Gombengsari Desa Kopi Terbesar di Banyuwangi - Kabupaten Banyuwangi dikenal sebagai daerah penghasil kopi
di Indonesia. Setiap tahun produksi kopi yang dihasilkan Banyuwangi hampir 9000
ton, dengan 90% merupakan jenis robusta dan 10% Arabika.
Diantara sekian sentra penghasil kopi di Banyuwangi, Kelurahan Gombengsari merupakan wilayah yang memiliki perkebunan kopi terluas. Luas total lahan kebun rakyat Gombengsari mencapai 1.700 hektar, 850 hektar diantaranya murni ditanami kopi. Sementara sisanya ditanami kopi yang ditumpangsarikan dengan tanaman lain seperti kelapa dan pepohonan yang menjadi pakan bagi ternak kambing ettawa, yang juga menjadi ternak unggulan desa Gombengsari.
Gerbang masuk Gombengsari (sumber : Ringtimes.net) |
Gombengsari adalah sebuah kelurahan yang terletak di
Kecamatan Kalipuro. Secara administrasi, Kelurahan Gombengsari baru terbentuk
pada tahun 1999 hasil pemekaran Kelurahan Kalipuro. Di bagian barat, Kelurahan
Gombengsari berbatasan langsung dengan Kabupaten Bondowoso.
Kelurahan
Gombengsari terdiri atas lima lingkungan, yakni Lingkungan Gombeng, Lingkungan
Kacangan Asri, Lingkungan Kaliklatak, Lingkungan Lerek, dan Lingkungan Suko.
Kelurahan Gombengsari terletak di dataran tinggi dengan
kontur tanah berbukit dan berada di ketinggian kurang-lebih 450-500 meter di
atas permukaan laut (dpl). Hal itu menyebabkan Kelurahan Gombengsari menjadi
sentra dan penghasil kopi dengan kualitas yang baik.
Sejak dulu kala masyarakat Gombengsari menggantungkan hidup
dari bertani kopi. Maka tak heran, hampir semua pekarangan rumah warganya
ditanami pohon kopi. Jika biasanya
di desa-desa lain halaman rumah biasanya dipakai untuk menjemur padi, maka di
Gombengsari warga memakainya untuk menjemur biji kopi.
Mayoritas kopi yang ditanam di Gombengsari adalah jenis
robusta. Selain robusta, juga ada kopi jenis
konuga, dan togosari. Warga di dusun Lerek sendiri lebih suka kopi jenis
konuga, karena kopi jenis ini memiliki rasa dan aroma yang manis. Luwak pun
lebih memilih untuk memakan kopi jenis ini karena teksturnya yang juga lebih
lunak, dibanding robusta.
Yang mengejutkan di Kelurahan Gombengsari selain terdapat
kopi arabika dan robusta, ternyata juga terdapat kopi excelsa dengan kualitas
cukup tinggi. Di Kelurahan Gombengsari kopi excelsa dikenal dengan nama kopi
buriyah.
Kopi excelsa tidak begitu familiar di dunia, juga di
Indonesia. Tetapi tidak dengan di Filipina, kopi excelsa sangat digandrungi.
Di Indonesia kopi excelsa tidak banyak dikembangkan,
sehingga terkesan langka. Kesan langka itu tidak hanya terjadi di Indonesia,
tapi juga di dunia. Apalagi, secara ekonomis di beberapa negara harga kopi
excelsa relatif lebih mahal dibanding robusta dan arabika. Itu disebabkan
tanaman yang produktif semakin lama semakin berkurang.
Potensi kopi excels di Kelurahan Gombengsari cukup besar dan
masih bisa dikembangkan. Namun sayangnya belum dibudidayakan secara serius.
Di desa Gombengsari terdapat 5 kelompok tani dan 2 lembaga
masyarakat desa hutan (LMDH) yang menaungi perkebunan kopi rakyat ini. Rata-rata
produktivitas kebun kopi rakyat ini sebanyak 1,2 ton perhektar untuk sekali
panen.
