Kalau Anda ke Banyuwangi dan sempat memperhatikan kondisi jalan rayanya dan jalan-jalan yang menghubungkan antar Kecamatan, mungkin Anda akan sepakat bahwa secara umum jalan di Kabupaten Banyuwangi sangat bagus dan mulus. Bahkan kalau Anda sempat blusukan ke kampung-kampung yang terdapat di setiap Kecamatan Banyuwangi, Anda akan mendapati, hampir semua jalannya sudah beraspal. Muyus bro.
Ini sekarang. Bagaimana kondisi jalan-jalan di Banyuwangi sebelum 2010? Sangat kontras! Selama belasan tahun jalanan di Banyuwangi tidak tersentuh pembangunan yang tuntas, perbaikan jalan sifatnya hanya tambal sulam, selesai diperbaiki tahun depan rusak lagi. Jangankan jalan desanya, jalan raya utamanya saja banyak yang bergelombang dan berlubang. Tidak heran kondisi jalan raya di Banyuwangi sering menjadi bahan olok-olok pengendara dari luar kota.
Perbedaan yang nyata mulai terjadi sejak Bupati Abdullah Azwar Anas memegang kendali pemerintahan daerah Banyuwangi pada 2010 silam. Awal mula menjabat Anas menemukan dari 3.200 km panjang jalan di Banyuwangi, kurang lebih 40% diantaranya dalam kondisi rusak. Untuk memperbaiki semua jalan tersebut dibutuhkan biaya Rp 900 miliar. Dengan kemampuan keuangan daerah yang sangat terbatas, mustahil mampu menuntaskan masalah tersebut.
Anas pun melakukan dialog dengan masyarakat. Ditanyakan pada mereka apakah bersedia sebagian anggaran pendidikan yang berjumlah Rp 1 triliun diambil untuk perbaikan jalan, tetapi konsekuensinya anak-anak mereka tidak dapat bersekolah selama setahun?
Seperti diduga, masyarakat keberatan. Begitu juga ketika Anas mengatakan untuk mengalihkan penggunaan dana sosial, termasuk didalamnya anggaran kesehatan untuk perbaikan jalan raya, masyarakat juga tidak bisa menerima.
Ditengah sulitnya jalan keluar, ternyata sang Bupati muda ini menemukan formula yang jitu untuk membangun dan memperbaiki jalan raya Banyuwangi yang rusak parah.
Dengan strategi yang unik, perlahan tapi pasti kondisi dan kualitas jalan raya Banyuwangi semakin bagus dan mulus.
Pembangunan jalan baru dan perbaikan jalan rusak berjalan seiring. Jalan antar kecamatan dan jalan di wilayah pedesaan dan akses jalan menuju tempat wisata pun mendapat perhatian. Setiap tahun dicanangkan membangun dan memperbaiki jalan sepanjang 300 km, sehingga sampai akhir 2015 pembangunan infrastruktur jalan di Banyuwangi ditargetkan akan mencapai 1.500 km.
Bukti tentang apiknya kondisi dan kualitas jalan raya di Banyuwangi sudah teruji dengan penyelenggaraan lomba balap sepeda "International Banyuwangi Tour de Ijen" yang diikuti puluhan pebalap mancanegara sejak 2012 lalu. Lomba balap yang menempuh jarak lebih dari 500 kilometer ini melewati belasan kecamatan di Banyuwangi. Ini bentuk rasa percaya diri dan keberanian Pemkab Banyuwangi untuk menunjukkan pada dunia bahwa infrastruktur jalan di Banyuwangi layak dijadikan ajang balap sepeda berskala internasional.
Pertanyaannya, mengapa Banyuwangi begitu ngotot memperhatikan pembangunan infrastruktur jalan dan bagaimana cara mewujudkan jalan-jalan yang mulus seperti itu, mengingat jika mengandalkan anggaran dari APBD sangat terbatas dan jelas tidak akan mencukupi?
Inilah jawabannya ....
Infrastruktur Adalah Daya Ungkit Ekonomi Suatu Daerah
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas meyakini, bahwa kunci untuk meningkatkan perekonomian suatu daerah terletak pada kelancaran infratruktur yang terdapat di daerah tersebut, salah satu yang penting adalah kondisi jalan rayanya. Mustahil suatu daerah berkembang jika terkendala dalam kelancaran arus distribusi barang dan jasa. Di mata Anas, infrastruktur adalah kunci pembangunan, terutama untuk memangkas ekonomi biaya tinggi dan mengungkit timbulnya sektor ekonomi baru.
Pengalaman China jadi pembelajaran. Menurut Anas, ekonomsi Cina berkembang pesat karena ditunjang pembangunan infrastruktur yang luar biasa. Selama kurun waktu 1970 -1999 ekonomi China tumbuh rata-rata 7,5 tahun per tahun dan bahkan mencapai lebih dari 10% per tahun pasca 1999.
