Desa Wisata Berbasis Budidaya Ikan Tawar - Pariwisata bagi Kabupaten Banyuwangi Jawa Timur, tidak melulu soal menarik kunjungan wisatawan, melainkan juga untuk menguatkan sektor-sektor lain. Misalnya Festival Gintangan untuk meningkatkan sektor ekonomi kreatif masyarakat berupa kerajinan anyaman bambu.
Di sisi lain ada sektor pertanian, tepatnya budidaya ikan air tawar, yang juga tengah digalakkan dengan penguatan konsep wisata. Sejak 2012, Pemkab Banyuwangi mencanangkan program Gerakan 10 ribu kolam ikan.
Berikut beberapa destinasi wisata di Banyuwangi yang dipadukan dengan upaya budidaya air tawar :
Di kawasan Dusun Rejopuro, Desa Kampung Anyar, Kecamatan Glagah atau
yang biasa disebut Kampung Jopuro terdapat potensi air tawar yang melimpah berasal dari mata air setempat.
Penggemar ikan Gurami wajib berkunjung ke kampung Gurami, Desa Sukamaju, Kecamatan Srono, Banyuwangi. Disini wisatawan bisa menikmati berbagai sajian kuliner berbahan
dasar ikan gurami. Ditunjang lokasi yang sangat strategis dan mudah dijangkau, wisatawan yang
ingin berkunjung atau sepulang dari Pulau Merah, De Djawatan Benculuk maupun Pantai
Plengkung bisa sejenak mampir.
Dari selokan yang semula dipenuhi sampah, warga desa Jajag,
Kecamatan Gambiran berhasil menyulap menjadi tempat memelihara ribuan ikan. Dengan
kerja bakti warga dan upaya swadaya, selokan yang dulunya tercemar dan
mengalami pendangkalan, kini menjadi bening dan bahkan menjadi budidaya ikan.
Tinggal membangun joglo atau saung di sawah untuk kenyaman
pengunjung, secara rutin setiap Hari Minggu akan digelar pasar kuliner khas
Desa Kaliploso. Selain itu kebersihan sungainya akan dikembangkan menjadi tempat pemancingan ikan.
Potensi ikan air tawar lain yang sedang dikembangkan di Banyuwangi adalah ikan Lele. Bagi Anda penggemar ikan bersungut ini, jangan lewatkan untuk mengunjungi Kampung Lele di Dusun Krajan, Desa Kedayunan, Kecamatan Kabat, Banyuwangi.
Di sisi lain ada sektor pertanian, tepatnya budidaya ikan air tawar, yang juga tengah digalakkan dengan penguatan konsep wisata. Sejak 2012, Pemkab Banyuwangi mencanangkan program Gerakan 10 ribu kolam ikan.
Program ini bertujuan agar pasokan ikan di Banyuwangi bertambah dan melengkapi perikanan
tangkap yang terkadang kurang stabil. Sekaligus meningkatkan ekonomi warna dengan cara memanfaatkan pekarangan warga yang menganggur.
Setelah 3 tahun, target tersebut terlampaui. Tepat sampai akhir tahun 2015, sudah ada 13.215 kolam yang tersebar se Banyuwangi.
Keberhasilan program ketahan pangan sekaligus sumber penghasilan keluarga ini diteruskan dengan target yang lebih besar lewat Gerakan 100 ribu Kolam.
Hasilnya, kini bermunculan berbagai desa yang mampu mengembangkan desa wisata yang menawarkan budidaya air tawar sebagai daya tarik utama.
1. Ekowisata Kampung Jopuro Berbasis Budidaya Ikan
Kolam pemandian di Jopuro jadi favorit pengunjung (via https://www.instagram.com/eira_aurelia) |
Disana terdapat dua sumber mata air yang tak pernah surut
meski di musim keramau. Sumber terbesar bernama Sumber Kajar yang menjadi
tempat acara Ithuk-Ithukan, selamatan kampung yang digelar setelah hari Raya Idul
Fitri.
