Temenggungan
adalah sebuah kelurahan yang berada di Kecamatan Banyuwangi, Kabupaten Banyuwangi.
Kelurahan Temenggungan yang letaknya di jantung kota Banyuwangi ini, luas
wilayahnya termasuk kecil, mungkin itu sebabnya warga setempat menyebut
wilayahnya sebagai sebuah kampung, Kampong
Temenggungan.
Gapura masuk Kampong Temenggungan berada di samping Pendopo Kabupaten Banyuwangi (sumber : Jitunews.com) |
Ibarat pepatah, kecil-kecil cabe rawit, meski wilayahnya
kecil tapi potensi warganya cukup besar. Sejak era tahun 1950-an, Temenggungan sudah
dikenal sebagai sentra industri batik Banyuwangi. Sampai saat ini Kelurahan
Temenggungan masih diakui sebagai salah satu kampung batik di Banyuwangi. Salah
satu pengrajin batik Temenggungan yang cukup dikenal adalah Sanggar Sayu Wiwit
yang telah merintis usaha sejak tahun 1995.
Kelurahan Temenggungan juga dikenal sebagai basisnya para
pendukung PDI Perjuangan. Pasalnya dalam setiap pemilu, partai berlambang
banteng bermoncong putih ini selalu meraih kemenangan telak di kelurahan yang
berada di belakang Pendopo Shaba Swata Blambangan. Pada pemilu
2014 lalu kampung Temenggungan sempat disebut sebagai kampungnya Jokowi, dimana
seluruh jalan kampung dipenuhi atribut yang mendukung pasangan Jokowi-JK. Bisa
jadi ini satu-satunya wilayah yang secara bulat warganya mendeklarasikan
dukungan terhadap pasangan capres-cawapres tertentu dalam pemilu
Indonesia.
Temenggungan memiliki sejarah penting bagi Banyuwangi. Ketika
terjadi perpindahan pusat pemerintahan Kadipaten Blambangan dari daerah
Ulupampang (Muncar) ke hutan Tirtaganda yang kini menjadi Kota Banyuwangi di
era pemerintahan Bupati Mas Alit (Raden Tumenggung Wiraguna) pada tahun 1774,
Temenggungan adalah kampung pertama yang dibangun. Pendopo Kabupaten Banyuwangi
dulunya merupakan keraton Kadipaten Blambangan, sedangkan Kampung Temenggungan
merupakan area pendukung sebagai tempat bermukimnya para pejabat pemerintahan
maupun pengurus pendopo kadipaten pada masa itu.
Sampai sekarang di kampung ini masih banyak terdapat rumah-rumah kuno peninggalan era kolonial, termasuk rumah Bupati ke-5 Raden Tumenggung Pringgokusumo yang masih berdiri tegak, walaupun dalam kondisi kurang terawat.
Sampai sekarang di kampung ini masih banyak terdapat rumah-rumah kuno peninggalan era kolonial, termasuk rumah Bupati ke-5 Raden Tumenggung Pringgokusumo yang masih berdiri tegak, walaupun dalam kondisi kurang terawat.
Rumah peninggalan Bupati ke 5 Banyuwangi, Raden Tumenggung Pringggokusumo, salah satu warisan bersejarah di Kampung Temenggungan-Banyuwangi (sumber: Jitunews.com) |
Maka tak heran jika wilayah Temenggungan memiliki kekayaan
sejarah dan peninggalan seni dan budaya Banyuwangi yang layak dilestarikan
serta seharusnya mendapat perhatian dari pemerintah daerah. Di sini banyak
terdapat bangunan-bangunan kuno serta rumah-rumah tradisional Using.
Salah situs sejarah yang terdapat di kelurahan Temenggungan
adalah sebuah sumur keramat yang bernama Situs
Sumur Sritanjung yang banyak diyakini sebagai tempat jatuhnya Sritanjung
dalam Legenda Banyuwangi.
Satu lagi kelebihan dari Temenggungan, kelurahan ini juga
dikenal sebagai kampung seniman, karena banyak melahirkan seniman musik lokal. Entah
bagaimana asal mulanya, sejak dahulu di tempat ini banyak dihuni oleh
seniman-seniman tradisional yang sangat berbakat. Sampai saat ini pun jiwa seni
itu masih dijaga dan diturunkan ke generasi penerus. Di kampung Temenggungan
banyak dijumpai anak-anak, orang dewasa sampai orangtua yang menggeluti dan
mempertahankan seni budaya tradisional. Dari sini lahir sejumlah komposer andal Banyuwangi, seperti Arief atau penyanyi Catur Arum yang lagu-lagunya banyak digemari masyarakat Banyuwangi.
Salah satu kebanggaan Kampong Temenggungan adalah adanya
kelompok musik etnik. Mereka memiliki grup musik Banyuwangi Putra Junior yang membina para talenta muda yang
bertalenta memainkan alat musik tradisional, dan Banyuwangi Putra Senior yang beranggotakan para senior seniman
musik tradisional. Mereka aktif mengembangkan dan mengadakan pentas musik
tradisional, musik kontemporer, musik dunia, seni pementasan, pasar kuliner, pameran
foto, lukisan dan batik.
Dengan daya tarik kebudayaan, kesenian tradisional, dan
peninggalan sejarah, kampung Temenggungan saat ini sedang ditata dan
dikembangkan untuk menjadi kampung wisata dan kampung budaya Banyuwangi.
Beragam potensi, mulai seni budaya, potensi heritage, batik, sampai kuliner yang
ada di tempat ini akan menjadi modal utama untuk mewujudkan cita-cita warganya
menjadi KAWITAN (Kampong Wisata Temenggungan).