Selain pembangunan jalan, juga diwujudkan dalam pengembanan Bandara Blimbingsari dan revitalisasi pelabuhan Tanjungwangi. Pembangunan dan perbaikan infrastruktur jalan menjadi perhatian karena selama belasan tahun kondisinya kurang baik.
Hasilnya? Jalan-jalan raya di Banyuwangi kini semakin bagus, mulus dan lebar. Semua jalan antar Kecamatan sudah beraspal, meski tentu saja, masih ada kekurangan disana-sini.
Dana Infrastruktur Jalan Terus Meningkat
Sebelum 2011 pembangunan jalan di Banyuwangi setiap tahun rata-rata hanya 90 kilometer. Sejak 2011 pembangunan jalan terus meningkat. Pada tahun 2013 pembangunan jalan meningkat menjadi 300 kilometer dengan dana APBD sekitar Rp 120 miliar.
Pada tahun 2014 khusus untuk pembangunan infrastruktur jalan dianggarkan lebih kurang Rp 90 miliar dan panjang jalan yang dibangun hampir 300 kilometer.
Sedangkan untuk tahun 2016, dengan anggaran mencapai 275 miliar, Pemkab Banyuwangi menargetkan bisa memperbaiki jalan sepanjang 700 - 800 kilometer.
Private Partnership Kunci Mulusnya Jalanan Di Banyuwangi
Dibalik keberhasilan pembangunan jalan di Banyuwangi, kuncinya ternyata sederhana, private partnership. Yaitu bentuk kemitraan antara pemerintah dan swasta untuk membangun infrastruktur jalan.
Kampung Pringgodani Beraspal Setelah Menunggu 75 Tahun
Material perbaikan jalan disumbang oleh warga. Mereka juga bekerja bakti untuk memperbaiki jalan secara bergantian.
"Kami iuran Rp 200.000 per kepala rumah tangga untuk membeli material. Ada juga yang sumbang pasir satu truk, ada yang sumbang materi lainnya. Untuk pengerjaannya ya masyarakat sini giliran. Ada jadwalnya sendiri setiap RT," ujar Sugianto, Kepala Dusun Pringgodani, seperti dikutip Kompas.com.
Dari total 9 kilometer jalan yang rusak, sebanyak 6 kilometer sudah tergarap, sedangkan sisanya, 3 kilometer, masih dalam penyelesaian. Mereka sudah mengajukan kembali permintaan 168 drum aspal untuk menuntaskan perbaikan. Sedangkan Pemkab Banyuwangi masih punya stok 1000 drum aspal yang siap dipakai, itupun sudah banyak desa yang mengajukan proposal bantuan aspal untuk memperbaiki jalan. Betul-betul laris manis.
Formula private partnership yang intinya memberdayakan potensi lokal terbukti berhasil membuat jalanan di Banyuwangi mulus dan mempercepat pembangunan infrastruktur jalan di pedesaaan Banyuwangi. Hitungan riilnya, dengan private partnership atau keterlibatan publik secara langsung, pengeluaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dapat ditekan hampir 50 persen. Bukan tak mungkin nantinya anggaran infrastruktur jalan bisa dipangkas drastis dan dialihkan untuk sektor lain, karena tidak banyak lagi jalan yang rusak parah untuk diperbaiki di Banyuwangi.
Jika akses jalan lancar, perputaran ekonomi pun lancar. Sederhana sekali resepnya.
Pengaspalan jalan di Desa Sumber Arum, Kecamatan Songgon, Banyuwangi, 2015 (sumber : Beritadaerah.co.id) |
Perbaikan jalan di Desa Bagorejo, Kecamatan Srono, 2014 (sumber : Pasangmata.com) |
Perbedaan yang nyata mulai terjadi sejak Bupati Abdullah Azwar Anas memegang kendali pemerintahan daerah Banyuwangi pada 2010 silam. Awal mula menjabat Anas menemukan dari 3.200 km panjang jalan di Banyuwangi, kurang lebih 40% diantaranya dalam kondisi rusak. Untuk memperbaiki semua jalan tersebut dibutuhkan biaya Rp 900 miliar. Dengan kemampuan keuangan daerah yang sangat terbatas, mustahil mampu menuntaskan masalah tersebut.
Anas pun melakukan dialog dengan masyarakat. Ditanyakan pada mereka apakah bersedia sebagian anggaran pendidikan yang berjumlah Rp 1 triliun diambil untuk perbaikan jalan, tetapi konsekuensinya anak-anak mereka tidak dapat bersekolah selama setahun?
