PUNYA DAYA TARIK UNIK , DESA WISATA DI BANYUWANGI INI BERBASIS BUDIDAYA IKAN AIR TAWAR

Desa Wisata Berbasis Budidaya Ikan Tawar - Pariwisata bagi Kabupaten Banyuwangi Jawa Timur, tidak melulu soal menarik kunjungan wisatawan, melainkan juga untuk menguatkan sektor-sektor lain. Misalnya Festival Gintangan untuk meningkatkan sektor ekonomi kreatif masyarakat berupa kerajinan anyaman bambu.

Di sisi lain ada sektor pertanian, tepatnya budidaya ikan air tawar, yang juga tengah digalakkan dengan penguatan konsep wisata. Sejak 2012, Pemkab Banyuwangi mencanangkan program Gerakan 10 ribu kolam ikan. 


Program ini bertujuan agar pasokan ikan di Banyuwangi bertambah dan melengkapi perikanan tangkap yang terkadang kurang stabil. Sekaligus meningkatkan ekonomi warna dengan cara memanfaatkan pekarangan warga yang menganggur. 

Setelah 3 tahun, target tersebut terlampaui. Tepat sampai akhir tahun 2015, sudah ada 13.215 kolam yang tersebar se Banyuwangi. 

Keberhasilan program ketahan pangan sekaligus sumber penghasilan keluarga ini diteruskan dengan target yang lebih besar lewat Gerakan 100 ribu Kolam

Hasilnya, kini bermunculan berbagai desa yang mampu mengembangkan desa wisata yang menawarkan budidaya air tawar sebagai daya tarik utama.

Berikut beberapa destinasi wisata di Banyuwangi yang dipadukan dengan upaya budidaya air tawar :

1. Ekowisata Kampung Jopuro Berbasis Budidaya Ikan

Kolam pemandian di Jopuro jadi favorit pengunjung (via https://www.instagram.com/eira_aurelia)
Di kawasan Dusun Rejopuro, Desa Kampung Anyar, Kecamatan Glagah atau yang biasa disebut Kampung Jopuro terdapat potensi air tawar yang melimpah berasal dari mata air setempat.

Disana terdapat dua sumber mata air yang tak pernah surut meski di musim keramau. Sumber terbesar bernama Sumber Kajar yang menjadi tempat acara Ithuk-Ithukan, selamatan kampung yang digelar setelah hari Raya Idul Fitri.

Sumber air yang jernih itu mampu mengeluarkan air sekitar 20 liter per detik, dimanfaatkan untuk mengairi sawah dan memenuhi kebutuhan minum warga.

Dari mata air yang mengalir tersebut lalu membentuk sungai dangkal yang airnya bening dengan arus yang tidak deras. Banyak batu-batu kali didalamnya.

Sementara di sekitar sungai banyak terdapat kolam-kolam yang ditumbuhi selada, mirip sebuah taman, dengan dikelilingi hamparan terasiring persawahan.
 
Tanaman selada di sekitar Jopuro (via Jatimnow.com)
Selain itu, warga juga memanfaatkan air tawar yang segar itu untuk memelihara ikan di saluran irigasi, yang melewati perkampungan.

Di selokan sepanjang 7 meter di salah satu rumah warga, pengunjung bisa melihat ikan koi besar dan kecil warna-warni  yang bebas berenang.

Padahal, dulunya tempat ini berupa semak belukar seperti hutan.

Melihat potensi yang ada, sejak Januari 2018, pemuda setempat kerja bakti secara swadaya membersihkan irigasi dan memindahkan batu-batu yang besar.

Batu-batu tersebut digunakan untuk membendung sungai hingga membentuk sebuah kolam pemandian berukuran sekitar 10 x 10 M.  

Selanjutnya warga menata tempat di sekitar kolam pemandian dengan membuat gubuk-gubuk di sekitar sungai untuk peristirahatan dan warung. Berbagai potensi kuliner khas Rejopuro, seperti kopi, jajananan tradisional, ikan bakar, serta olahan ikan lainnya tersedia disini.

Keberadaan kolam pemandian ini menjadi tempat favorit pengunjung mengajak anak-anak bermain air, berenang dengan ban atau melakukan tubing. Pemandangan sawah selada dan sawah terasiring menambah keasrian suasana.

Tempat wisata Kampung Jopuro ini dikelola oleh warga melalui karang taruna dan Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK). Tidak ada tiket masuk ke tempat ini. Pendapatan diperoleh dari parkir dan penyewaan ban untuk permainan air. Hasilnya diperuntukkan untuk membantu janda-janda tua, bedah rumah, dan aktivitas sosial lainnya.

Pemkab Banyuwangi sendiri mendukung Kampung Jopuro sebagai ekowisata berbasis budidaya air tawar. Sumber mata air Jopuro dinilai sangat bagus dan bersih, cocok untuk budidaya ikan.