Sumber air yang jernih itu mampu mengeluarkan air sekitar 20
liter per detik, dimanfaatkan untuk mengairi sawah dan memenuhi kebutuhan minum
warga.
Dari mata air yang mengalir tersebut lalu membentuk sungai
dangkal yang airnya bening dengan arus yang tidak deras. Banyak batu-batu kali
didalamnya.
Sementara di sekitar sungai banyak terdapat kolam-kolam yang
ditumbuhi selada, mirip sebuah taman, dengan dikelilingi hamparan terasiring
persawahan.
Selain itu, warga juga memanfaatkan air tawar yang segar itu
untuk memelihara ikan di saluran irigasi, yang melewati perkampungan.
Di selokan sepanjang 7 meter di salah satu rumah warga,
pengunjung bisa melihat ikan koi besar dan kecil warna-warni yang bebas berenang.
Padahal, dulunya tempat ini berupa semak belukar seperti
hutan.
Melihat potensi yang ada, sejak Januari 2018, pemuda
setempat kerja bakti secara swadaya membersihkan irigasi dan memindahkan
batu-batu yang besar.
Batu-batu tersebut digunakan untuk membendung sungai hingga
membentuk sebuah kolam pemandian berukuran sekitar 10 x 10 M.
Selanjutnya warga menata tempat di sekitar kolam pemandian
dengan membuat gubuk-gubuk di sekitar sungai untuk peristirahatan dan warung. Berbagai
potensi kuliner khas Rejopuro, seperti kopi, jajananan tradisional, ikan bakar,
serta olahan ikan lainnya tersedia disini.
Keberadaan kolam pemandian ini menjadi tempat favorit
pengunjung mengajak anak-anak bermain air, berenang dengan ban atau melakukan tubing.
Pemandangan sawah selada dan sawah terasiring menambah keasrian suasana.
Tempat wisata Kampung Jopuro ini dikelola oleh warga melalui
karang taruna dan Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK). Tidak ada tiket masuk
ke tempat ini. Pendapatan diperoleh dari parkir dan penyewaan ban untuk permainan
air. Hasilnya diperuntukkan untuk membantu janda-janda tua, bedah rumah, dan
aktivitas sosial lainnya.
Pemkab Banyuwangi sendiri mendukung Kampung Jopuro sebagai ekowisata
berbasis budidaya air tawar. Sumber mata air Jopuro dinilai sangat bagus dan
bersih, cocok untuk budidaya ikan.
Rencananya ada budi daya ikan sidat, nila, dan patin. Tetapi
yang paling utama sidat karena memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi. Kandungan gizinya juga lebih banyak dibandingkan ikan Salmon.
Selain itu, Ikan Sidat ini hanya mau hidup di air yang bersih dan ekosistem Jopuro memenuhi syarat tersebut. Bahkan disana sudah diresmikan berdirinya Kampung Sidat, yang dikembangkan Pemkab Banyuwangi berkolaborasi dengan TNI AL.
Selain itu, Ikan Sidat ini hanya mau hidup di air yang bersih dan ekosistem Jopuro memenuhi syarat tersebut. Bahkan disana sudah diresmikan berdirinya Kampung Sidat, yang dikembangkan Pemkab Banyuwangi berkolaborasi dengan TNI AL.
Pemkab Banyuwangi sudah menebar ribuan bibit ikan di areal persawahan Dusun Jopuro sebagai program mina padi. Dengan dibatasi jaring, ikan-ikan itu tumbuh semakin
besar di sela-sela tanaman padi. Nantinya ikan-ikan tersebut bisa dipanen dan
dijual kepada pengunjung.
2. Kampung Gurami Desa Sukomaju-Srono
Aneka keripik berbahan ikan Gurami, ada rasa original, pedas manis dan extra pedas dengan merk GUeRAME (via https://www.instagram.com/guerame.id) |
Sejak era 90-an, Desa Sukomaju sudah dikenal sebagai sentra
ikan gurami. Banyak warganya yang hidup dari usaha budidaya ikan gurami,
ini terlihat di hampir setiap rumah terdapat petak-petak kolam ikan.
