From zero to top ten. Ungkapan ini mungkin bisa mewakili
proses perjuangan yang dilakukan Pemkab Banyuwangi mulai dari bawah (nyaris
nol, menurut istilah Bupati Anas) dalam mengembangkan pariwisata Banyuwangi
hingga berhasil masuk peringkat 10 terbaik di Indonesia.
Ya, Kabupaten Banyuwangi berhasil menjadi satu dari 10
kabupaten/kota peringkat tertinggi Indeks Pariwisata Indonesia. Penilaian ini
dilakukan oleh Kementerian Pariwisata dan para pemangku kepentingan terkait
dengan mengacu pada Travel and Tourism Competitive Index dari World Economic
Forum (WEF). Peringkat indeks tersebut diumumkan oleh Kementerian Pariwisata di
Jakarta, Selasa (6/12/2016).
Indeks Pariwisata Indonesia disusun berdasarkan sejumlah kriteria. Di antaranya aspek tata kelola, infrastruktur pendukung, potensi wisata, dan lingkungan pendukung bisnis pariwisata.
Banyuwangi diapresiasi karena dinilai bisa mengembangkan
pariwisata dengan baik. Kabupaten di ujung timur Pulau Jawa ini berangkat
nyaris dari nol untuk mengembangkan pariwisatanya. Berbeda dengan kota besar
lain yang infrastruktur pariwisatanya sudah maju terlebih dahulu.
Sebagai contoh riil, infrastruktur jalan Banyuwangi. Sebelum
2010 kondisi jalan di Banyuwangi sangat buruk. Dari 3200 km panjang jalan di
Banyuwangi, 40% diantaranya dalam kondisi rusak. Untuk memperbaikinya
dibutuhkan dana sekitar 900 M, yang tidak mungkin ditanggung dengan kemampuan keuangan
daerah yang sangat terbatas.
Untuk mengembangkan pariwisata, setiap tahun Pemkab
Banyuwangi mencanangkan pembangunan dan perbaikan jalan yang rusak sepanjang
300 km dengan konsep private partnership.
Pembangunan jalan menjadi prioritas karena dua alasan. Di
mata Bupati Azwar Anas, infrastruktur jalan adalah kunci pembangunan, khususnya
untuk memangkas ekonomi biaya tinggi dan mengungkit timbulnya sektor ekonomi
baru.
Sektor ekonomi baru yang dimaksud diantaranya adalah
pariwisata. Dengan potensi wisata alam yang luar biasa dan kedekatan dengan
Bali, pariwisata adalah masa depan Banyuwangi.
Namun tidak mungkin pariwisata bisa berkembang jika kondisi
jalannya tidak mendukung, mengingat hampir semua tempat wisata di Banyuwangi
berada di daerah yang lokasinya cukup berjauhan. Itulah sebabnya selama 6 tahun
Pemkab Banyuwangi habis-habisan membangun infratruktur jalan raya.
Strategi yang jitu dari pemangku kebijakan ini hasilnya pun
bisa dirasakan oleh seluruh masyarakat Banyuwangi. Salah satunya adalah
keberhasilan Banyuwangi masuk sebagai Top 10 Indeks Pariwisata Indonesia. Dengan
kata lain, saat ini pariwisata Banyuwangi diakui sebagai 10 terbaik di
Indonesia.
From zero to rising
star. Pasti tak pernah terbayangkan pada tahun 2010 silam, bahwa 6 tahun
kemudian Kabupaten di ujung timur Pulau Jawa ini yang saat itu hanya dikenal
dengan stigma mengerikan sebagai daerah santet dan hanya menjadi tempat transit
orang menuju ke Pulau Bali, hari ini menjelma menjadi salah satu rising star Indonesia, tidak hanya sektor
pariwisatanya, tapi semua lini pembangunan.
Tak terhitungkan lagi jumlah prestasi dan penghargaan yang
sudah diraih Banyuwangi dari berbagai bidang. Pariwisata hanya satu aspek saja,
meski dampaknya melebar ke mana-mana.
