Banyuwangi Kota Digital -Secara geografis, letak Kabupaten Banyuwangi di Pulau Jawa
memang paling jauh dari Ibukota Jakarta, namun tingkat melek lare Osing
(sebutan orang Banyuwangi) di bidang teknologi informasi tidak kalah dengan
daerah perkotaan lain. Bahkan tertinggi di Indonesia! Anda boleh tidak percaya,
tapi fakta yang berbicara.
Pada 9 Maret 2013 secara resmi Kabupaten Banyuwangi
meluncurkan program Banyuwangi digital
society (B-Diso). Digital society (diso)adalah program
rintisan PT Telkom untuk membuka akses kemudahan telekomunikasi internet bagi
masyarakat.
Banyuwangi terpilih sebagai kota pertama di Indonesia yang
mengimplementasikan konsep digital society sekaligus menjadi kabupaten
percontohan nasional program digital society oleh PT Telkom. Aries Yahya (ketika itu), Direktur utama PT Telkom menyatakan, saat ini Banyuwangi adalah kabupaten dengan jaringan wi-fi dan ekosistem digital terlengkap dan terbesar di Indonesia. Dengan digital society Banyuwangi bisa disejajarkan dengan kota-kota besar di belahan dunia.
Mengapa Telkom
Memilih Banyuwangi ?
PT Telkom memilih Banyuwangi sebagai percontohan nasional
karena dinilai mempunyai pertumbuhan ekonomi yang cepat. Kabupaten paling ujung
timur Jawa Timur ini menempati rangking ke-3 di Jatim sebagai tempat tujuan
investasi.
Program digital society merupakan program
nasional PT Telkom untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi Indonesia melalui
penetrasi internet. Berdasarkan riset, peningkatan penetrasi internet sebesar
10 persen di sebuah daerah mampu mendongkrak pertumbuhan ekonomi sebesar 1,38
persen.
Menurut statistik, pertumbuhan ekonomi kabupaten Banyuwangi
mencapai 7.18 persen pada tahun 2012, diatas rata-rata pertumbuhan ekonomi
nasional yang sebesar 6.2 persen di tahun yang sama.
Data Bank Indonesia menyebutkan pada 2012, simpanan
masyarakat (dana pihak ketiga/DPK) di perbankan Banyuwangi meningkat sekitar
23,5 persen menjadi Rp 4,2 triliun dan tingkat pertumbuhan simpanan masyarakat
melampaui pertumbuhan rata-rata seluruh Jatim yang hanya 16 persen.
Sementara untuk penyaluran kredit meningkat sekitar 18,5% menjadi Rp 5,7 triliun pada 2012 dan lebih tinggi dari sejumlah kota/kabupaten lain di Jatim.
Sebaliknya tingkat kredit macet (non performing
loan atau NPL) perbankan di Banyuwangi hanya 2,32 persen. Jauh di
bawah batas maksimal BI sebesar 5 persen.
Kabupaten Banyuwangi menduduki peringkat ke-11 dari
daftar 50 kabupaten/kota terkaya se-Indonesia tahun 2012 yang dirilis oleh
Warta Ekonomi Edisi 12 Tahun 2012. Sedangkan untuk tingkat propinsi Jawa Timur,
Banyuwangi menduduki nomor dua terkaya
setelah Kota Surabaya yang menduduki peringkat ke-2 kabupaten/kota terkaya se
Indonesia.
Diluar faktor ekonomi, program Banyuwangi Digital Society
juga tidak terlepas dari visi pemimpinnya. Abdullah Azwar Anas yang menjabat
bupati Banyuwangi sejak 2010 mempunyai keyakinan
bahwa masa depan dimiliki oleh mereka yang menguasai teknologi informasi.
Karena itu harus disiapkan sebagai bagian dari human investment untuk menuju
masyarakat berbasis pengetahuan. Bagaimanapun diakui, instrumen teknologi
informasi dan komunikasi (TIK) adalah kebutuhan wajib untuk menghadapi
tantangan zaman.
