Pantai Pulau Santen Banyuwangi - Satu per satu
potensi wisata di Banyuwangi diangkat. Kali ini giliran Pantai Pulau Santen
yang terletak di Desa Karangrejo, Kecamatan Kota Banyuwangi. Di pantai yang
terletak sejajar dengan Pantai Boom di sepanjang pesisir timur kota Banyuwangi
ini digelar kejuaraan dayung kano perorangan, Minggu (1/5/2016).
Kejuaraan ini diprakarsai oleh Kodim 0825, Organisasi Amatir
Radio Indonesia (ORARI), Forum Relawan Bencana Banyuwangi, dan Persatuan
Olahraga Dayung Seluruh Indonesia (PODSI). Menurut Komandan Kodim 0825
Banyuwangi, Letkol (inf) Roby Bulan, tujuannya selain menggali potensi
atlet olahraga Kano, juga untuk mempromosikan wisata Banyuwangi.
Kano adalah perahu kecil dan sempit yang kedua ujungnya
lancip dengan bagian atas terbuka. Kano digerakkan tenaga manusia dengan cara
dikayuh dengan sebuah dayung yang memiliki dua bilah dengan ujung yang rata
dikedua sisinya. Dalam lomba kano di pantai Pulau Santen ini, peserta
terbagi atas kelas putra dan putri. Mereka adu cepat mendayung kanonya
menuju garis finish dengan jarak 100 meter. Setiap peserta
dilengkapi life jacket (rompi keselamatan) dan sebuah dayung.
Sekalipun baru pertama kali digelar di Banyuwangi, sebanyak
200 peserta yang terdiri dari pelajar, mahasiswa dan umum mengikutinya,
menunjukkan adanya respon masyarakat yang cukup baik.
Berbeda dengan lomba kano yang biasanya diselenggarakan di
sebuah sungai yang memiliki arus landai, kali ini digelar di laut. Tepatnya di
Pantai Pulau Santen yang memiliki arus cukup kuat. Dengan begitu ada tantangan
bagi peserta untuk belajar mengendalikan perahunya sekaligus emosinya.
Dipilihnya Pantai Pulau Santen sebagai lokasi pertandingan karena dari sisi
lingkungan laut maupun daratnya dinilai cukup potensial untuk dikembangkan.
Wakil Bupati Banyuwangi, Yusuf Widyatmoko, yang membuka
kejuaraan mengatakan, pemkab sangat mengapresiasi kegiatan positif ini. “Ini
yang disebut sekali dayung dua tiga pulau terlampaui. Sambil mengajak
masyarakat untuk mencintai olahraga kano, kita juga bisa mengembangkan potensi
Pulau Santen sebagai tempat wisata kebanggaan Banyuwangi,” kata Yusuf.
Dengan diadakannya event ini Yusuf berharap, perekonomian
warga pun ikut meningkat. Warga sekitar, tukas Yusuf, jadi punya inisiatif
untuk menjajakan hidangan kuliner khas pantai seperti seafood dan
es degan hijau.
Nama Pulau Santen berkaitan dengan banyaknya pohon yang
dikenal oleh masyarakat Banyuwangi dengan nama pohon santen yang tumbuh
berderet di sepanjang pantai. Pohon-pohon tersebut sudah puluhan tahun lamanya ditanam oleh masyarakat nelayan setempat. Penanaman pohon santen tersebut digunakan untuk konsumsi ternak kambing sebagai usaha sampingan mereka selain sebagai nelayan. Para nelayan juga mendirikan rumah berderet semi permanen yang sekarang sudah menjadi kampung nelayan di pesisir Pulau Santen.
Pulau Santen yang berada di wilayah perairan Selat Bali ini lokasinya memang terpisah dari daratan Kota Banyuwangi. Keduanya dipisahkan oleh sebuah sungai berarus tenang yang mengalir sepanjang 2 KM lebih. Di tengah muara sungai terdapat sebuah delta yang membentuk pulau mangrove kecil yang membelah sungai tersebut. Untuk mencapai Pulau Santen, pengunjung akan melewati sebuah jembatan beton dengan lintasan dari kayu sepanjang 200 meter menghubungkan daratan Banyuwangi dan Pulau Santen.