Sebagai rintisan, setiap dua minggu sekali di Kampong
Temenggunan digelar acara pasar Minggu pagi, yang menampilkan berbagai kuliner
dan pementasan bakat-bakat muda warganya di bidang musik tradisional.
Mereka pun menjalin kerjasama dengan Komunitas Hiduplah Indonesia Raya (Hidora). Hidora mempertemukan
potensi musik Kampong Temenggungan dengan Jaringan Festival Kampung Nusantara
yang punya relasi luas ke sejumlah seniman.
Dari sini komunitas seni Kampong Temenggungan berkesempatan
mengadakan kolaborasi dengan seniman dari berbagai daerah lain bahkan
mancanegara. Kolaborasi musisi tradisional-kontemporer ini antara lain bersama
Arrington de Dionyso asal Amerika Serikat, Azis Franklin dari kota Malang, dan
Ade Koppies, seniman asal Ambon yang tinggal di Jimbaran Bali. Rekaman kolaborasi
uji coba ini ditampilkan ke media sosial dan buntutnya banyak seniman luar
negeri yang tertarik bergabung.
Sebagai bagian dari persiapan pengembangan kelurahan
Temenggungan menjadi kampung wisata, mereka menyelenggarakan sebuah event yang
merangkum berbagai potensi warganya dalam sebuah festival. Festival ini
dinamakan Festival Kampong Temenggungan, dengan mengambil tema “Banyuwangi
Kuno-kini”.
FESTIVAL KAMPONG TEMENGGUNGAN
Festival Kampong Temenggungan menampilkan berbagai potensi
asli yang terdapat di kelurahan Temenggungan, terutama potensi seni, budaya,
sejarah, kerajinan, dan kuliner. Di samping itu di dalam festival ini juga akan
ditampilkan berbagai kolaborasi seni antara seniman lokal kampung Temenggungan
bersama seniman-seniman dari berbagai daerah nusantara maupun mancanegara,
sebagai bentuk apresiasi seni yang menunjukkan kesiapan kampung ini sebagai
Kampong Wisata Temenggungan yang bahkan siap untuk go international.
Kegiatan ini terselenggara atas swadaya warga Kampong
Temenggungan sebagai bagian dari pengembangan kegiatan rutin Pasar Minggon, di
bawah naungan lembaga Kelurahan Temenggungan, dan dengan pendampingan oleh
gerakan Hidora.
Kolaborasi seniman lokal dan mancanegara dalam Festival Kampong Temenggungan (sumber : Rri.co.id) |
Dalam Festival Kampong Temenggungan yang berlangsung pada
16-17 Januari 2016, sejumlah seniman dari mancanegara dan musisi kontemporer
Indonesia ikut memeriahkan.
Para musisi mancanegara berkolaborasi dengan enam grup musik
tradisional Kampung Temenggungan, yaitu grup gamelan anak-anak Banyuwangi Putra
Junior, grup musik patrol Banyuwangi Putra Senior, grup musik akustik etnik
Ala-ala Atung dan Gedoh Kopiyer, grup kesenian Kuntulan Kradenan serta Kuntulan
Kampung Melayu.
Musisi asing yang tampil antara lain Gilles Saisi (gitaris)
asal Prancis, Marios Manelaou (basis etno) asal Cyprus, Isi Wolf (pemain light
clarinet) dari Inggris, Sarka Bartuskova (penari) dari Republik Ceko serta dua
seniman Lithuania, Matilda Minibrook (fire dancer) dan Lucas Paltanavicius
(pemain violin). Sedangkan musisi Indonesia yang berencana tampil di antaranya
berasal dari Bali, NTT, Kalimantan Timur, Bali, Bandung, Yogyakarta, Solo,
Tuban, dan Malang. Perlu dicatat, mereka datang dengan kocek sendiri dan penampilan mereka di festival tidak dibayar.
Dalam perhelatan Festival Kampong Temenggungan, kolaborasi
seniman asing dan Indonesia yang memainkan musik, tari dan membaca puisi
memukau masyarakat Banyuwangi. Jalanan di kampung Temenggungan sampai penuh dan
seniman sempat kerepotan untuk membawakan tarian. Panggung yang sederhana dan sempit di jalan kampung itu hanya cukup ditempati seniman musik, sedangkan penari berada di tempat penonton, sehingga penonton yang ingin melihat harus bergeser mundur.
Pengunjung festival juga bisa menikmati pasar kampung, semacam bazar yang menyajikan aneka macam kuliner khas Banyuwangi dan cendera mata seperti batik, kaus dan gantungan kunci.
Pengunjung festival juga bisa menikmati pasar kampung, semacam bazar yang menyajikan aneka macam kuliner khas Banyuwangi dan cendera mata seperti batik, kaus dan gantungan kunci.
Salut untuk sebuah kreativitas dari potensi sumber daya lokal Kampong Temenggungan yang mampu menyelenggarakan event berkelas. Satu langkah telah dibuat, masih banyak langkah lanjutan yang menunggu untuk mewujudkan sebuah mimpi : Kampung Wisata Temenggungan.
Kolaborasi lokal dan mancanegara dalam Festival Kampong Temenggungan (sumber : Facebook.com) |
Kolaborasi berkelas di Festival Kampong Temenggungan (sumber : Facebook.com) |
Kemeriahan Festival Kampong Temenggungan (sumber : Facebook.com) |
Hari kedua Festival Kampung Tumenggungan 17 januari 2016 by Slidely Photo Gallery
Keren dan salut untuk sebuah kreativitas dari potensi sumber daya lokal Kampong Temenggungan yang mampu menyelenggarakan event berkelas .... Sebuah langkah telah dibuat,
Gamelan anak-anak berbakat Kampong Temenggungan, Banyuwangi.
0 komentar:
Posting Komentar