Ada keyakinan klasik bahwa mereka yang menguasai pengetahuan dan informasi akan mampu menggenggam masa depan. Contoh sederhana saja, kita bisa mengakses perkembangan teknologi terbaru dari berbagai cabang ilmu pengetahuan melalui internet dan hal itu bisa dimanfaatkan oleh para pelajar, mahasiswa, dan warga Banyuwangi, kata Anas.
Menyambut D-Diso, Bupati Banyuwangi Azwar Anas mengatakan,
internet berperan peran sebagai instrument untuk meningkatkan kualitas kehidupan,
karena itu infrastruktur digital dibangun dan dikembangkan sedemikian rupa.
"Melalui Banyuwangi Digital Society, kami ingin
teknologi informasi dan komunikasi menjadi instrumen untuk meningkatkan daya
saing masyarakat yang nantinya bermuara pada peningkatan kesejahteraan
sosial-ekonomi warga setempat," kata Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar
Anas.
Pada kesempatan lain ia mengatakan :
Tidak banyak daerah yang menyadari pentingnya aspek
teknologi informasi dan komunikasi (TIK) bagi pengembangan wilayahnya. Padahal,
dengan instrumen TIK, daerah bisa mempercepat peningkatan pergerakan ekonomi
lokal yang bakal bermuara pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Digitalisasi daerah juga akan semakin mengefisienkan kehidupan publik.
Dalam dunia yang semakin tanpa batas, borderless, semua orang bisa mengakses pengetahuan, mencari inspirasi bisnis, hingga mengembangkan dunia usaha melalui internet. Masyarakat harus memanfaatkan instrumen TIK secara positif untuk meningkatkan kualitas kehidupan sosial-ekonominya," ujar Anas.
Menurut Anas, infrastruktur teknologi informasi dan
komunikasi menjadi perhatian penting Pemkab Banyuwangi, tidak hanya
infrastruktur jalan, jembatan, pelabuhan, jalur kereta api, dan bandara.
Pokoknya kami ingin teknologi ini menjadi pilar bagi pengembangan Banyuwangi ke depannya. Infrastruktur bukan hanya jalan, jembatan, pelabuhan, dan bandara, tapi juga infrastruktur teknologi, " kata Anas.
Saat ini infrastruktur TIK menjadi salah satu prioritas
pembangunan di Banyuwangi.
Infrastruktur TIK berada di urutan lima besar fokus pembangunan Banyuwangi, selain infrastruktur jalan, jembatan, pelabuhan dan bandara, kata Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Banyuwangi, Agus Siswanto.
Konsekuennya, porsi belanja TIK terus naik sejak
perencanaannya dicanangkan di 2008.
Saat ini kurang lebih mencapai 10 miliar per tahun, sudah termasuk belanja jaringan dan lain-lain. Untuk belanja bandwidth-nya saja 1,5 miliar, 200 mbps itu bisa menjangkau kecamatan-kecamatan," lanjut Siswanto.
Bagi kami, dengan jarak yang jauh antar daerah, untuk meningkatkan pelayanan kendaraannya harus IT. WiFi bagi Banyuwangi adalah kebutuhan, bagaimana agar warga terkoneksi dengan dunia luar, kata Anas.
Banyuwangi tidak memiliki jalan tol (fisik), tapi kami punya jalan tol dunia maya. Teknologi informasi memberi dampak positif, mulai dari bidang pendidikan, e-budgeting di pemerintahan, sampai e-zakat," pungkas Anas.
Ketika melihat tekad kuat Pemkab Banyuwangi mengembangkan
B-Diso, Tifatul Sembiring yang kala
itu Menkoinfo, mengibaratkan Banyuwangi sedang membangun “jalan tol” di dunia
maya. Saat meresmikan B-Diso ia sempat berseloroh :
Kabupaten Banyuwangi sedang mengubah istilah dunia magis menjadi dunia maya
Ungkapan tersebut mengacu pada citra Kota Banyuwangi yang sempat
dikenal sebagai kota magis dengan budaya kleniknya (santet). Meski itu
hanya gurauan dan telah menjadi bagian dari masa lalu, tapi berkat penetrasi teknologi
internet, perlahan tapi pasti mindset
masyarakat Banyuwangi telah berubah menjadi teknologi minded dan siap menjadi bagian dari masyarakat digital dunia.
