Bank Sampah Banyuwangi - Di banyak daerah sampah dianggap kotor, jorok, mengganggu
pemandangan dan disingkiri. Padahal mau tak mau setiap hari orang harus berhadapan dengan
sampah yang nota bene merupakan material sisa baik dari hewan, manusia, maupun
tumbuhan yang tidak terpakai lagi.
Dimana-mana tumpukan sampah menjadi masalah tanpa solusi. Tapi berbeda dengan
pandangan Pemkab Banyuwangi. Di daerah yang terkenal dengan sebutan Kota
Gandrung ini, limbah sampah menjadi berkah. Alih-alih memusuhinya, limbah sampah dilihat sebagai
sebuah peluang.
Pembuatan kompos Bank Sampah Banyuwangi (sumber: www.republika.co.id) |
Di sini sampah dikelola secara serius sehingga memberi nilai tambah, dan
bukannya malah menjadi masalah lingkungan.Untuk menangani sampah, pemkab Banyuwangi
mendirikan bank sampah.
Kantor Bank Sampah dan Inovasi Persampahan Banyuwangi terletak di jalan Letkol Istiqlah no. 63 Banyuwangi. Di tempat yang berada di area yang di bekas rumah dinas sekertaris daerah
Kabupaten Banyuwangi tersebut, dilakukan aktivitas terkait manajemen persampahan
mulai dari pendataan, penukaran sampah, pembuatan pupuk kompos hingga produksi
ekonomi berbahan baku barang bekas.
"Sampah bukan masalah, justru sampah bisa membawa berkah. Ini kegiatan yang mulia dan luar biasa, sampah tidak hanya barang sisa yang tak berguna, tetapi bisa menjadi barang yang bernilai ekonomi tinggi," kata Bupati Abdullah Azwar Anas, saat meresmikan kantor baru Bank Sampah dan Inovasi Persampahan di kawasan Kelurahan Penganjuran, Banyuwangi, Selasa (11/8/2015).
Aktivitas produksi kerajinan dari sampah di Kantor Bank Sampah Banyuwangi (sumber : www.republikasonline.co.id) |
Dengan adanya bank sampah ini, lanjut Anas, masyarakat bisa
semakin peduli pada sampah, membiasakan mengumpulkan sampah dan memilah sampah
kering dan basah. Selain untuk mengurangi volume sampah, ini juga bisa membuat
lingkungan sekitar menjadi lebih bersih dan sehat. "Sekaligus gerakan ini
menjadi konsolidasi budaya hidup bersih dan sehat," ujarnya.
Sejatinya Bank Sampah Banyuwangi sendiri sudah ada sejak
April 2012, namun belum punya kantor sendiri dan belum terintegrasi dengan
aktivitas manajemen persampahan lainnya. Dengan adanya kantor baru yang terintegrasi,
maka aktivitas manajemen persampahan tentunya akan lebih efektif.
Kantor Bank Sampah Banyuwangi (foto : Twitter @a_azwarnas) |
"Bank sampah memiliki tujuan awal untuk mewujudkan
Banyuwangi yang bersih dan hijau, dengan mengusahakan sampah dapat dijadikan
sesuatu yang memiliki nilai ekonomis melalui inovasi pengolahan sampah terpadu
lewat 3R (Reuse, Recycle, Reduce). Di tempat ini kegiatan yang dilakukan
mengolah sampah menjadi barang yang bermafaat, seperti tas dari bungkus
deterjen, tempat tisu, dan sampah organik dijadikan pupuk kompos," kata
Arief Setiawan, Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kabupaten
Banyuwangi, Rabu (12/8/2015) sebagaimana dikutip dari laman Republika.co.id.
Fasiltas yang ada di bank sampah sendiri antara lain, kantor
pelayanan nasabah, tempat menukar sampah dengan uang, tempat memilah sampah
baik organik maupun nonorganik. Selain itu, ada mesin pencacah, fasilitas
kesehatan, pabrik pupuk organik/kompos, pabrik pupuk nonorganik, tempat
pengolahan kerajinan sampah daur ulang atau 3R, dan tempat
pembibitan.
Dalam sehari bank sampah ini mampu menerima hingga 2 ton
sampah nonorganik. Sedangkan untuk sampah organik hingga 4 meter kubik yang
bisa bisa diolah menjadi kompos.
Dari awal berdiri hingga saat ini bank sampah telah
berkembang. Tercatat tabungan masyarakat terus bertambah hingga Rp 300 juta
dari awalnya dulu hanya Rp 3 juta. Petugas berhasil mencatat tabungan nasabah
dari hasil penukaran sampah antara Rp 500 sampai Rp 1 juta. Nasabah bank
sampah hingga saat ini telah mencapai 523 nasabah dari masyarakat dan dasa
wisma, dan 77 nasabah dari lembaga sekolah tingkat PAUD hingga SMA.
Keuntungan lain menjadi nasabah bank sampah adalah bisa
berobat gratis ke dokter yang menjadi mitra kerja pemerintah, yaitu dokter
Bintari Wuryaningsih. Caranya mudah, yaitu hanya dengan menujukkan buku
tabungan bank sampah, nasabah bisa langsung periksa gratis ke dokter Bintari
yang praktik di Jalan Agus Salim.