Sempat meredup pada 2004 gara-gara pemasaran yang kurang
baik dan beralih menanam cabai. Namun sejalan dengan berkembangnya pariwisata di Banyuwangi,
restoran dan hotel kian menjamur, permintaan ikan gurami meningkat. Usaha
budidaya gurami di Desa Sukamaju kembali bergairah.
Untuk mengembalikan kejayaan Desa Sukamaju sebagai penghasil
gurami, pada April 2018 diresmikan Resto Pawon di Kampung Gurami.
Resto Pawon ini ini sebenarnya merupakan rumah penduduk di sekitar
Kampung Gurami yang membuka jasa warung, khusus olahan ikan Gurami.
Berbagai olahan ikan gurami, mulai dari gurami bakar khas
Banyuwangi, gurami rica, gurami asam manis, pecel gurami, bakso gurami hingga rujak gurami, bisa dinikmati langsung di rumah
penduduk.
Di Kampung Gurami ini, pengunjung juga bisa melihat bagaimana
budidaya gurami dikembangkan, sekaligus berkonsultasi langsung dengan
pembudidaya ikan.
Tak hanya itu, pengunjung juga bisa menangkap ikan di kolam,
bakar ikan sendiri, menikmati masakan olahan gurami atau membeli bibit ikan gurami.
Jangan lupa membawa pulang oleh-oleh keripik gurami yang diberi merk GUeRAME. Keripik dari olahan daging gurami ini tersedia dalam beberapa varian rasa, yaitu original, pedas manis dan ekstra pedas yang siap menggoyang lidahmu.
Jangan lupa membawa pulang oleh-oleh keripik gurami yang diberi merk GUeRAME. Keripik dari olahan daging gurami ini tersedia dalam beberapa varian rasa, yaitu original, pedas manis dan ekstra pedas yang siap menggoyang lidahmu.
3. Keramba Koi Waduk Lecari
Waduk Lecari Gambiran akan dikembangkan sebagai sentra ikan Patin Banyuwangi (via https://www.kabarbanyuwangi.info) |
Dusun Sumberejo, Desa Wringinagung, Kecamatan Gambiran,
Banyuwangi memiliki potensi berupa Waduk Lecari. Waduk ini diplot menjadi
destinasi wisata baru di Banyuwangi.
Waduk Lecari akan dikembangkan menjadi Wisata Apung Indah Lestari. Di tahap awal telah dibangun keramba
berisi ikan koi yang disediakan untuk edukasi anak-anak.
Di luar keramba, juga telah ditebar 23 ribu ekor bibit ikan
patin sebagai program restocking tebar ikan terkendali (barkanli). Sebab
nantinya waduk Lecari diproyeksikan menjadi sentra ikan Patin di Banyuwangi.
Konsep dasar Wisata Apung Indah Lecari adalah wisata
terapung. Pihak pengelola menyiapkan perahu wisata, kerambah, kuliner warung
tepi sungai dan warung terapung dengan menu khas kuliner olahan ikan patin.
Termasuk kelengkapan sarana dan prasarana permainan air dan transportasi air.
Di lokasi ini, wisatawan bisa berkeliling waduk dan melihat
aktivitas masyarakat dengan menggunakan perahu. Setelah itu bisa mampir ke
warung-warung terapung di sekitar waduk, untuk mencicipi kuliner ikan patin.
Di waduk Lecari juga disiapkan keramba-keramba ikan di
sekitar sungai. Keramba merupakan salah satu tempat pemeliharaan ikan dengan
mengoptimalkan manfaat perairan umum untuk budidaya ikan.
Keramba berupa bambu dengan ukuran yang bervariasi untuk
digunakan sebagai tempat budi daya ikan. Untuk keramba dijadikan budidaya ikan
koi, yang bisa dijadikan edukasi pada anak-anak.
