Majestic Banyuwangi
akhirnya disepakati menjadi brand destinasi wisata Banyuwangi yang akan
dikenalkan oleh Kementrian Pariwisata RI di kancah publik Internasional. Majestic
Banyuwangi menggambarkan seorang penari Gandrung perempuan dengan tagline Majestic Banyuwangi.
Udated
Finalisasi logo Majestic Banyuwangi setelah mengalami penyempurnaan, akhirnya disepakati sebagai berikut :
Banyuwangi menjadi satu dari sepuluh kabupaten yang terpilih
oleh Kementerian Pariwisata untuk dipromosikan ke dunia internasional. Untuk
menunjang itu, Kemenpar memfasilitasi Banyuwangi agar menentukan branding
sebagai identitas diri agar dapat dikenal di seluruh dunia. Sosialisasi pun
dilakukan dengan mengajak semua elemen untuk berdiskusi di Hotel
Santika, Jumat (26/8/2016).
Kritik Untuk Majestic Banyuwangi
Dalam diskusi tersebut, tiga logo yang dibuat oleh konsultan
Kementerian Pariwisata untuk membranding pariwisata Banyuwangi, yakni Tarian
Gandrung Perempuan, Tari Gandrung Laki-laki dan Omprok (mahkota penari Gandrung).
Penari Gandrung dengan mahkota Omprog diatas kepalanya (sumber : Tempatberiwisatamurah.com) |
Namun semua logo tersebut menuai kritikan dari berbagai
kalangan, mulai Dewan Kesenian Blambangan (DKB) maupun dari Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata Banyuwangi.
Ketua DKB Syamsudin Adlawi dengan keras menolak ketiga logo
dengan alasan tidak mewakili semua destinasi wisata yang ada.
"Di Banyuwangi kan tidak cuma gandrung namun ada Ijen
ada Plengkung," kata Syamsudin Adlawi.
Selain itu menurut Syamsudin, logo yang ditawarkan tidak
selaras dengan apa yang di galakan pemerintah daerah.
"Andaikan logonya beneran Gandrung, apa tarian Gandrung
sudah bisa dilihat setiap hari? Event besarnya hanya setahun sekali,"
imbuhnya.
Tagline atau
slogan Majestic Banyuwangi (Keagungan Banyuwangi) yang di tawarkan juga
dimentahkan dengan alasan selain kata tersebut kurang populer, kata Majestic
bunyinya mirip dengan kata Magic. Menurutnya hal itu akan menuai berbagai
pendapat karena mudah diplesetkan menjadi Magic (mistis).
Suasana sosialisasi brand Majestic Banyuwangi (sumber : Beritajatim.com) |
"Banyuwangi dulu terkenal dengan ‘the sunrise of java’ kadang juga
diplesetkan menjadi ‘the santet of java’. Jadi kata majestic sebenarnya bagus,
tapi kurang menarik menurut saya pribadi," jelasnya.
Pendapat yang sama juga di utarakan oleh Kepala Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi, MY Bramuda.
Bramuda beranggapan, mayoritas wisatawan asing yang datang
di Banyuwangi, mayoritas ingin menikmati wisata Alam.
"Terbukti kunjungan wisatawan asing 45 ribu, 60 persen
berkunjung ke Ijen, dan kedua Wisata Sukomade," Katanya.
Dengan begitu, brand destinasi wisata Banyuwangi harus lebih
spesifik pada satu destinasi wisatanya. Sehingga Banyuwangi hanya dikenal satu
tempat yang memang menjadi rujukan para wisatwan untuk datang.
"Misal Kawah Ijen, ya itu saja yang kita tonjolkan. Jadi Banyuwangi ya Ijen, Ijen ya Banyuwangi. Sehingga apa yang ada di benak wisatawan itu yang selalu di kenang. Seperti kalau kita akan ke Singapura yang dikenal pasti ya Universal Studio," ucapnya.
"Misal Kawah Ijen, ya itu saja yang kita tonjolkan. Jadi Banyuwangi ya Ijen, Ijen ya Banyuwangi. Sehingga apa yang ada di benak wisatawan itu yang selalu di kenang. Seperti kalau kita akan ke Singapura yang dikenal pasti ya Universal Studio," ucapnya.
"Wisata budaya seperti gandrung adalah wisata pelengkap
saja, jadi tidak semestinya logo yang dibuat hanya satu karakter saja,"
pungkasnya.
Dari kalangan pelaku wisata Banyuwangi, Asmai Hadi,
mengungkapkan, seharusnya brand dan logo itu tidak dihadirkan. Karena pada
pertemuan sebelumnya, ide dan gagasan yang ditawarkan sudah ditolak.
