Dalam rangka promosi album ketiganya yang berjudul Selalu Ada Cinta, Syaharani and
QueenFireworks (Esqi:Ef) membuat dua buah video klip. Bukan secara kebetulan
jika Syaharani kemudian memilih Banyuwangi sebagai lokasi pembuatan video klip
tersebut.
Bagi Syaharani, Banyuwangi bukanlah kota yang asing. Di masa
lalu ia pernah mengunjunginya, dan bersama grup bandnya, dua kali ia mengisi
acara Banyuwangi Jazz Festival pada
tahun 2012 dan 2013. Bahkan pada Banyuwangi Beach Jazz Festival 2013, ia sempat
membawakan sebuah lagu etnik Banyuwangi yang diaransemen bersama pemusik lokal,
dan dibawakan secara berkolaborasi dengan penari dan penyanyi legendaris
Banyuwangi, Mbok Temuk.
Syaharani dan Mbok Temuk |
Hasil kolaborasi tersebut membuat Syaharani menyelami sekaligus mengagumi kekayaan musik dan budaya lokal Banyuwangi. Ia heran melihat banyak bertebaran sanggar seni yang aktif berkegiatan.
"Saya sudah berkeliling ke banyak
daerah, tapi Banyuwangi ini beda, kekayaan seni budaya, seperti gandrung,
angklung paglak, kuntulan, janger, barong, jaranan butho, dan gedhogan, luar
biasa mengakar di masyarakat. Saya akan terus berrakolaborasi dengan musisi
etnik lokal," katanya saat itu.
Ketika menyaksikan pertunjukan Gandrung yang dibalut tarian dan nyanyian yang sangat khas, ia
sempat menitikkan air mata. Ia sangat terkesan dengan penari Gandrung yang
memiliki cengkok dan pola berbeda dari teknik vokal pada umumnya.
Dan, yang membuat tambah kagum ternyata masyarakat
Banyuwangi masih meminatinya. Padahal, zaman sekarang segala hal yang berkaitan
dengan pertunjukan tradisional mulai ditinggalkan penontonnya karena tergerus
oleh budaya pop yang mengglobal.
"Mereka memberikan perhatian yang gede banget terhadap
Gandrung. Bukan main itu. Local star-nya juga benar-benar ada dan
ditunggu-tunggu banyak orang," ucapnya.
Mengenai kulinernya, Ia menuturkan
orang Banyuwangi full fusion. Makanannya unik-unik. Mereka suka mencampurkan
dua jenis makanan yang berbeda. Ada makanan rujak dicampur soto. Ada juga pecel
dimakan pakai rawon. "Yang menarik, makanan itu dijajakan di
warung-warung. Mereka tuh fusion banget. Aku juga suka makan nasi tempong.
Kalau makan sambalnya tuh enak banget," ucapnya.
Bukan hanya seni budaya nya, bagi pemilik nama Saira
Syaharani Ibrahim ini, wilayah di ujung timur Pulau Jawa ini begitu istimewa. “Di
sana saya temukan pantai yang enak untuk santai. Saya sempat pula ke Plengkung.
Karena di sana saya juga ada teman, maka saya pilih bikin klipnya di
Banyuwangi,” akunya.
Janji itu dibuktikan dengan membuat dua video klip untuk
album barunya, yaitu Coffee Morning dan Selalu Ada Cinta.
MORNING COFFEE
Pengambilan gambar untuk melengkapi video Morning Coffe ini
dilakukan selama dua hari pada Oktober 2013. Syaharani dan tim mengeksplorasi
sejumlah tempat di Banyuwangi. Morning Coffee bisa diartikan sebagai secangkir
kopi di pagi hari.
Bagi Syaharani, pagi itu istimewa. Pagi adalah saat yang
harus disambut dengan optimisme dan penuh semangat. Pagi juga merupakan momen
yang harus dirayakan sebagai ungkapan rasa syukur. Karena pagi pula yang jadi
awal setiap langkah untuk jalani perjalanan selama sehari penuh.
“Pagi itu harus dirayakan dengan keceriaan, dan jangan
memulai hari dengan kusut. Pagi harus dimulai dengan minum secangkir kopi,
memandang langit, atau mendengarkan kicauan burung,” tutur Syaharani.
Gagasan ini dituangkan dalam video trip Morning Coffee
yang seluruhnya berlokasi di Banyuwangi. Video dibuka dengan suasana pagi hari
di Pulau Merah, dimana Syaharani dan kawan-kawan yang sedang berkemah menyambut
hangatnya sang mentari dengan secangkir kopi sambil membuka laptopnya yang
mendokumendasikan cerita di balik video Morning Coffee.
Kisah pun bergulir bergulir dari satu adegan ke adegan lain.
Mulai dari keliling berbagai sudut kota dengan mengendarai vespa maupun sepeda
onthel, menelusuri jalanan, taman kota, bangunan lama sampai blusukan ke pasar tradisional
dan menikmati jajanan khas Banyuwangi, lalu dilanjutkan penjelajahan ke
tempat-tempat wisata di Banyuwangi seperti Desa Kemiren, Kawah Ijen, selain
Pulau Merah yang menjadi sentral kisah.
Lagu Morning Coffee yang berirama ceria dalam balutan rock n
roll itu, menurut penyanyi yang akrab disapa Rani ini, bisa membuat mata yang
sayu sehabis bangun pagi jadi terang-benderang. Bahkan, irama dan liriknya
mampu melahirkan semangat serta harapan untuk menghadapi hari-hari yang
menyibukkan.