4. Selokan Cantik Desa Jajag
Selokan di Desa Jajag disulap jadi tempat pemeliharaan ikan air tawar (via Kompas.com) |
Wibi Untoro, (44) Ketua Kelompok Pembudidaya Mina Jajag
mulanya jengkel dengan kebiasaan masyarakat yang masih membuang sampah ke
saluran irigasi atau selokan.
Bersama warga sekitar yang ada di Desa Jajag, Kecamatan
Gambiran, Kabupaten Banyuwangi, kemudian disepakati untuk mengeruk lumpur dan
sampah, hingga kedalaman 70 centi meter, kemudian ditebar benih ikan air tawar.
Total ada 4 selokan yang berhasil direvitalisasi. Tiga buah
selokan berada di Dusun Krajan, satu di Dusun Bulusari. Belasan ribu bibit ikan yang terdiri dari nila, tombro dan koi ditebar di 4 selokan tersebut. Untuk menjaga ikan tidak lepas, di setiap pembatas parit diberi jaring agar ikan tetap
berkumpul.
Setelah selokannya bersih dan terdapat banyak ikan, warga turut
menjaga dan tidak lagi membuang sampah di selokan.
Agar suasana kian asri, warga bergotong-royong membuat
gubuk-gubuk peneduh dipinggir selokan, menanam tanaman dan membuat rumah baca
berisi literasi budidaya ikan air tawar sebagai bahan bacaan warga dan
anak-anak.
Masyarakat juga membuat gubuk-gubuk kecil dan menanami
tanaman peneduh di pinggir selokan, sehingga membuat suasana kian asri.
Disediakan juga perpustakaan kecil yang berisi buku-buku
tentang budidaya ikan air tawar, untuk bahan bacaan warga dan anak-anak.
Gerakan warga ini didukung pemerintah desa dengan mengeluarkan
peraturan desa yang mengatur pelarangan warga untuk melakukan penyetruman,
menjala ikan, dan penggunaan obat-obatan di sepanjang irigasi sungai desa.
Perdes tersebut juga mengatur tentang pengawasan oleh warga
agar tidak membuang sampah di irigasi. Setiap dusun ada 5 warga yang ditunjuk
menjadi pengawas.
Kini selokan cantik yang dikelola oleh kelompok masyarakat
pengawas dan kelompok pembudidaya ikan Desa Jajag, Kecamatan Gambiran ini, menjadi
tempat wisata edukasi bagi masyarakat umum dan siswa-siswi sekolah.
Banyak anak-anak yang datang untuk bermain ikan sambil
memberi makan, termasuk wsatawan yang mampir untuk belajar budidaya ikan air
tawar.
Letak selokan yang berada di pinggir jalan raya memungkinkan siapa saja untuk berhenti sejenak dalam perjalanannya, sekedar istirahat, refreshing sambil memberi makan ikan dan sekaligus belajar tentang budidaya ikan air tawar. Ide yang menarik, bukan?
5. Desa Wisata Sungai Kaliploso
Suasana Festival Kaliploso dan sungai yang bersih (via Youtube) |
Warga Desa Kaliploso, Kecamatan Cluring, Banyuwangi boleh
bangga akan kebersihan sungainya. Tingginya kesadaran warga untuk menjaga
kebersihan sungai, dibuktikan dengan terpilihnya Desa Kaliploso sebagai juara Festival Kali Bersih yang digelar Pemkab Banyuwangi.
Sungai Kaliploso yang letaknya di tengah sawah terlihat
bersih, oleh warga desa airnya digunakan sebagai saluran irigasi untuk mengairi
sawah. Hebatnya lagi, sungai di desa ini memiliki tata ruang yang alami tanpa bangunan di tepinya.
Selain kebersihan sungai dan saluran irigasi, Desa Kaliploso
memiliki banyak potensi lain. Di desa tersebut banyak terdapat sentra UMKM, seperti
pembuatan krupuk gambir dan jari, peyek berukuran jumbo, kue klemben, dan
berbagai makanan olahan dari buah naga.
