Awalnya, kondisi Stadion Diponegoro, sebagaimana
kondisi umum stadion di Kabupaten lainnya, belum layak disebut sebagai sebuah
stadion yang memiliki fasilitas standar. Namun sejak sejak 2012 lalu Stadion
Diponegoro dirombak total, dan mengalami renovasi besar pada 2014 lalu setelah
Banyuwangi ditunjuk untuk menjadi tuan rumah Pekan Olahraga Provinsi (PORPROV)
Jawa Timur 2015.
Setelah 3 tahun menunggu, akhirnya Stadion
Diponegoro diresmikan pada 27 Mei 2015. Sekarang Banyuwangi memiliki stadion baru
yang dilengkapi dengan sejumlah fasilitas sehingga layak disebut sebagai
stadion modern.
Agar dapat dilangsungkan pertandingan pada malam
hari, Stadion Diponegoro dilengkapi dengan lampu penerangan yang sesuai dengan
aturan dari AFC. Dimana terdapat 4 buah tower, masing-masing terdiri 30 unit
lampu, sehingga akan terpasang 120 unit lampu. Setiap lampu tersebut
berkapasitas 2000 watt. Pengadaan lampu tersebut didatangkan langsung dari
Jerman.
Pemasangan lampu stadion |
Stadion Diponegoro terang benderang dengan lampu yang memenuhi standar AFC. |
Papan skor Stadion Diponegoro tidak lagi manual,
namun sudah menggunakan scoring board elektrik. Rumput yang digunakan untuk
stadion ini ialah rumput lamuran. Jenis ini disesuaikan dengan rumput yang sudah
tertanam sejak tahun 1970.
Stadion Diponegoro mempunyai kapasitas 15 ribu orang,
padahal semula kapasitas penonton direncanakan 20 ribu. Pemkab Banyuwangi
mengklaim bisa membangun stadion lebih mewah dibandingkan yang ada saat ini,
namun karena lebih mengutamakan nilai fungsinya akhirnya kapasitasnya dikurangi.
Tribun di Stadion Diponegoro |
HASIL KEMITRAAN PEMERINTAH DAN SWASTA
Pembangunan Stadion Diponegoro yang menelan biaya
Rp 25 miliar ini tanpa menggunakan anggaran APBD Provinsi dan anggaran
APBN. Melainkan menggunakan pola kemitraan antara pemerintah daerah dan swasta.
Dari jumlah itu hanya Rp 12 miliar yang menggunakan anggaran APBD Kabupaten dan
Rp 5 miliar dari pihak ketiga sponsor, termasuk lampu penerangan senilai Rp 9
miliar.
Ide baru membangun stadion dengan melibatkan
private partnership ini meniru sejumlah Negara maju dimana stadion disponsori
swasta yang kemudian namanya berhak dicantumkan sebagai nama stadion.
Misalnyya, Etihad Stadium di Manchester (Inggris), Emirates Stadium di London
(Inggris), atau Allianz Arena di Munich (Jerman).
Rencananya, ke depan stadion akan dikelola secara profesional dengan menggunakan operator swasta. Tujuannya agar stadion bisa terus terawat dan terjaga dengan baik. Sedang dirumuskan aturannya, bagaiamana nanti pihak swasta yang ikut menyumbang namanya bisa tercantum di stadion ini.
Rencananya, ke depan stadion akan dikelola secara profesional dengan menggunakan operator swasta. Tujuannya agar stadion bisa terus terawat dan terjaga dengan baik. Sedang dirumuskan aturannya, bagaiamana nanti pihak swasta yang ikut menyumbang namanya bisa tercantum di stadion ini.
DESAIN MODERN DAN TRADISIONAL
Renovasi Stadion Diponegoro melibatkan arsitek
nasional Budi Pradono dengan konsep yang memadukan arsitektur modern dan
tradisional. Hal ini bisa dilihat dari ornamen sketsel atau partisi yang
menghubungkan antara satu ruangan dengan lainnya, terbuat dari bata merah yang
tersusun unik. Sementara dekorasi dinding luarnya terbuat dari baja ringan yang
berukirkan penari Gandrung Banyuwangi dengan berbagai pose tari.
Yang menarik dari stadion ini adalah atapnya yang
membentuk seperti kapal karet, sangat mirip dengan stadion Allianz Arena di
Jerman.
Ornamen penari Gandrung di sisi luar stadion. |
Tampilan luar Stadion Diponegoro di malam hari. |
Musholla Stadion Diponegoro memiliki kisi-kisi ornamen sketsel atau partisi yang menghubungkan antara
satu ruangan dengan lainnya, terbuat dari bata merah yang tersusun unik.
|
DIRESMIKAN
DENGAN ISTIGHOSAH
Biasanya peresmian sebuah stadion dilakukan dengan
sebuah pertandingan eksebisi atau bersifat seremonial. Namun berbeda dengan
peresmian Stadion Diponegoro, pihak Pemkab Banyuwangi memilih mengemasnya
secara religius, yakni dengan menggelar istighosah akbar yang diikuti oleh
ribuan warga Banyuwangi. Istighosah pun dilakukan di halaman luar stadion agar
tidak mengganggu kualitas rumput.
Peresmian Stadion Diponegoro dilakukan dengan istighosah di luar stadion. |
Ketika membuka istigosah, Bupati Azwar anas
berharap stadion Diponegoro juga bisa bermanfaat bagi masyarakat. "Semoga stadion ini bermanfaat, tidak hanya
bagi pengembangan olahraga, tapi juga ekonomi karena di sini juga akan ada
stan-stan penjual makanan, minuman, dan kebutuhan masyarakat,” katanya.
Nantinya di bagian depan stadion akan dilengkapi
dengan amphiteater, dan stan-stan UMKM sebagai penunjang.
Ruang publik yang disediakan di sisi luar stadion dimanfaatkan oleh warga untuk berdagang cindera mata khas
Banyuwangi. Ruang ukuran 4x4 ini disewakan dengan harga sekitar Rp 15 juta per
tahun.
|
Dengan bentuk luarnya yang unik dengan ornamen penari gandrung khas Banyuwangi, tak pelak lagi Stadion Diponegoro akan mencuri hati siapapun dan menjadi bangunan ikonik kota Banyuwangi, sekaligus menjadi tempat jujugan baru bagi masyarakat. Tentunya ini akan menambah daya tarik pariwisata Banyuwangi.
0 komentar:
Posting Komentar