Morning Coffee sendiri, lanjutnya, mengajak orang agar
berpikir positif tiap pagi hari. "Intinya mengajak menghargai moment pagi,
bukan kopinya. Ambil moment positif, semangat baru bagi diri dan kita
tularkan," imbuh Syaharani.
Ini tercermin dalam paduan antara alunan musik energik dan
visualisasi gambar yang bergerak dinamis dalam video yang berdurasi
4.47 menit ini. Karena berisi perjalanan di sejumlah tempat itu, maka Syaharani
lebih suka menyebut video klip Morning Coffee sebagai video trip.
SELALU ADA CINTA
Video klip "Selalu Ada Cinta" menampilkan suasana
kebersamaan para personel saat main ke Banyuwangi. Syaharani, Donny Suhendra
(gitaris), Didit Saad (gitaris), Trias Fajar Anugrah (keyboard), Andy Gomez
Setiawan (keyboard), Kristian Dharma (bass), dan Sirhan M Bahasuan (drum),
semua muncul di video ini dengan ekspresi natural.
Salah satu yang unik, di video klip ini, ada adegan Syaharani mengulek cabai yang kemudian ia hidangkan untuk teman-temannya. "Adegan ulekan itu rumit sebenarnya. Saya pegang cobek dan kamera sendiri," tutur Syaharani.
Aditya Pratama, sang sutradara video klip sengaja mengangkat keseharian yang jarang dilakukan masyarakat kota itu ke layar. Adegan mengulek cabai di video klip ini bukan cuma sekadar lucu-lucuan. Ada ungkapan untuk menghargai alam dan lingkungan sekitar.
"Saya ingin sesuatu yang unik mulai dari cara Mbak Rani ulek cabainya sampai sudut pandangnya ketika menyajikan sambal itu. Itu merupakan hal yang natural. Kalau di Jakarta kan orang jarang melakukan aktivitas mengulek, dan jarang ada dapur yang masih pakai tungku," jelas Aditya.
Salah satu yang unik, di video klip ini, ada adegan Syaharani mengulek cabai yang kemudian ia hidangkan untuk teman-temannya. "Adegan ulekan itu rumit sebenarnya. Saya pegang cobek dan kamera sendiri," tutur Syaharani.
Aditya Pratama, sang sutradara video klip sengaja mengangkat keseharian yang jarang dilakukan masyarakat kota itu ke layar. Adegan mengulek cabai di video klip ini bukan cuma sekadar lucu-lucuan. Ada ungkapan untuk menghargai alam dan lingkungan sekitar.
"Saya ingin sesuatu yang unik mulai dari cara Mbak Rani ulek cabainya sampai sudut pandangnya ketika menyajikan sambal itu. Itu merupakan hal yang natural. Kalau di Jakarta kan orang jarang melakukan aktivitas mengulek, dan jarang ada dapur yang masih pakai tungku," jelas Aditya.
Proses pembuatan video klip kali ini dikatakan Adit cukup
santai, karena ia tidak harus menargetkan harus cepat selesai. "Proses
pembuatannya lima hari, dan kami memang enggak mau sampai larut malam. Kami
betul-betul sudahi syuting ketika matahari terbenam, dan langsung istirahat.
Waktu lima hari pun kami buat untuk dua video," ungkap Adit.
Video trip tersebut juga menggambarkan pengalaman baru yang
mereka dapat selama di Banyuwangi, seperti adegan Syaharani mengayuh becak.
"Senangnya itu tadi, banyak pengalaman baru, seperti mengayuh becak. Kami naik becak, tapi kata Mas Adit, 'Sekarang lo yang kayuh becak.' Saya jadi mikir, jadi tukang becak membutuhkan skill juga, kalau enggak nanti becaknya belok sana, belok sini. Ada banyak hal lucu dan bikin mikir," kisah Rani.
"Senangnya itu tadi, banyak pengalaman baru, seperti mengayuh becak. Kami naik becak, tapi kata Mas Adit, 'Sekarang lo yang kayuh becak.' Saya jadi mikir, jadi tukang becak membutuhkan skill juga, kalau enggak nanti becaknya belok sana, belok sini. Ada banyak hal lucu dan bikin mikir," kisah Rani.
Video klip Syaharani and QueenFireworks, juga melibatkan seni tradisional. Ada adegan, mereka bersenang-senang di pematang sawah mengikuti gerakan maestro Gandrung Banyuwangi Temuk. Mereka lenggak-lenggok sekenanya.
"Sebenarnya (Temuk) sudah pernah berkolaborasi sama kami waktu satu panggung di festival Banyuwangi. Tapi kami senang dan bangga. Beliau juga senang banget. Yang menyanyi dan menari gandrung satu paket memang sudah tinggal sedikit di Banyuwangi. Jadi kami sangat-sangat senang bisa menghadirkan dia. Pesannya supaya bisa sampai; ada kearifan lokal dan kesederhanaan. Titik pandangnya juga dari sini," ujar Syaharani.
Senafas dengan pesan yang terkandung di liriknya "Selalu Ada Cinta", Syahrani and Queenfireworks mengajak penikmat musik untuk merayakan perbedaan. "Enggak ada orang yang 100 persen benar-benar sama saudara kembar pun pasti punya perbedaan. Perbedaan itu adalah keadilan dari Tuhan," kata Rani.
0 komentar:
Posting Komentar