Hanya dalam 6 tahun wajah Banyuwangi berubah drastis, dari
ketertinggalan dan pandangan sebelah mata menjadi mercusuar. Dari cibiran menuai
pujian dan decak kagum.
Pariwisata memang telah mengubah Banyuwangi. Bukan hanya
indeks pariwisata Banyuwangi yang menasional, di semua sektor indeks Banyuwangi pun melejit.
Semua tidak terjadi begitu saja …
KUNCINYA DI PARTISIPASI WARGA
Menanggapi penghargaan tersebut, Bupati Banyuwangi, Abdullah
Azwar Anas, mengatakan, penilaian ini memacu Banyuwangi untuk terus berbenah.
"Kami bersyukur karena dinilai cukup baik dalam
mengembangkan pariwisata. Apalagi dari Top 10 ini, mayoritas adalah kota besar
yang pariwisatanya sudah terkenal maju dan menjadi destinasi unggulan,"
ujar Anas.
Partisipasi publik, lanjutnya, merupakan salah satu faktor
terpenting dalam pengembangan pariwisata.
Di Banyuwangi, kata Anas, partisipasi berkembang. Kelompok
anak muda mengembangkan wisata di kampung-kampung, seperti hutan pinus Songgon,
wisata sejarah Kampung Temenggungan, wisata kopi Gombengsari, desa wisata
Banjar jelajah budaya Desa Adat Kemiren, dan Bangsring Underwater.
"Partisipasi ini yang tidak ternilai. Artinya rakyat
merasakan dampak langsung pariwisata terhadap kesejahteraannya, sekaligus mampu
membentuk budaya aman, ramah, dan toleran di lingkungannya masing-masing,"
kata Anas.
Anas menambahkan, pengembangan sektor pariwisata ini bukan
hanya sekadar 'gaya' semata, tapi juga karena efektivitasnya dalam menggerakkan
perekonomian masyarakat.
Pariwisata adalah sektor yang paling murah dan cepat dalam
memberikan dampak perekonomian. Hari ini promosi, sebulan kemudian ada orang
datang dan langsung menghasilkan transaksi, seperti jasa transportasi, kuliner,
dan hotel.
"Pariwisata juga ikut mengatrol produksi barang dan
jasa, termasuk agribisnis yang menjadi urat nadi perekonomian masyarakat
kami," tuturnya.
Dan terbukti, dalam beberapa tahun terakhir, perekonomian
daerah terus menggeliat. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Banyuwangi naik
signifikan sebesar 85 persen dari Rp 32,4 triliun (2010) menjadi Rp 60,2
triliun (2015). Adapun pendapatan per kapita warga melonjak 80 persen dari Rp
20,8 juta per tahun pada 2010 menjadi Rp 37,7 juta per tahun pada 2015.
"Tapi pariwisata bukan hanya soal ekonomi semata.
Pariwisata adalah payung bagi pengembangan sektor lainnya, mulai infrastruktur
hingga kompetensi SDM. Lewat pariwisata, daya saing warga meningkat. Yang UMKM
bergegas memperbaiki produknya agar laku dibeli. Banyak yang ikut kursus bahasa
asing yang difasilitasi pemda biar bisa jadi guide," ujar Anas.
"Kami mendorong daya saing warga bukan dengan
membicarakan hal-hal yang mungkin jauh dari pikiran warga desa, seperti
globalisasi atau ASEAN Economi Community. Dengan pariwisata, ada banyak orang
luar kota dan luar negeri yang datang. Warga tergerak dengan sendirinya. Mereka
sadar bahwa mereka harus pandai dan kompeten agar bisa eksis di tengah kompetisi,"
jelasnya.
Lewat pariwisata, indeks Banyuwangi naik di semua sektornya. Sekarang, semua orang ingin tahu tentang Banyuwangi. Semua ingin belajar dari Banyuwangi. Semua ingin bercerita tentang Banyuwangi.
From zero to top ten. Strategi jitu, kerja keras dan sinergi adalah kunci untuk mewujudkan impian. Dan Banyuwangi sudah membuktikannya.
0 komentar:
Posting Komentar