AWAL DKP MERINTIS
BANK SAMPAH
Sejak 2012 lalu DKP Banyuwangi telah mencanangkan tekad “MERDEKA
DARI SAMPAH”, bahkan menargetkan bahwa pada tahun 2014 Banyuwangi bebas darisampah. Tekad tersebut dilatarbelakangi data besarnya volume sampah yang
dihasilkan warga Banyuwangi.
Berdasarkan data tahun 2011, penduduk Banyuwangi yang mencapai 246.339 jiwa
berpotensi memproduksi 492 meter kubik sampah setiap hari. Untuk mengangkut
sampah sebanyak itu dibutuhkan armada 35 truk dengan rotasi dua kali sehari,
padahal saat itu DKP Banyuwangi hanya punya 9 truk sampah. Oleh sebab itu,
untuk mengurangi volume sampah yang diangkut ke tempat pembuangan sampah akhir
(TPSA), DKP melaksanakan program pemilahan sampah melalui kader lingkungannya.
Caranya adalah setiap
sampah yang dihasilkan setiap rumah tangga, harus dipilah oleh warga yang
membuang sampah. Antara sampah kering dan sampah basah dipisahkan dan diletakkan
pada tempat tersendiri.
Sampah basah dikelola menjadi pupuk, sementara yang kering
bisa dikembangkan menjadi bahan daur ulang yang bisa dimanfaatkan, seperti
bungkus detergen bisa dibuat topi atau tas. Lalu, bekas sedotan plastik
bisa dibuat bunga hias atau lainnya. Dengan begitu, DKP Banyuwangi punya harapan, sampah tidak akan menggunung, perlahan tapi
pasti Banyuwangi Merdeka dari Sampah akan bisa tercapai.
Petugas Bank Sampah Banyuwangi dengan armada motor box sampah. (sumber : www.beritadefacto.blogspot.com) |
Selain itu DKP Banyuwangi juga mengajak mengajak siswa
Sekolah Dasar (SD) untuk peduli soal sampah melalui program Tabungan Lingkungan. Pelaksaannya pada setiap hari Sabtu
para siswa diminta untuk membawa sampah ke sekolah. Lalu, pada hari yang sama
tepat pukul 6.30 WIB, petugas dari DKP akan mengambil sampah yang telah
terkumpul tersebut.
Di situ juga petugas akan melakukan pemilahan terhadap
sampah organik dan anorganik dan langsung ditimbang beratnya. Setelah
ditimbang, sampah organik langsung dibawa ke rumah kompos terdekat untuk
diolah. Sedangkan sampah anorganiknya akan dijual. Di kecamatan Banyuwangi
ada 4 rumah kompos yang tersebar di kelurahan Kampung Ujung, Karangrejo, Sobo
dan Kebalenan.
Pengambilan sampah nasabah kelompok binaan masyarakat dan sekolah (sumber : www.dkp.banyuwangikab.go.id) |
Satu minggu kemudian, petugas DKP akan datang kembali ke
sekolah-sekolah untuk mengembalikan sampah organik dalam bentuk kompos agar
bisa dimanfaatkan. Sedangkan sampah anorganik akan diganti dengan uang sesuai
timbangannya. Dari uang hasil timbangan sampah akan digunakan untuk
menambah pembelian pupuk atau bunga yang ada disekolah tersebut.
Menurut Kepala Sekolah SDN Kebalenan, Hj Setianingsih,
program tabungan ini sangat bermanfaat bagi sekolah, karena
sampah tidak lagi menumpuk, malahan bisa menghasilkan uang tambahan dan pupuk
kompos. Setianingsih mengaku pupuk
kompos yang diberikan digunakan untuk memupuk tanaman di halaman sekolah.
Sedangkan hasil uangnya digunakan untuk mendukung kegiatan green and
clean di sekolah.
Sementara itu bagi Nadia
Maghriza, siswa kelas IX SMPN 5 Banyuwangi, yang selama ini rajin ikut
mengelola sampah di rumahnya, mengaku sangat senang karena buku tabungan Bank Sampah
miliknya telah mencapai Rp 500 ribu. Dia rutin mengumpulkan sampah yang ada di
rumah maupun di sekolah untuk dipilah dan ditukar menjadi uang di Bank Sampah
Banyuwangi (BSB). Uang tersebut kemudian digunakannya untuk membeli buku
pengetahuan.
Sampah adalah masalah bersama. Pemecahannya harus melibatkan semua elemen masyarakat. Jika tidak, hasilnya tidak akan maksimal. Kita bisa belajar dari Pemkab Banyuwangi. Menangani isu sampah dengan mendirikan Bank Sampah adalah solusi cerdas Pemkab Banyuwangi dalam mewujudkan lingkungan yang bersih dan sehat. Dimana seluruh elemen warga Banyuwangi bersinergi dengan perannya masing-masing. Keren kan? (TS)
0 komentar:
Posting Komentar