api Probowangi (ekonomi), KA Mutiara Timur yang berangkat pagi dan malam, atau KA Sritanjung yang datang dari Yogya. Lihat : Info Kereta Api Dari Surabaya ke Banyuwangi.
Bahkan dari kota Jember yang hanya berjarak sekitar 100 km dari kota Banyuwangi, tersedia kereta api ekonomi Pandanwangi. Jika nantinya jalur ganda kereta api sudah terealisir, bisa dipastikan semakin banyak jadwal perjalanan kereta api dari dan menuju Banyuwangi.
Untuk penerbangan, Banyuwangi memiliki Bandara Blimbingsari yang tengah dikembangkan agar bisa didarati pesawat berbadan besar. Setiap hari ada penerbangan langsung ke Banyuwangi dari Surabaya. Ada dua maskapai yang melayani penerbangan ke Banyuwangi, yaitu Garuda dan Wings Air. Lihat : Info Penerbangan ke Banyuwangi. Dan jika tidak ada hambatan lain, mulai April 2017 akan ada penerbangan langsung Jakarta-Banyuwangi PP setiap hari. Bahkan ke depan akan dibuka penerbangan internasional dari dan menuju Banyuwangi.
Soal akomodasi selama di Banyuwangi juga banyak pilihan. Selain hotel, ada homestay dan dormitory. Untuk hotel bintang, sudah ada Hotel Santika yang sudah berdiri dan akan menyusul 4 buah hotel bintang baru dengan kapasitas diatas 100 kamar yang siap beroperasi tahun ini.
Hotel di Banyuwangi memang dibatasi untuk non-bintang, hal ini semata jumlahnya dianggap sudah memadai, disamping itu untuk mencegah penyalahgunaan fungsi hotel kelas melati. Sebagai gantinya Pemkab Banyuwangi mendorong berdirinya homestay. Maka tak heran jumlah homestay di Banyuwangi meningkat pesat. Sampai 2017 ini jumlah homestay di Banyuwangi mencapai sekitar 350 buah dan akan terus bertambah di tahun-tahun mendatang, karena Kementerian Pariwisata menargetkan ada 1000 homestay di Banyuwangi. Selain itu, Pemkab Banyuwangi juga memiliki 2 buah dormitory, sejenis penginapan murah untuk para backpacker.
Dengan kesiapan seperti itu, rasanya target wisatawan ke Banyuwangi bukan hal yang sulit dicapai.
Setiap hari ada jadwal 6 kereta api menuju ke Banyuwangi. Dari Yogyakarta dan sekitarnya, wisatawan bisa menggunakan kereta api Sritanjung yang tiketnya relatif murah tapi sudah berAC. Sedangkan jika Anda berangkat dari Malang, ada kereta api Tawangalun.
Dari Surabaya menuju Banyuwangi, Anda bisa naik kereta api Probowangi (ekonomi), KA Mutiara Timur yang berangkat pagi dan malam, atau KA Sritanjung yang datang dari Yogya. Lihat : Info Kereta Api Dari Surabaya ke Banyuwangi.
Bahkan dari kota Jember yang hanya berjarak sekitar 100 km dari kota Banyuwangi, tersedia kereta api ekonomi Pandanwangi. Jika nantinya jalur ganda kereta api sudah terealisir, bisa dipastikan semakin banyak jadwal perjalanan kereta api dari dan menuju Banyuwangi.
Untuk penerbangan, Banyuwangi memiliki Bandara Blimbingsari yang tengah dikembangkan agar bisa didarati pesawat berbadan besar. Setiap hari ada penerbangan langsung ke Banyuwangi dari Surabaya. Ada dua maskapai yang melayani penerbangan ke Banyuwangi, yaitu Garuda dan Wings Air. Lihat : Info Penerbangan ke Banyuwangi. Dan jika tidak ada hambatan lain, mulai April 2017 akan ada penerbangan langsung Jakarta-Banyuwangi PP setiap hari. Bahkan ke depan akan dibuka penerbangan internasional dari dan menuju Banyuwangi.
Soal akomodasi selama di Banyuwangi juga banyak pilihan. Selain hotel, ada homestay dan dormitory. Untuk hotel bintang, sudah ada Hotel Santika yang sudah berdiri dan akan menyusul 4 buah hotel bintang baru dengan kapasitas diatas 100 kamar yang siap beroperasi tahun ini.
Hotel Santika Banyuwangi |
Hotel di Banyuwangi memang dibatasi untuk non-bintang, hal ini semata jumlahnya dianggap sudah memadai, disamping itu untuk mencegah penyalahgunaan fungsi hotel kelas melati. Sebagai gantinya Pemkab Banyuwangi mendorong berdirinya homestay. Maka tak heran jumlah homestay di Banyuwangi meningkat pesat. Sampai 2017 ini jumlah homestay di Banyuwangi mencapai sekitar 350 buah dan akan terus bertambah di tahun-tahun mendatang, karena Kementerian Pariwisata menargetkan ada 1000 homestay di Banyuwangi. Selain itu, Pemkab Banyuwangi juga memiliki 2 buah dormitory, sejenis penginapan murah untuk para backpacker.
Dengan kesiapan seperti itu, rasanya target wisatawan ke Banyuwangi bukan hal yang sulit dicapai.
Pariwisata Banyuwangi jenggirat tangi!
0 komentar:
Posting Komentar