Rencananya ada budi daya ikan sidat, nila, dan patin. Tetapi yang paling utama sidat karena memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi. Kandungan gizinya juga lebih banyak dibandingkan ikan Salmon.  

Selain itu, Ikan Sidat ini hanya mau hidup di air yang bersih dan ekosistem Jopuro memenuhi syarat tersebut. Bahkan disana sudah diresmikan berdirinya Kampung Sidat, yang dikembangkan Pemkab  Banyuwangi berkolaborasi dengan TNI AL.

Pemkab Banyuwangi sudah menebar ribuan bibit ikan di areal persawahan Dusun Jopuro sebagai program mina padi. Dengan dibatasi jaring, ikan-ikan itu tumbuh semakin besar di sela-sela tanaman padi. Nantinya ikan-ikan tersebut bisa dipanen dan dijual kepada pengunjung.



2. Kampung Gurami Desa Sukomaju-Srono

Guerame, keripik berbahan ikan Gurami, Srono-Banyuwangi.
Aneka keripik berbahan ikan Gurami, ada rasa original, pedas manis dan extra pedas dengan merk GUeRAME
(via https://www.instagram.com/guerame.id) 
Penggemar ikan Gurami wajib berkunjung ke kampung Gurami, Desa Sukamaju, Kecamatan Srono, Banyuwangi. Disini wisatawan bisa menikmati berbagai sajian kuliner berbahan dasar ikan gurami. Ditunjang lokasi yang sangat strategis dan mudah dijangkau, wisatawan yang ingin berkunjung atau sepulang dari Pulau Merah, De Djawatan Benculuk maupun Pantai Plengkung bisa sejenak mampir.

Sejak era 90-an, Desa Sukomaju sudah dikenal sebagai sentra ikan gurami. Banyak warganya yang hidup dari usaha budidaya ikan gurami, ini terlihat di hampir setiap rumah terdapat petak-petak kolam ikan.

Sempat meredup pada 2004 gara-gara pemasaran yang kurang baik dan beralih menanam cabai. Namun sejalan dengan berkembangnya pariwisata di Banyuwangi, restoran dan hotel kian menjamur, permintaan ikan gurami meningkat. Usaha budidaya gurami di Desa Sukamaju kembali bergairah.

Untuk mengembalikan kejayaan Desa Sukamaju sebagai penghasil gurami, pada April 2018 diresmikan Resto Pawon di Kampung Gurami.

Resto Pawon ini ini sebenarnya merupakan rumah penduduk di sekitar Kampung Gurami yang membuka jasa warung, khusus olahan ikan Gurami.

Berbagai olahan ikan gurami, mulai dari gurami bakar khas Banyuwangi, gurami rica, gurami asam manis, pecel gurami, bakso gurami hingga  rujak gurami, bisa dinikmati langsung di rumah penduduk.

Di Kampung Gurami ini, pengunjung juga bisa melihat bagaimana budidaya gurami dikembangkan, sekaligus berkonsultasi langsung dengan pembudidaya ikan.

Tak hanya itu, pengunjung juga bisa menangkap ikan di kolam, bakar ikan sendiri, menikmati masakan olahan gurami atau membeli bibit ikan gurami.

Jangan lupa membawa pulang oleh-oleh keripik gurami yang diberi merk GUeRAME. Keripik dari olahan daging gurami ini tersedia dalam beberapa varian rasa, yaitu original, pedas manis dan ekstra pedas yang siap menggoyang lidahmu.


3. Keramba Koi Waduk Lecari

Waduk Lecari Wringinagung, Gambiran-Banyuwangi.
Waduk Lecari Gambiran akan dikembangkan sebagai sentra ikan Patin Banyuwangi (via https://www.kabarbanyuwangi.info)

Dusun Sumberejo, Desa Wringinagung, Kecamatan Gambiran, Banyuwangi memiliki potensi berupa Waduk Lecari. Waduk ini diplot menjadi destinasi wisata baru di Banyuwangi.

Waduk Lecari akan dikembangkan menjadi Wisata Apung Indah Lestari. Di tahap awal telah dibangun keramba berisi ikan koi yang disediakan untuk edukasi anak-anak.

Di luar keramba, juga telah ditebar 23 ribu ekor bibit ikan patin sebagai program restocking tebar ikan terkendali (barkanli). Sebab nantinya waduk Lecari diproyeksikan menjadi sentra ikan Patin di Banyuwangi.

Konsep dasar Wisata Apung Indah Lecari adalah wisata terapung. Pihak pengelola menyiapkan perahu wisata, kerambah, kuliner warung tepi sungai dan warung terapung dengan menu khas kuliner olahan ikan patin. Termasuk kelengkapan sarana dan prasarana permainan air dan transportasi air.