Harga biji kopi kering dijual Rp. 22 - 25 ribu perkilogram. Sedangkan
untuk bubuk kopi yang dihasilkan warga, dikemas dalam beberapa merk yang
berbeda. Ada yang mereknya Kopi Lego, Kopi Seblang Kopi Gandrung, Kopi Lerek,
dan Kopi Mas.
Sebagai daerah penghasil kopi, pada setiap musim panen kopi
warga memiliki tradisi petik kopi yang telah dilakukan secara turun temurun.
Dengan potensi yang dimilikinya tersebut, masyarakat
Gombengsari mempunyai harapan untuk mengembangkan daerahnya sebagai desa wisata
kampung kopi.
FESTIVAL KEMBANG KOPI GOMBENGSARI
Berangkat dari tradisi kopi tersebut, warga desa Gombengsari
berinisiatif mengangkatnya menjadi sebuah kegiatan festival. Jika tahun 2015 lalu
mereka mengadakan Festival Sangrai Kopi Gombengsari, maka tahun 2016 ini menggelar
Festival Kembang Kopi, yang waktu
pelaksanannya bersamaan dengan peringatan hari jadi Kelurahan Gombengsari yang
ke 16.
Festival Kembang Kopi Gombengsari yang berlangusng di Dusun
Lerek, Kelurahan Gombengsari, Kecamatan Kalipuro, Rabu (7/8/2016), menyuguhkan
segala yang berbau kopi. Mulai dari pembukaan acara yang diisi tari petik kopi,
hingga pengolahan biji kopi menjadi bubuk kopi. Seluruh masyarakat Gombengsari
dilibatkan dalam kegiatan ini.
Menuju lokasi festival yang berada di jalan menuju
Perkebunan Kali Klatak, para pengunjung disuguhkan pemandangan pohon kopi di
sepanjang perjalanan.
Festival Kembang Kopi yang masuk dalam rangkaian acara Festival
Banyuwangi 2016 ini berlangsung meriah.
Selamatan untuk mengatasi ritual petik kopi (sumber : Facebook.com) |
Sebelum mulai memetik kopi, warga setempat memulainya dengan
makan bersama sebagai wujud syukur kepada sang kuasa atas melimpahnya panen
kopi. Setelah acara selamatan, prosesi petik kopi pun dimulai.
Saat festival berlangsung, puluhan ibu-ibu bertopi
caping memetik buah kopi di hamparan kebun kopi yang nampak rimbun milik
seorang warga. Hanya buah kopi berwarna merah tua yang dipilih untuk kemudian
dimasukkan kedalam sebuah kantong yang terkalung di leher.
Dua turis bule ikut memetik kopi (sumber : Facebook.com) |
Para pengunjung lalu ditunjukkan proses pengolahan kopi.
Mulai dari pengupasan, pencucian, penjemuran sampai penggilingan kopi dengan
menggunakan mesin. Di sini pun terlihat proses transformasi buah kopi segar
hingga menjadi biji kopi kering.
Lomba sangrai kopi (sumber : Facebook.com) |
Tak jauh dari situ, puluhan ibu-ibu mempraktekkan sangrai
kopi secara tradisional menggunakan wajan tanah liat dan tungku batu bata.
Pengunjung pun boleh mencoba mengaduk wajan panas yang berisikan biji-biji kopi
sangrai. Nampak di antara mereka beberapa turis asing yang antusias ikut
mencoba memetik buah kopi langsung dari pohon dan mencoba menyangrai kopi. Rangkaian
festival diakhiri dengan acara menikmati kopi asli Gombengsari di kebun kopi.
Gandrung lanang ikut memeriahkan festival Kembang Kopi (sumber : Facebook.com) |
Selain Festival Kembang Kopi, Banyuwangi juga mempunyai
Festival Ngopi Sepuluh Ewu yang berlangsung di Desa Kemiren. Selain itu
Banyuwangi juga pernah menjadi tuan rumah Kontes Kopi Spesialty Indonesia ke 7
pada 2015 lalu. Berbagai acara serba kopi ini tentu semakin mengukuhkan
keberadaan Kabupaten Banyuwangi sebagai destinasi wisata kopi.
0 komentar:
Posting Komentar