Target awal 10 ribu wifi di Banyuwangi sampai akhir 2014
memang tidak tercapai, tapi jumlah wifi di Banyuwangi tetap terbanyak di
Indonesia. Dengan predikat sebagai kota yang paling banyak memiliki wifi,
sekarang, julukan yang pantas disematkan untuk Kabupaten Banyuwangi adalah Kota seribu wifi. Berkat pencangan
sebagai kabupaten digital society, di Banyuwangi telah terpasang lebih 1000
titik lebih wifi diberbagai tempat umum.
Total sampai triwulan pertama 2015, di Banyuwangi sudah
dibanguni 1500 titik WiFi yang tersebar di taman-taman terbuka, sekolah,
puskesmas, kantor pemerintahan hingga tempat ibadah seperti mesjid, gereja dan
pura.
Banyuwangi Smart Kampung
Kabupaten Banyuwangi adalah kota kabupaten terluas di Pulau
Jawa, dimana jarak menjadi masalah besar dalam pelayanan publik. Karena itu untuk mengatasi kendali jarak antar daerah, jalan
keluarnya dengan mengimplementasikan IT.
Dengan IT, Bupati Azwar Anas ingin mengoptimalkan seluruh
potensi sumberdaya yang dimiliki Kabupaten Banyuwangi, termasuk pengembangan
SDM. Kecanggihan teknologi informatika dimanfaatkan untuk menunjang pelayanan
publik, baik untuk kesehatan, pendidikan, ekonomi, administrasi kependudukan, keagamaan
khususnya pembayaran zakat, dan tentunya
promosi pariwisata.
Bekerjasama dengan PT Telkom, Bupati Anas pun mengembangkan
konsep Smart Kampung dengan membagi dalam 7 fokus, yaitu Smart Economy, Smart Mobility, Smart People, Smart Environment, Smart
Living, Smart Governance, dan Smart Farming. Bupati Anas lebih suka
menggunakan istilah Smart Kampung daripada Smart City, karena Banyuwangi
bukanlah kota besar, sehingga istilah kampung dirasa lebih tepat.
Berkat pemanfaatkan IT Banyuwangi berkembang menjadi kampung
digital yang mengutamakan pelayanan publik yang efisien.
Dengan TI, kita bisa efisien. Bisnis jadi mudah. Cari ilmu gampang. Promosi wisata efektif. Akhirnya kesejahteraan meningkat. Sekarang pendapatan per kapita Banyuwangi sudah Rp 21,84 juta, kita melampaui daerah-daerah lain di Jatim yang sebelumnya unggul seperti Jember dan Malang, kata Anas.
Di bidang layanan publik, Banyuwangi punya program bayi
lahir pulang bawa akta kelahiran. Ada 45 puskesmas dan 10 rumah sakit yang
melayani program ini, semua prosesnya gratis.
Di bidang ekonomi, penerapan "SMS Gateway" dan
instrumen TI lainnya memberi stimulus bagi dunia usaha sehingga investasi juga
meningkat.
Perizinan usaha naik dari 363 pada 2012 menjadi 5.490 pada
2013, dengan nilai investasi naik Rp1,19 triliun menjadi Rp3,24 triliun.
Di bidang pendidikan ada aplikasi komunitas pendidikan terpadu
atau yang disebut dengan SIAP online dan perpustakaan online. Sudah ada 81% SMP dan 90% SMA sederajat di Banyuwangi yang terkoneksi internet.
Di bidang pariwisata, Pemkab Banyuwangi membuat aplikasi
sistem operasi berbasis android, Banyuwangi in your hand, untuk mempromosikan wisata daerah secara
efektif.
Selain itu, di sektor kesehatan, ada program Sistem
Informasi Jaringan Elektronik Mendukung Pelayanan Optimal Kesehatan Banyuwangi
yang disingkat "Si Jempol Wangi" untuk memudahkan pelayanan di rumah
sakit, selain juga ada "One Call Service 118" untuk layanan ambulans
gawat darurat.