Di lokasi ini, wisatawan bisa berkeliling waduk dan melihat aktivitas masyarakat dengan menggunakan perahu. Setelah itu bisa mampir ke warung-warung terapung di sekitar waduk, untuk mencicipi kuliner ikan patin.

Di waduk Lecari juga disiapkan keramba-keramba ikan di sekitar sungai. Keramba merupakan salah satu tempat pemeliharaan ikan dengan mengoptimalkan manfaat perairan umum untuk budidaya ikan.

Keramba berupa bambu dengan ukuran yang bervariasi untuk digunakan sebagai tempat budi daya ikan. Untuk keramba dijadikan budidaya ikan koi, yang bisa dijadikan edukasi pada anak-anak.




4. Selokan Cantik Desa Jajag

Selokan cantik desa Jajag, Banyuwangi.
Selokan di Desa Jajag disulap jadi tempat pemeliharaan ikan air tawar (via Kompas.com)
Dari selokan yang semula dipenuhi sampah, warga desa Jajag, Kecamatan Gambiran berhasil menyulap menjadi tempat memelihara ribuan ikan. Dengan kerja bakti warga dan upaya swadaya, selokan yang dulunya tercemar dan mengalami pendangkalan, kini menjadi bening dan bahkan menjadi budidaya ikan.

Wibi Untoro, (44) Ketua Kelompok Pembudidaya Mina Jajag mulanya jengkel dengan kebiasaan masyarakat yang masih membuang sampah ke saluran irigasi atau selokan.

Bersama warga sekitar yang ada di Desa Jajag, Kecamatan Gambiran, Kabupaten Banyuwangi, kemudian disepakati untuk mengeruk lumpur dan sampah, hingga kedalaman 70 centi meter, kemudian ditebar benih ikan air tawar.

Total ada 4 selokan yang berhasil direvitalisasi. Tiga buah selokan berada di Dusun Krajan, satu di Dusun Bulusari. Belasan ribu bibit ikan yang terdiri dari nila, tombro dan koi ditebar di 4 selokan tersebut. Untuk menjaga ikan tidak lepas, di setiap pembatas parit diberi jaring agar ikan tetap berkumpul.

Setelah selokannya bersih dan terdapat banyak ikan, warga turut menjaga dan tidak lagi membuang sampah di selokan.

Agar suasana kian asri, warga bergotong-royong membuat gubuk-gubuk peneduh dipinggir selokan, menanam tanaman dan membuat rumah baca berisi literasi budidaya ikan air tawar sebagai bahan bacaan warga dan anak-anak.

Masyarakat juga membuat gubuk-gubuk kecil dan menanami tanaman peneduh di pinggir selokan, sehingga membuat suasana kian asri.

Disediakan juga perpustakaan kecil yang berisi buku-buku tentang budidaya ikan air tawar, untuk bahan bacaan warga dan anak-anak.

Gerakan warga ini didukung pemerintah desa dengan mengeluarkan peraturan desa yang mengatur pelarangan warga untuk melakukan penyetruman, menjala ikan, dan penggunaan obat-obatan di sepanjang irigasi sungai desa.

Perdes tersebut juga mengatur tentang pengawasan oleh warga agar tidak membuang sampah di irigasi. Setiap dusun ada 5 warga yang ditunjuk menjadi pengawas.
 
Ribuan bibit ikan air tawar ditebar di selokan Desa Jajag (via Jatimnow.com)
Kini selokan cantik yang dikelola oleh kelompok masyarakat pengawas dan kelompok pembudidaya ikan Desa Jajag, Kecamatan Gambiran ini, menjadi tempat wisata edukasi bagi masyarakat umum dan siswa-siswi sekolah.

Banyak anak-anak yang datang untuk bermain ikan sambil memberi makan, termasuk wsatawan yang mampir untuk belajar budidaya ikan air tawar. 

Letak selokan yang berada di pinggir jalan raya memungkinkan siapa saja untuk berhenti sejenak dalam perjalanannya, sekedar istirahat, refreshing sambil memberi makan ikan dan sekaligus belajar tentang budidaya ikan air tawar. Ide yang menarik, bukan?

5. Desa Wisata Sungai Kaliploso 

Suasana Festival Kaliploso dan sungai yang bersih (via Youtube) 

Warga Desa Kaliploso, Kecamatan Cluring, Banyuwangi boleh bangga akan kebersihan sungainya. Tingginya kesadaran warga untuk menjaga kebersihan sungai, dibuktikan dengan terpilihnya Desa Kaliploso sebagai juara Festival Kali Bersih yang digelar Pemkab Banyuwangi.

Sungai Kaliploso yang letaknya di tengah sawah terlihat bersih, oleh warga desa airnya digunakan sebagai saluran irigasi untuk mengairi sawah. Hebatnya lagi, sungai di desa ini memiliki tata ruang yang alami tanpa bangunan di tepinya.

