Desa Wisata Taman Sari Banyuwangi - Satu lagi desa wisata di Banyuwangi diperkenalkan secara resmi, Kamis (19/5/2016). Desa wisata Tamansari yang terletak di kawasan Taman Wisata Alam Gunung Ijen ini merupakan hasil kerjasama Pemkab Banyuwangi dengan Bank Central Asia (BCA). Desa Tamansari yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Ijen tersebut menjadi sebagai
salah satu desa wisata binaan BCA, sebagai bagian dari kegiatan corporate social
responsibility (CSR), Bakti BCA Pilar Solusi Bisnis Unggul.
Kawah Ijen sejak beberapa tahun terakhir ini sudah menjadi tujuan wisata utama di Banyuwangi. Kawah Ijen tak pernah sepi dari kunjungan wisatawan domestik maupun mancanegara. Trennya terus meningkat dari waktu ke waktu. Pada momen tertentu seperti liburan panjang, ribuan wisatawan menyerbu kawasan yang terkenal dengan fenomena api birunya ini. Imbasnya, seluruh hunian hotel dan homestay di Banyuwangi pun dikabarkan full boked. Apalagi setelah Gunung Ijen ditetapkan sebagai jaringan cagar biosfer dunia oleh Unesco, dampaknya akan membuat nama Ijen semakin dikenal di seluruh dunia.
Melihat besarnya potensi wisata di Kawah Ijen, Pemkab Banyuwangi tidak berpuas diri, namun justru terpacu untuk bergerak cepat memanfaatkan momentum. Berbagai potensi wisata di sekitar Gunung Ijen dikembangkan. Beberapa kelompok masyarakat di kampung wisata yang berada di sekitar areal lereng Gunung Ijen, dibina dan dilatih untuk menjual potensi desanya. Setelah Desa Wisata Banjar di Kecamatan Glagah diperkenalkan, menyusul kemudian Desa Wisata Tamansari di Kecamatan Licin, Banyuwangi. Kedua kecamatan ini memang bertetangga, bahkan dulunya Kecamatan Licin merupakan hasil pemekaran dari Kecamatan Glagah pada tahun 2004.
Untuk mengoptimalkan pamor sebagai desa wisata, beragam potensi yang ada di desa setempat yang dikenal sebagai Kampung Penambang, Kampung Bunga dan Kampung Susu diintegrasikan dalam satu wadah yang bernama Kampung Wisata Tamansari.
Selain diuntungkan oleh letak geografisnya yang berada di wilayah Taman Wisata Alam Gunung Ijen, Desa Tamansari sendiri memang memiliki potensi yang bisa dikembangkan untuk menunjang sektor pariwisata. Desa Tamansari hanya berjarak sekitar 24 km dari kota Banyuwangi, dan posisinya berada di tengah-tengah perjalanan menuju Kawah Ijen, membuatnya strategis dijadikan tujuan persinggahan. Karena itu Tamansari juga diposisikan sebagai rest area Gunung Ijen.
Wisatawan yang akan mendaki Kawah Ijen atau setelah pulang, bisa sejenak mampir di Desa Wisata Tamansari sembari menikmati keindahan alam yang asri, mencicipi beragam kuliner suku Osing, merasakan keramahan warga lokal dan berbelanja oleh-oleh khas Banyuwangi. Terlebih di lokasi ini juga telah tersedia fasilitas penunjang seperti ruang informasi pariwisata.
Pada tahun 2015 lalu Desa Tamansari pernah digunakan sebagai tempat penyelenggaraan Jazz Ijen Banyuwangi. Acara yang berlangsung di Dusun Jambu ini berlangsung meriah dihadiri penonton yang langsung datang dari Banyuwangi dan luar kota maupun para pendaki yang baru turun dari Kawah Ijen. Ini menunjukkan desa Tamansari sebagai tempat persinggahan, letaknya cukup strategis.
Pemandangan di Desa Tamansari (sumber : Facebook.com) |
Melihat besarnya potensi wisata di Kawah Ijen, Pemkab Banyuwangi tidak berpuas diri, namun justru terpacu untuk bergerak cepat memanfaatkan momentum. Berbagai potensi wisata di sekitar Gunung Ijen dikembangkan. Beberapa kelompok masyarakat di kampung wisata yang berada di sekitar areal lereng Gunung Ijen, dibina dan dilatih untuk menjual potensi desanya. Setelah Desa Wisata Banjar di Kecamatan Glagah diperkenalkan, menyusul kemudian Desa Wisata Tamansari di Kecamatan Licin, Banyuwangi. Kedua kecamatan ini memang bertetangga, bahkan dulunya Kecamatan Licin merupakan hasil pemekaran dari Kecamatan Glagah pada tahun 2004.
Untuk mengoptimalkan pamor sebagai desa wisata, beragam potensi yang ada di desa setempat yang dikenal sebagai Kampung Penambang, Kampung Bunga dan Kampung Susu diintegrasikan dalam satu wadah yang bernama Kampung Wisata Tamansari.
Dengan demikian, wisatawan yang akan ke Gunung Ijen bisa melihat etalase kecil tentang potensi Banyuwangi di pondok Desa Wisata Tamansari yang bernuansa khas suku Osing tersebut.
