Pecel Rawon Banyuwangi - Apa bayangan Anda jika dua makanan yang berbeda jenisnya dijadikan satu? Yang satu berbahan dasar sayuran, satunya berkuah dan berbahan daging. Pecel Rawon, ini nama hasil perpaduan antara nasi pecel dan rawon. Tidak usah hanya dibayangkan karena makanan ini benar-benar ada dan bisa dinikmati di Banyuwangi.
Pecel dipadu dengan rawon mungkin terasa mengada-ada, tapi jika Anda sempat mencicipinya, penilaian Anda akan berubah terhadap kuliner yang satu ini. Seperti halnya Rujak Soto yang merupakan perpaduan antara Rujak dan Soto, Pecel rawon adalah perpaduan antara pecel yang terdiri dari sayuran yang diberi bumbu kacang kemudian disiram dengan kuah rawon daging. Tapi berbeda dengan rujak soto yang menggunakan lontong, pecel rawon memakai nasi.
Pecel dipadu dengan rawon mungkin terasa mengada-ada, tapi jika Anda sempat mencicipinya, penilaian Anda akan berubah terhadap kuliner yang satu ini. Seperti halnya Rujak Soto yang merupakan perpaduan antara Rujak dan Soto, Pecel rawon adalah perpaduan antara pecel yang terdiri dari sayuran yang diberi bumbu kacang kemudian disiram dengan kuah rawon daging. Tapi berbeda dengan rujak soto yang menggunakan lontong, pecel rawon memakai nasi.
Pecel rawon atau rawon pecel sudah menjadi makanan khas Banyuwangi. Makanan ini cukup mudah ditemukan mulai dari restoran hingga warung-warung kaki lima di Banyuwangi. Salah satu warung makan pecel rawon yang dikenal masyarakat luas adalah Rumah Makan Pecel Ayu di Jalan Laksda Adisucipto 60, Banyuwangi.
Di rumah makan ini, pecel rawon disajikan lengkap dengan menu lauk-pauknya. Seporsi pecel rawon di RM Pecel Ayu terdiri dari sepiring nasi pecel yang berisi sayuran rebus, seperti bayam, taoge, kacang panjang, dan sambal pecel, ditambah kuah rawon. Pelengkapnya, udang goreng, empal sapi, ragi, paru goreng kering, dan remukan rempeyek kacang.
Paduan sambal pecel dan kuah rawonlah yang menjadi keistimewaan pecel rawon Ayu. Menurut Sulistyawati (53), pemilik Rumah Makan Pecel Ayu, bumbu sambal pecel diracik sendiri. Cabai yang digunakan pun hanya cabai rawit merah. Hasilnya, walaupun dicampur dengan kuah rawon, rasa gurih kacang dan pedasnya cabai tak kehilangan rasa.
Kuah rawon kaya dengan rasa rempah dan kaldu. Rasa manis yang biasanya ada di kuah rawon tidak terasa dominan. Hal inilah yang justru membuat paduan pecel dan kuah rawon menjadi pas karena sebagian rasa manis sudah didapatkan dari guyuran sambal pecel.
”Tidak ada bumbu yang rahasia, hanya bumbu rawon biasa, seperti keluwak, jahe, kencur, kunir, dan daun jeruk,” kata Sulistyawati membeberkan resepnya.
Untuk menghasilkan rawon beraroma rempah dan berasa gurih, berbagai macam rempah itu dihaluskan, kemudian disangrai agar aroma sedap masing-masing bumbu menyatu. Setelah disangrai, bumbu pun diperas dan hanya air perasan yang dipakai untuk bahan memasak. Air perasan bumbu itu kemudian dicampur dengan air kaldu hasil rebusan daging sapi dan paru.
Di Pecel Ayu, pecel rawon dihidangkan tanpa daging rawon, kecuali ada permintaan. Adapun paru, diiris tipis dan digoreng kering sebagai lauk pelengkap pecel rawon. Peyek udang, peyek kacang, ragi kelapa, ataupun sambal menemani hidangan pecel rawon.
Dalam setiap penyajian, Sulistyawati tidak sembarangan meracik pecel rawon. Ia selalu meracik dengan urutan tertentu. Piring ia isi dengan nasi dan sayur rebus terlebih dulu. Setelah itu, nasi sayur ia guyur dengan kuah rawon. Baru kemudian dia menambahkan sambal pecel sebagai topping. Menurut dia, dengan penyajian berurutan seperti itu, gurih dan pedasnya sambal pecel tetap terasa.
Berkembang pesat
Meskipun pecel rawon sudah umum di Banyuwangi, namun Sulistyawati memastikan pada tahun 1975 hidangan pecel rawon belum pernah ia jumpai. Perempuan asli Banyuwangi ini mengawali berjualan pecel rawon pada tahun 1988 dengan gerobak di pinggir jalan kawasan Singomatan, Kota Banyuwangi. Saat itu sudah banyak penjual pecel rawon dari kelas kaki lima hingga restoran.
Ketika Sulistyawati mulai berjualan dengan gerobak di pinggir jalan kawasan Singomatan pada tahun 1988, pecel rawon sudah populer. Sulistyawati beruntung saat itu memiliki seorang pembantu yang pintar memasak, yakni almarhum Sumini. Dari Sumini-lah, Sulistyawati mempelajari resep rawon dicampur pecel.
Rumah makan Sulistyawati terus berkembang. Setelah enam tahun berjualan di pinggir jalan, pada tahun 1994 Sulistyawati mengontrak sebuah rumah di dekat Kantor Pemerintah Daerah Banyuwangi. Usaha berkembang pesat dan pada tahun 1997 Sulistyawati mampu membeli rumah di Jalan Adisucipto yang menjadi lokasi usahanya hingga kini.
Rumah Makan Pecel Ayu yang kini ia tempati awalnya hanya sebesar ruang tamu dan ruang tengah, tetapi kian hari kian berkembang setelah ia membeli rumah sebelah warungnya. Kini sisi utara yang berupa teras pun diisi dengan kursi dan meja makan. Jika dulu Sulistyawati bekerja dengan dua karyawan, kini ia dibantu 11 karyawan.
Ia membuka warung dari pukul 07.00 hingga pukul 21.00. Hanya pada Lebaran warungnya tutup selama sepekan. Warung itu pun tak pernah sepi. Jumlah pembeli diperkirakan mencapai 400 hingga 600 orang per hari. ”Sulit mengukur berapa kebutuhan bahan baku harian. Yang jelas, dalam sehari saya harus berbelanja sekitar 30 kg daging, udang, dan paru,” katanya.
Setelah Anda mengenal Rujak soto, tidak ada salahnya juga menikmati Pecel Rawon jika berkunjung ke Banyuwangi. Keduanya sama enak dan nikmatnya. Maknyus pokok e.
thankyou for your post visit us to see article about fisheries at https://www.unair.ac.id/
BalasHapus