"Sebelumnya sudah ada pertemuan dua kali, dan kami usul logo itu untuk tidak disetujui. Tapi kenapa sekarang muncul lagi seperti ini," katanya.
"Sebelumnya sudah ada pertemuan dua kali, dan kami usul logo itu untuk tidak disetujui. Tapi kenapa sekarang muncul lagi seperti ini," katanya.
Tanggapan Pihak Konsultan
Menanggapi berbagai kritik tersebut, Konsultan dari
Kementrian Pariwisata RI, Sakti Maaki menjelaskan, "Kami membuat ini bukan
asal-asalan namun ada panduan, acuan serta penelitian yang panjang,"
jelasnya.
Menurut Sakti, untuk menentukan logo dan brand ada acuan
yang diberikan langsung oleh Kementerian seperti halnya Wonderful Indonesia
beserta logonya.
"Dasar yang di berikan adalah Wonderful Indonesia,
namun dalam pentuan kata Majestic melalui poling dengan quisoner, hasilnya 68
persen memilih kata tersebut," terangnya.
Sakti Maaki
mengatakan, menentukan brand tidak semata hanya berkaca pada satu titik saja.
Melainkan harus mengetahui apa saja isi dari keseluruhan yang akan ditampilkan.
“Jadi tidak hanya satu ikon yang ditunjukkan, kita mengkaji apa saja yang menjadi daya tarik dan mewakili identitas Banyuwangi,” jelas Sakti Maaki saat sosialisasi.
“Jadi tidak hanya satu ikon yang ditunjukkan, kita mengkaji apa saja yang menjadi daya tarik dan mewakili identitas Banyuwangi,” jelas Sakti Maaki saat sosialisasi.
Selain itu, kata Sakti, mengenai brand wisata ini merupakan wadah dari seluruh
kajian yang berada di Banyuwangi. Sehingga terdapat penggabungan antara nature,
budaya dan seni yang keputusan akhir diambil ‘adat istiadat’.
“Karena Banyuwangi identik dengan seni, khususnya pada karakteristik tari. Jadi kita ambil gambaran logo layaknya tarian,” katanya.
Lebih dari itu, penentuan brand ‘majestic banyuwangi’ juga merupakan gambaran destinasi wisata di kabupaten ini. Karena selain berarti ‘keagungan’, ini juga berarti ‘kemegahan’ beragam destinasi wisata di Banyuwangi.
“Karena Banyuwangi identik dengan seni, khususnya pada karakteristik tari. Jadi kita ambil gambaran logo layaknya tarian,” katanya.
Lebih dari itu, penentuan brand ‘majestic banyuwangi’ juga merupakan gambaran destinasi wisata di kabupaten ini. Karena selain berarti ‘keagungan’, ini juga berarti ‘kemegahan’ beragam destinasi wisata di Banyuwangi.
Pendapat
lain, pengambilan dan penentuan kata tersebut juga harus menyesuaikan dengan
induk brand wisata nasional yakni ‘wonderful indonesia’.
“Jadi brand ‘majestic banyuwangi’ ini sebagai bapak dari seluruh brand yang akan ditampilkan. Bedanya, ini tidak sekedar sebagai branding untuk wisata nusantara tapi promosi wisata internasional,” ucapnya.
Sakti menambahkan, sebenarnya tugas pemerintah tidak perlu mengurus mengenai branding ataupun permasalah logo. Akan tetapi, bagaimana mengenalkan dan mewujudkan isi wisata yang akan ditawarkan.
“Karena kalau kita bahas masalah brand atau logo di sini, itu akan menghabiskan waktu saja. Tugas kita di sini sebenarnya bagaimana membawa wisata kita dapat dikenal di dunia, itu kan tujuannya,? Jadi bukan sekedar nama atau gambar yang menjadi masalah,” tegasnya.
Namun, Sakti juga tak menampik bahwasanya kegiatan sosialisasi ini juga memerlukan masukan dari Pemerintah Banyuwangi. Meskipun sesungguhnya, kegiatan ini merupakan inisiasi Kementrian Pariwisata yang memfasilitasi daerah untuk melakukan rebranding wisatanya.
“Jadi brand ‘majestic banyuwangi’ ini sebagai bapak dari seluruh brand yang akan ditampilkan. Bedanya, ini tidak sekedar sebagai branding untuk wisata nusantara tapi promosi wisata internasional,” ucapnya.
Sakti menambahkan, sebenarnya tugas pemerintah tidak perlu mengurus mengenai branding ataupun permasalah logo. Akan tetapi, bagaimana mengenalkan dan mewujudkan isi wisata yang akan ditawarkan.