Seperti diduga, masyarakat keberatan. Begitu juga ketika Anas mengatakan untuk mengalihkan penggunaan dana sosial, termasuk didalamnya anggaran kesehatan untuk perbaikan jalan raya, masyarakat juga tidak bisa menerima.
Ditengah sulitnya jalan keluar, ternyata sang Bupati muda ini menemukan formula yang jitu untuk membangun dan memperbaiki jalan raya Banyuwangi yang rusak parah.
Dengan strategi yang unik, perlahan tapi pasti kondisi dan kualitas jalan raya Banyuwangi semakin bagus dan mulus.
Pembangunan jalan baru dan perbaikan jalan rusak berjalan seiring. Jalan antar kecamatan dan jalan di wilayah pedesaan dan akses jalan menuju tempat wisata pun mendapat perhatian. Setiap tahun dicanangkan membangun dan memperbaiki jalan sepanjang 300 km, sehingga sampai akhir 2015 pembangunan infrastruktur jalan di Banyuwangi ditargetkan akan mencapai 1.500 km.
Bukti tentang apiknya kondisi dan kualitas jalan raya di Banyuwangi sudah teruji dengan penyelenggaraan lomba balap sepeda "International Banyuwangi Tour de Ijen" yang diikuti puluhan pebalap mancanegara sejak 2012 lalu. Lomba balap yang menempuh jarak lebih dari 500 kilometer ini melewati belasan kecamatan di Banyuwangi. Ini bentuk rasa percaya diri dan keberanian Pemkab Banyuwangi untuk menunjukkan pada dunia bahwa infrastruktur jalan di Banyuwangi layak dijadikan ajang balap sepeda berskala internasional.
Pelebaran jalan di jalan raya Kecamatan Genteng (sumber : Banyu-wangi.com) |
Proses pengerjaan. |
Kondisi jalan raya yang baru dihotmit dan dilebarkan. |
Para pebalap International Tour de Banyuwangi Ijen 2013 sedang melintas di jalan raya Kecamatan Genteng. |
Inilah jawabannya ....
Infrastruktur Adalah Daya Ungkit Ekonomi Suatu Daerah
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas meyakini, bahwa kunci untuk meningkatkan perekonomian suatu daerah terletak pada kelancaran infratruktur yang terdapat di daerah tersebut, salah satu yang penting adalah kondisi jalan rayanya. Mustahil suatu daerah berkembang jika terkendala dalam kelancaran arus distribusi barang dan jasa. Di mata Anas, infrastruktur adalah kunci pembangunan, terutama untuk memangkas ekonomi biaya tinggi dan mengungkit timbulnya sektor ekonomi baru.
Pengalaman China jadi pembelajaran. Menurut Anas, ekonomsi Cina berkembang pesat karena ditunjang pembangunan infrastruktur yang luar biasa. Selama kurun waktu 1970 -1999 ekonomi China tumbuh rata-rata 7,5 tahun per tahun dan bahkan mencapai lebih dari 10% per tahun pasca 1999.
Pengalaman China tersebut memberi pesan pentingnya desain kebijakan ekonomi yang mampu mendorong infrastruktur fisik untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan," kata Anas pada suatu kesempatan.Karena itu pembangunan infrastruktur transportasi - meliputi jalan, jembatan, pelabuhan, dan bandara - yang masif, menjadi prioritas program kerja Pemkab Banyuwangi dibawah kepemimpinannya.
Selain pembangunan jalan, juga diwujudkan dalam pengembanan Bandara Blimbingsari dan revitalisasi pelabuhan Tanjungwangi. Pembangunan dan perbaikan infrastruktur jalan menjadi perhatian karena selama belasan tahun kondisinya kurang baik.
Hasilnya? Jalan-jalan raya di Banyuwangi kini semakin bagus, mulus dan lebar. Semua jalan antar Kecamatan sudah beraspal, meski tentu saja, masih ada kekurangan disana-sini.
Dana Infrastruktur Jalan Terus Meningkat
Sebelum 2011 pembangunan jalan di Banyuwangi setiap tahun rata-rata hanya 90 kilometer. Sejak 2011 pembangunan jalan terus meningkat. Pada tahun 2013 pembangunan jalan meningkat menjadi 300 kilometer dengan dana APBD sekitar Rp 120 miliar.
Pada tahun 2014 khusus untuk pembangunan infrastruktur jalan dianggarkan lebih kurang Rp 90 miliar dan panjang jalan yang dibangun hampir 300 kilometer.
Sedangkan untuk tahun 2016, dengan anggaran mencapai 275 miliar, Pemkab Banyuwangi menargetkan bisa memperbaiki jalan sepanjang 700 - 800 kilometer.