Program Digital Society ini telah membawa Banyuwangi dua
kali berturutan mendapatkan penghargaan di ajang Indonesia Digital Society
Award (IDSA) 2013 dan 2014. Banyuwangi dinilai sukses menerapkan TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) untuk
menunjang pelayanan publik, melampaui seluruh kabupaten se-Indonesia.
Banyuwangi, the real
digital society
Sejak konsep digital society digagas, jumlah pengakses WiFi
di Banyuwangi terus tumbuh. Keberadaan koneksi internet benar-benar
dimanfaatkan oleh warga untuk mengakses berbagai informasi sesuai dengan
kebutuhan masing-masing. Hasilnya pun tak sia-sia. Laros Banyuwangi dinyatakan
sebagai jawaranya pengakses wifi di Indonesia.
Kepala Kantor Daerah Telekomunikasi Banyuwangi, PutroDewanto, mengatakan, berdasarkan hasil evaluasi pada 2013, tingkat penggunaan
wifi Banyuwangi tertinggi di Indonesia. Rata-rata pengguna mencapai 114 user
per accesspoint. Pemakai tertinggi masih berada di kota Banyuwangi. "Angka
ini mengalahkan pengguna di kota-kota besar lainnya," ujarnya.
Pada 2014, rata-rata pengakses WiFi 290.682 per bulan.
Triwulan pertama 2015, jumlahnya naik jadi 384.283. Pertumbuhan signifikan
terjadi dari 2013 ke 2014. Padahal pada 2013, jumlah total pengakses WiFi baru
94.737.
"Data Telkom triwulan pertama 2015, jumlah rata-rata
pengakses WiFi Telkom per bulan di Banyuwangi meningkat 132% dibandingkan tahun
lalu," kata Agustinus Suko, Kasi TI Dishub Kominfo Banyuwangi.
Dan terbukti kalangan terpelajarlah yang paling dominan
memanfaatkan internet. Ini tentu bukan kabar baru, tapi tahukah Anda institusi
pendidikan mana yang paling akrab dengan dunia internet? Bukan di Jakarta atau
kota besar lainnya. Tapi sekolah itu ada di Banyuwangi!
Ya, predikat sebagai pengguna terbesar internet adalah SMKN1 Banyuwangi. Sekolah ini mendapat penghargaan dari PT Telkom sebagai sekolah
pengguna wifi tertinggi se-Indonesia, melampaui kota besar lainnya. Berdasarkan
data PT Telkom, SMKN 1 Banyuwangi menjadi pengguna wifi tertinggi, dengan
jumlah pengguna mencapai 3765 user per bulan.
Di sekolah ini telah tersedia 20 titik akses wifi yang
tersebar di seluruh penjuru sekolah dengan jaringan internet sebesar 12,512
MBPS, dengan rincian dari Telkom sebesar 10 MB, jaringan pendidikan nasional
(jardiknas) 512 KB, dan dari operator swasta 2 MB.
Tingginya penggunaan wifi di sekolah ini karena para guru biasa
memberikan tugas kepada siswa lewat wifi. Di sekolah yang terletak di Kecamatan
Giri ini sejak masuk semester 2, setiap siswa wajib punya laptop. Tak heran sekolah ini menyabet predikat sebagai sekolah pengguna wifi tertinggi di Indonesia.
Digitalisasi di Banyuwangi telah membawa perubahan besar dalam dalam pola pikir dan kebiasaan warganya. Setiap hari taman-taman dan tempat terbuka di Banyuwangi yang telah terhubung oleh 1.500 titik wifi dipenuhi warga yang selain bersantai, juga asyik mengakses internet dengan gadget dan laptopnya masing-masing. Digitalisasi bukan hanya sukses menghapus kendala jarak antar daerah di
Banyuwangi, tapi juga makin mendekatkan warga Banyuwangi sebagai bagian
dari masyarakat digital global. (TS)
Warga Banyuwangi sedang menikmati wifi gratis di Taman Sayuwiwit. (foto : Detik.com) |
0 komentar:
Posting Komentar