Selain itu, hasil pertanian agro Desa Kaliploso juga tak
bisa diremehkan. Warga setempat aktif mengolah produk turunan dari pertanian
agronya. Semisal Kue Klemben, rasanya sudah macam-macam, ada yang rasa jeruk
dan buah naga. Bahkan mereka punya andalan puding buah naga atau puding telur
rasa jeruk.
Namun, potensi terbesar di desa ini adalah kekompakan
warganya. Secara swadaya warga desa mampu menggelar Festival Kaliploso yang bertujuan
memamerkan dan menjual produk-produk UMKM di bantaran sepanjang sungai.
Dengan potensi ini, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas
pun menjadikan desa ini sebagai desa wisata untuk mengangkat ekonomi
kerakyatan. Salah satunya lewat kegiatan Pasar Kuliner.
Kreativitas warga Desa Kaliploso menggelar Festival Peyek Ombo, menciptakan peyek berukuran jumbo (via Timesjatim.com) |
Bayangkan, sambil memancing di pinggir sungai yang bersih, pengunjung bisa menikmati kelezatan aneka kuliner khas Desa Kaliploso.
6. Kampung Lele Kedayunan
Aneka olahan berbahan ikan Lele (via Detik.com) |
Potensi ikan air tawar lain yang sedang dikembangkan di Banyuwangi adalah ikan Lele. Bagi Anda penggemar ikan bersungut ini, jangan lewatkan untuk mengunjungi Kampung Lele di Dusun Krajan, Desa Kedayunan, Kecamatan Kabat, Banyuwangi.
Di Desa Kedayunan terdapat 52 kelompok pembudidaya ikan
(pokdakan) Gandrung Lele yang terbentuk tahun 2017 lalu. Masyarakat setempat
tak hanya punya kolam dan membudidayakan lele saja, tapi juga mengolah aneka
makanan berbahan dasar lele.
Mulai dari plecing lele, perkedel lele, lele bakar, hingga
dendeng lele kelapa. Juga ada lele kothok kemangi pedas, mangut lele, lele
bumbu acar, pepes lele selimut ontong, lele pedas, dan lele sambal kemangi
dikembangkan sebagai diversifikasi pangan berbahan lele.
Termasuk mengolah masakan sejenis unagi Kabayaki dari daging
lele fillet, yang biasanya dibuat dari daging unagi atau sidat.
Bupati Banyuwangi Azwar Anas mengapreasiasi lahirnya Kampung
Lele di Desa Kedayunan. Ibu-ibu kampung lele pun didorong agar membangun brand kuliner
spesial dari lele.
Letak Desa Kedayunan yang dilewati jalan raya dan dekat
dengan Kota Banyuwangi sangat strategis bagi pengunjung luar kota untuk mampir
dan menikmati kuliner khas Kampung Lele.
Apalagi Kabat yang bakal memiliki ikon ruang terbuka hijau
(RTH) Kedayunan yang didesain dengan konsep futuristik oleh arsitek
kenamaan, Yori Antar.
Keberadaan kuliner, kata Anas, menjadi kekuatan dan daya
tarik tersendiri jika digabungkan dengan kesenian.
Nantinya, warga setempat bisa memanfaatkan RTH ini untuk
mengadakan bazar kuliner dan pentas seni rutin setiap malam minggu. Pengunjung
bisa menyaksikan sambil menikmati kuliner nasi hangat lele dan hidangan serba
lele lainnya, semacam food street begitu.
Itulah 6 desa di Banyuwangi yang menjadikan potensi budidaya ikan air tawar sebagai daya tarik destinasi wisata. Bukan tak mungkin nantinya akan disusul desa lain dengan ciri khas masing-masing.
Pengembangan perikanan air tawar yg luar biasa , semangat masyarakat ut memanfaatkan SDA patut di apresiasi . Mantap . 👍👍👍🙏
BalasHapus