Private Partnership Kunci Mulusnya Jalanan Di Banyuwangi
Dibalik keberhasilan pembangunan jalan di Banyuwangi, kuncinya ternyata sederhana, private partnership. Yaitu bentuk kemitraan antara pemerintah dan swasta untuk membangun infrastruktur jalan.
Dengan sistem private partnership ini, Pemkab Banyuwangi menyediakan alat berat, drum aspal serta tim teknis, sementara masyarakat menghimpun tenaga pekerja dan pihak swasta membantu material tambahan. Untuk pembangunan jalan Pemkab menyediakan 6 ribu drum aspal bagi masyarakat yang akan mengaspal jalan di wilayahnya secara swadaya. Masyarakat mengajukan usulan ke Dinas PU Bina Marga, lantas dinas melakukan survei dan jika dinilai layak akan direalisasi.
Menurut Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, model pengerjaan secara private partnership dan swadaya masyarakat terbilang efektif untuk membangun akses di pelosok pedesaan. Terbukti jalan yang dikerjakan secara private partnership ini lebih rapi jika dibandingkan digarap oleh kontraktor. Logikanya, karena jalan tersebut digunakan untuk kepentingan masyarakat setempat, merekapun mengerjakannya dengan sepenuh hati.
Salah satu dusun yang memanfaatkan skema private partnership adalah Dusun Pringgodani, Kecamatan Wongsorejo, yang wilayahnya sangat terpencil.
Dusun Pringgodani yang terletak di wilayah paling utara Kabupaten Banyuwangi selama ini terisolasi. Lokasi desanya terpelosok sekitar 15 km di wilayah Perkebunan Pasewaran, atau dari pusat Kecamatan Wongsorejo hampir 25 kilometer.
Sejak tahun 1942, akses jalan menuju Dusun Pringgodani sama sekali tidak pernah tersentuh perbaikan. Setelah menunggu 75 tahun, mimpi 500 KK di dusun tersebut untuk memiliki jalan beraspal pun terwujud.
Berkat skema private partnership, warga Pringgodani dapat memperbaiki jalan menuju desanya sepanjang 9 kilometer dengan bantuan aspal dari Pemerintah Kabupaten Banyuwangi sebanyak 387 drum.
Dusun Pringgodani yang terletak di wilayah paling utara Kabupaten Banyuwangi selama ini terisolasi. Lokasi desanya terpelosok sekitar 15 km di wilayah Perkebunan Pasewaran, atau dari pusat Kecamatan Wongsorejo hampir 25 kilometer.
Sejak tahun 1942, akses jalan menuju Dusun Pringgodani sama sekali tidak pernah tersentuh perbaikan. Setelah menunggu 75 tahun, mimpi 500 KK di dusun tersebut untuk memiliki jalan beraspal pun terwujud.
Berkat skema private partnership, warga Pringgodani dapat memperbaiki jalan menuju desanya sepanjang 9 kilometer dengan bantuan aspal dari Pemerintah Kabupaten Banyuwangi sebanyak 387 drum.
Material perbaikan jalan disumbang oleh warga. Mereka juga bekerja bakti untuk memperbaiki jalan secara bergantian.
"Kami iuran Rp 200.000 per kepala rumah tangga untuk membeli material. Ada juga yang sumbang pasir satu truk, ada yang sumbang materi lainnya. Untuk pengerjaannya ya masyarakat sini giliran. Ada jadwalnya sendiri setiap RT," ujar Sugianto, Kepala Dusun Pringgodani, seperti dikutip Kompas.com.
Dari total 9 kilometer jalan yang rusak, sebanyak 6 kilometer sudah tergarap, sedangkan sisanya, 3 kilometer, masih dalam penyelesaian. Mereka sudah mengajukan kembali permintaan 168 drum aspal untuk menuntaskan perbaikan. Sedangkan Pemkab Banyuwangi masih punya stok 1000 drum aspal yang siap dipakai, itupun sudah banyak desa yang mengajukan proposal bantuan aspal untuk memperbaiki jalan. Betul-betul laris manis.
Formula private partnership yang intinya memberdayakan potensi lokal terbukti berhasil membuat jalanan di Banyuwangi mulus dan mempercepat pembangunan infrastruktur jalan di pedesaaan Banyuwangi. Hitungan riilnya, dengan private partnership atau keterlibatan publik secara langsung, pengeluaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dapat ditekan hampir 50 persen. Bukan tak mungkin nantinya anggaran infrastruktur jalan bisa dipangkas drastis dan dialihkan untuk sektor lain, karena tidak banyak lagi jalan yang rusak parah untuk diperbaiki di Banyuwangi.
Jika akses jalan lancar, perputaran ekonomi pun lancar. Sederhana sekali resepnya.
Jalan raya di Gambiran yang menghubungkan Kecamatan Genteng dan Jajag.
0 komentar:
Posting Komentar