“Karena kalau kita bahas masalah brand atau logo di sini, itu akan menghabiskan waktu saja. Tugas kita di sini sebenarnya bagaimana membawa wisata kita dapat dikenal di dunia, itu kan tujuannya,? Jadi bukan sekedar nama atau gambar yang menjadi masalah,” tegasnya.
Namun, Sakti juga tak menampik bahwasanya kegiatan sosialisasi ini juga memerlukan masukan dari Pemerintah Banyuwangi. Meskipun sesungguhnya, kegiatan ini merupakan inisiasi Kementrian Pariwisata yang memfasilitasi daerah untuk melakukan rebranding wisatanya.
Awalnya, konsultan memang menawarkan satu logo yakni tarian
gandrung ke pihak Kemenpar, namun usulan itu sempat ditolak. Sehingga, mereka
melakukan survey ulang untuk menentukan logo tersebut.
"Kedua ada usulan dari pemerintah daerah yaitu omprok gandrung lengkap dengan karakter alamnya. Tapi kemenpar juga menolak, sehingga kita sempurnakan usulan pertama dengan tambahan gandrung dengan kipas," kata Konsultan Sakti Maaki.
Sehingga saat sosialisasi, muncul tiga gambar logo yang menyertai brand baru ‘majestic banyuwangi’.
"Terus terang, usulan Pak Menteri minta yang logo yang pertama, sedangkan pemkab minta yang kedua, tapi kami usul yang ketiga. Ini menjadi catatan kami, sehingga akan menjadi masukan kalau waktunya cukup kita akan segera lakukan perubahan,” jelas Sakti.
"Kedua ada usulan dari pemerintah daerah yaitu omprok gandrung lengkap dengan karakter alamnya. Tapi kemenpar juga menolak, sehingga kita sempurnakan usulan pertama dengan tambahan gandrung dengan kipas," kata Konsultan Sakti Maaki.
Sehingga saat sosialisasi, muncul tiga gambar logo yang menyertai brand baru ‘majestic banyuwangi’.
"Terus terang, usulan Pak Menteri minta yang logo yang pertama, sedangkan pemkab minta yang kedua, tapi kami usul yang ketiga. Ini menjadi catatan kami, sehingga akan menjadi masukan kalau waktunya cukup kita akan segera lakukan perubahan,” jelas Sakti.
Kesepakatan
Akhir
Setelah melalui pembahasan panjang, sejumlah pihak dari
Pemkab Banyuwangi melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Dewan Kesenian
Blambangan, maupun sejumlah pelaku seni, budaya dan pariwisata menyetujui brand
tersebut.
Gambar Tari Gandrung Perempuan dengan tagline Majestic
Banyuwangi disepakati sebagai logo Destinasi Banyuwangi.
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi yang semula
mengkritik keras, akhirnya sepakat dengan logo dan brand tari Gandrung
Perempuan. Namun ada dua catatan atau perubahan yang diharapkan bisa
diakomodasi oleh tim kreatif Kementerian Pariwisata.
Perubahan tersebut pada bentuk hiasan kepala penari. Bentuk
hiasan kepala penari dianggap mirip udeng, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Banyuwangi minta diganti dengan omprog atau mahkota yang biasa dipakai oleh
penari gandrung.
Satu lagi, untuk menghilangkan kesan erotis pada selendang
penari, sebisa mungkin dikurangai ketebalan warna pink, karena berkesan seperti
pakaian dalam wanita.
Ketua Persatuan Hotel Dan Resturan Indonesia (PHRI)
Banyuwangi Asmai Hadi, menyebut logo ini mampu mewakili destinasi wisata yang
ada di Kabupaten Banyuwangi.
"Misal selendang gandrung yang melengkung,
menggambarkan seberapa indah ombak yang ada di pantai plengkung,dan lekungan
tangan kirinya, seperti pegunungan," katanya.
Asmai Hadi juga menyebut pilihan kata "Majestic
Banyuwangi" sebagai hal yang tepat karena memiliki makna Keagungan.
Menurutnya ini mencerminkan di Banyuwangi tersimpan keagungan, mulai dari
wisata alam hingga wisata budayanya.
Menurut Sakti Makki, Majestic memiliki makna keagungan, dan
ini di anggap mewakili keterkandungan wisata yang ada di Banyuwangi, seperti
gunung Ijen dan ombak terbesar nomer dua dunia. (Timesindonesia.co.id, Beritajatim.com)
Udated
Finalisasi logo Majestic Banyuwangi setelah mengalami penyempurnaan, akhirnya disepakati sebagai berikut :
Bangga menjadi warga banguwangi yang terus berbenah diri yang dapat menjadikan rasa bangga dan percaya diri
BalasHapusMin boleh minta logo Majestic Banyuwangi versi png?
BalasHapus