Pulau Santen yang berada di wilayah perairan Selat Bali ini lokasinya memang terpisah dari daratan Kota Banyuwangi. Keduanya dipisahkan oleh sebuah sungai berarus tenang yang mengalir sepanjang 2 KM lebih. Di tengah muara sungai terdapat sebuah delta yang membentuk pulau mangrove kecil yang membelah sungai tersebut. Untuk mencapai Pulau Santen, pengunjung akan melewati sebuah jembatan beton dengan lintasan dari kayu sepanjang 200 meter menghubungkan daratan Banyuwangi dan Pulau Santen.
Keberadaan Pohon Santen ini yang membuat tempatnya disebut Pulau Santen (sumber : Habibialisyahbana.blogspot.co.id) |
Pantai Pulau Santen menyuguhkan panorama Selat
Bali yang indah dengan pasirnya yang hitam legam. Pada pagi hari, pengunjung akan menikmati hangatnya sinar matahari. Beranjak
siang hingga sore hari, pemandangan beralih pada aktivitas para nelayan dengan hasil ikan tangkapannya. Rindangnya pepohonan dan semilir angin laut membuat Pulau Santen sering menjadi jujugan warga Banyuwangi untuk bersantai. Berenang bagi pengunjung yang membawa anak-anak juga menjadi aktivitas yang cukup menyenangkan.
Keindahan pantai Pulau Santen di siang hari (sumber : Teguhwongosing.blogspot.co.id) |
Hutan mangrove di muara sungai Pulau Santen (sumber :Weko.weebly.com) |
Nelayan Pulau Santen menjaring ikan secara berkelompok (sumber : Weko.weebly.com) |
Setelah ikan-ikan terkumpul, maka siap dijual. Terkadang sudah ada pengepul ikan yang siap menampung hasil tangkapan nelayan tersebut, atau jika tidak biasanya pengunjung yang saat itu berada disana siap membeli ikan-ikan segar tersebut.
Sekarang sudah ada warung-warung di sekitar Pulau Santen yang menjual menu hasil laut setempat, terutama dalam bentuk ikan bakar. Warung-warung tersebut biasanya mulai buka pada sore pukul 16.00 hingga malam hari.
CARA MENUJU PULAU SANTEN
Bagi masyarakat kota Banyuwangi dan sekitarnya, nama Pulau
Santen sudah tidak asing lagi, terlebih lokasinya terbilang dekat dan mudah
dijangkau. Letak Pulau Kecil tersebut berada di Desa Karangrejo, Kecamatan Kota
Banyuwangi.
Untuk menuju Pulau Santen bisa menggunakan kendaraan pribadi,
baik mobil dan motor, maupun bus pun bisa menjangkaunya karena infrastruktur
jalannya sudah beraspal. Bisa juga menggunakan angkutan lokal seperti ojek motor
dan becak untuk mencapai tempat wisata yang jaraknya hanya sekitar 3 km dari
jangkau kota Banyuwangi. Jika menggunakan sepeda motor, keuntungannya bisa
langsung parkir di Pulau Santen dengan melintasi jembatan yang melintang diatas
muara sungai. Sedangkan untuk mobil bisa parkir di sekitar pintu masuk jembatan.
Stasiun KA Karangrejo tahun 1991 (sumber : Grup Facebook, Banjoewangi Tempo doeloe)
Sebelum sampai Pulau Santen, pengunjung akan melewati dua tempat bersejarah, yaitu Stasiun Karangrejo dan Kelenteng Hoo Tong Bio dengan bentuk dan ciri bangunan yang khas. Stasiun KA karangrejo sudah tidak dipergunakan lagi sejak tahun 1987, pengoperasiannya dihentikan seiring telah diresmikannnya Stasiun Banyuwangi Baru dan jalur baru Rel Kereta Api di daerah Ketapang yang sekarang dikenal sebagai Stasiun Banyuwangi Baru. Sejak 1985 stasiun ini sudah berubah fungsi menjadi pasar tradisional. Sedangkan Kelenteng Hoo Tong Bio masih aktif hingga sekarang sebagai tempat ibadah umat Konghucu.
0 komentar:
Posting Komentar