Selain kebersihan sungai dan saluran irigasi, Desa Kaliploso memiliki banyak potensi lain. Di desa tersebut banyak terdapat sentra UMKM, seperti pembuatan krupuk gambir dan jari, peyek berukuran jumbo, kue klemben, dan berbagai makanan olahan dari buah naga.

Selain itu, hasil pertanian agro Desa Kaliploso juga tak bisa diremehkan. Warga setempat aktif mengolah produk turunan dari pertanian agronya. Semisal Kue Klemben, rasanya sudah macam-macam, ada yang rasa jeruk dan buah naga. Bahkan mereka punya andalan puding buah naga atau puding telur rasa jeruk.

Namun, potensi terbesar di desa ini adalah kekompakan warganya. Secara swadaya warga desa mampu menggelar Festival Kaliploso yang bertujuan memamerkan dan menjual produk-produk UMKM di bantaran sepanjang sungai.

Dengan potensi ini, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas pun menjadikan desa ini sebagai desa wisata untuk mengangkat ekonomi kerakyatan. Salah satunya lewat kegiatan Pasar Kuliner.
Kreativitas warga Desa Kaliploso menggelar Festival Peyek Ombo, menciptakan peyek berukuran jumbo (via Timesjatim.com)
Tinggal membangun joglo atau saung di sawah untuk kenyaman pengunjung, secara rutin setiap Hari Minggu akan digelar pasar kuliner khas Desa Kaliploso. Selain itu kebersihan sungainya akan dikembangkan menjadi tempat pemancingan ikan. 

Bayangkan, sambil memancing di pinggir sungai yang bersih, pengunjung bisa menikmati kelezatan aneka kuliner khas Desa Kaliploso.

6. Kampung Lele Kedayunan


Kampung Lele Dusun Kedayunan, Kabat, Banyuwangi.
Aneka olahan berbahan ikan Lele (via Detik.com)

Potensi ikan air tawar lain yang sedang dikembangkan di Banyuwangi adalah ikan Lele. Bagi Anda penggemar ikan bersungut ini, jangan lewatkan untuk mengunjungi Kampung Lele di Dusun Krajan, Desa Kedayunan, Kecamatan Kabat, Banyuwangi.

Di Desa Kedayunan terdapat 52 kelompok pembudidaya ikan (pokdakan) Gandrung Lele yang terbentuk tahun 2017 lalu. Masyarakat setempat tak hanya punya kolam dan membudidayakan lele saja, tapi juga mengolah aneka makanan berbahan dasar lele.

Mulai dari plecing lele, perkedel lele, lele bakar, hingga dendeng lele kelapa. Juga ada lele kothok kemangi pedas, mangut lele, lele bumbu acar, pepes lele selimut ontong, lele pedas, dan lele sambal kemangi dikembangkan sebagai diversifikasi pangan berbahan lele.

Termasuk mengolah masakan sejenis unagi Kabayaki dari daging lele fillet, yang biasanya dibuat dari daging unagi atau sidat.

Bupati Banyuwangi Azwar Anas mengapreasiasi lahirnya Kampung Lele di Desa Kedayunan. Ibu-ibu kampung lele pun didorong agar membangun brand kuliner spesial dari lele.

Letak Desa Kedayunan yang dilewati jalan raya dan dekat dengan Kota Banyuwangi sangat strategis bagi pengunjung luar kota untuk mampir dan menikmati kuliner khas Kampung Lele.
 
RTH Kedayunan, Kabat, sedang digarap arsitek kenamaan Yori Antar dengan konsep futuristik.
Apalagi Kabat yang bakal memiliki ikon ruang terbuka hijau (RTH) Kedayunan yang didesain dengan konsep futuristik oleh arsitek kenamaan, Yori Antar.

Keberadaan kuliner, kata Anas, menjadi kekuatan dan daya tarik tersendiri jika digabungkan dengan kesenian.

Nantinya, warga setempat bisa memanfaatkan RTH ini untuk mengadakan bazar kuliner dan pentas seni rutin setiap malam minggu. Pengunjung bisa menyaksikan sambil menikmati kuliner nasi hangat lele dan hidangan serba lele lainnya, semacam food street begitu.


Itulah 6 desa di Banyuwangi yang menjadikan potensi budidaya ikan air tawar sebagai daya tarik destinasi wisata. Bukan tak mungkin nantinya akan disusul desa lain dengan ciri khas masing-masing.

Artikel BANYUWANGI BAGUS Lainnya :

1 komentar:

  1. Pengembangan perikanan air tawar yg luar biasa , semangat masyarakat ut memanfaatkan SDA patut di apresiasi . Mantap . 👍👍👍🙏

    BalasHapus

Scroll to top