Wisatawan yang akan mendaki Kawah Ijen atau setelah pulang, bisa sejenak mampir di Desa Wisata Tamansari sembari menikmati keindahan alam yang asri, mencicipi beragam kuliner suku Osing, merasakan keramahan warga lokal dan berbelanja oleh-oleh khas Banyuwangi. Terlebih di lokasi ini juga telah tersedia fasilitas penunjang seperti ruang informasi pariwisata.
Pada tahun 2015 lalu Desa Tamansari pernah digunakan sebagai tempat penyelenggaraan Jazz Ijen Banyuwangi. Acara yang berlangsung di Dusun Jambu ini berlangsung meriah dihadiri penonton yang langsung datang dari Banyuwangi dan luar kota maupun para pendaki yang baru turun dari Kawah Ijen. Ini menunjukkan desa Tamansari sebagai tempat persinggahan, letaknya cukup strategis.
Penonton meluber menikmati pertunjukan jazz Ijen 2015 di Dusun Jambu, Desa Tamansari, Kecamatan Licin, yang diantaranya dimeriahkan oleh Keris Patih dan Andre Hehanusa (sumber : Hot.detik.com) |
Salah satu sudut jalan di Desa Taman Sari (sumber : Sapiperah-tamansarilicin-banyuwangi.blogspot.co.id) |
Tuan Pancur ini kemudian menikah dengan wanita setempat yang bernama Astiyah. Setelah dinikahi Tuan Pancur, si wanita ini pun lebih dikenal sebagai Nyonya Mince.
Nama Tamansari ternyata diambil dari sebuah taman yang dipergunakan sebagai tempat penginapan yang dimiliki oleh Tuan Pancur yang berada di Dusun Krajan, yang jaraknya hanya 200 meter dari kantor Kepala Desa Tamansari sekarang. Salah satu bukti keberadaan Tuan Pancur bisa diketahui dari puing bangunan rumah dan makamnya yang berada di Desa Tamansari.
Salah satu rumah keluarga Belanda di Licin antara tahun 1915-1916 (sumber : Id.wikipedia.org) |
Ini menunjukkan bahwa wilayah Tamansari sejak dulu sudah dikenal sebagai tempat tinggal sekaligus sekaligus memiliki potensi wisata. Orang-orang Belanda dikenal menyukai wilayah pegunungan sebagai tempat tinggal yang nyaman. Dan kini, potensi wisata di Desa Tamansari tengah dibangun kembali oleh Pemkab Banyuwangi.
Desa Taman Sari Raih Desa Wisata Award
Pada tahun 2017, Desa Tamansari mendapat penghargaan “Desa
Wisata Award” dari Kementerian Desa, Pembangunan Desa Tertinggal dan
Transmigrasi. Desa Wisata Tamansari terpilih sebagai desa wisata terbaik dalam
kategori pemanfaatan Jejaring Bisnis.
Desa Tamansari dinilai berhasil mengelola potensi pariwisata
desa untuk meningkatkan perekonomian masyarakat. Berbagai potensi wisata
seperti homestay, kendaraan wisata, jasa guide serta beberapa usaha kecil
menengah yang dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa) Ijen Lestari
berhasil dikembangkan di desa Tamansari.
Salah satu usaha yang berhasil dikembangkan oleh Badan Usaha
Milik Desa (Bumdes) Tamansari adalah menggerakkan masyarakat agar menjadikan
rumahnya sebagai homestay.
Sudah ini puluhan homestay berdiri di Tamansari, mayoritas
pemiliknya adalah warga yang bekerja sebagai petani dan penambang belerang.
Selain mengelola homestay, Bumdesa Ijen Lestari juga menyediakan
paket wisata di Desa Wisata Tamansari yang disingkat Dewi Tari. guide lokal dan
kendaraan untuk wisatawan yang akan berkunjung ke Ijen.
Wisatawan akan diajak untuk menikmati objek-objek wisata
yang ada di Desa Tamansari seperi Kampung Bunga dan Kampung Susu serta kampung
Penambang dan menikmati kopi produksi masyarakat desa. Ada juga paket tracking
menelusuri hutan pinus dan mempelajari kearifan lokal masyarakat Desa
Tamansari.
Bukan hanya itu, Bumdesa Ijen Lestari juga menyediakan guide
lokal dan kendaraan untuk wisatawan yang akan berkunjung ke Ijen.
Selain wisata, Desa Tamansari menjadi rintisan awal program
Smart Kampung yang mendorong berbagai kegiatan kreatif dan pelayanan berbasis
teknologi informasi. Disini warga desa bisa mengurus KTP, SPM Online, KK dan
izin usaha cukup diurus di tingkat desa, dengan jam pelayanan mulai pagi hingga
pukul 22.00 WIB.
Pelayanan publik hingga malam hari ini menyesuaikan kondisi
mayoritas masyarakat yang merupakan buruh dan pekerja, memiliki waktu luang
justru di malam hari.
Kantor Desa Tamansari juga terdapat tiga ruang perpustakaan
untuk Ibu PKK, anak-anak dan masyarakat umum. Para pemuda juga sering
memanfaatkan menjadi tempat akses Wifi.
Tak heran Desa Tamansari sering menjadi tempat studi banding
pada bidang pelayanan publik bagi kecamatan lain di Banyuwangi.
Wah... ngelihat tempatnya masih sanga asri ya Mas...:D
BalasHapusBeda sama di kota, banyak asap...
Terkadang orang kota rindu desa, dan orang desa rindu kota...
Salam,