Wisata Banyuwangi - Banyuwangi EthnoCarnival (BEC) adalah suatu karnaval tahunan Banyuwangi yang unik dan spektakuler.
Karnaval ini mempresentasikan adat tradisional asli Banyuwangi. Ratusan pemain
memakai kostum menarik berdasarkan tema-tema karnaval yang berbeda setiap
tahunnya.
Banyuwangi dikenal memiliki kekayaan seni budaya tradisional yang sangat luar biasa. Hal itu ditunjukkan dengan masih banyaknya ritual dan upacara adat maupun event-event budaya yang dilaksanakan oleh masyarakat. Berangkat dari kekayaan khasanah seni budaya tersebut, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi membuat satu kemasan seni budaya tradisional dalam sebuah event yaitu BANYUWANGI ETHNO CARNIVAL (BEC), suatu event budaya yang diharapkan mampu menjembatani modernisasi seni budaya lokal yang selama ini tumbuh kembang dalam kehidupan masyarakat Banyuwangi menjadi sebuah event dalam bentuk parade berskala Internasional tanpa harus merubah nilai-nilai yang sudah berkembang dan tumbuh di dalam masyarakat baik spirit maupun filosofinya.
Banyuwangi dikenal memiliki kekayaan seni budaya tradisional yang sangat luar biasa. Hal itu ditunjukkan dengan masih banyaknya ritual dan upacara adat maupun event-event budaya yang dilaksanakan oleh masyarakat. Berangkat dari kekayaan khasanah seni budaya tersebut, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi membuat satu kemasan seni budaya tradisional dalam sebuah event yaitu BANYUWANGI ETHNO CARNIVAL (BEC), suatu event budaya yang diharapkan mampu menjembatani modernisasi seni budaya lokal yang selama ini tumbuh kembang dalam kehidupan masyarakat Banyuwangi menjadi sebuah event dalam bentuk parade berskala Internasional tanpa harus merubah nilai-nilai yang sudah berkembang dan tumbuh di dalam masyarakat baik spirit maupun filosofinya.
BEC juga merupakan wadah pemacu kreatifitas generasi muda untuk menuangkan gagasan-gagasan unik dan menarik serta memvisualisasi gagasan yang berlatar etnik dan tradisi dalam bentuk dan kemasan artistik yang spektakuler, sebagai apresiasi terhadap nilai budaya lokal sehingga dapat memiliki daya tarik tersendiri dalam meningkatkan kecintaan masyarakat terhadap budaya lokal maupun sebagai sajian yang sangat menarik bagi wisatawan yang berkunjung ke Banyuwangi.
WAKTU PELAKSANAAN BEC
Penyelenggaraan BEC waktunya tidak selalu sama setiap tahunnya. Tapi berdasarkan pengalaman sebelumnya, waktu pelaksaan BEC berlangsung antara bulan September - November. Sedangkan tempatnya berlangsung di sepanjang jalan protokol kota Banyuwangi.
PERBEDAAN BEC DAN JFC
Banyuwangi Ethno Carnival (BEC) seringkali dilihat sebagai peniruan dari ajang sejenis di Jember, yaitu Jember Fashion Carnival (JFC). Memang harus diakui ide awal BEC tidak berlepas dari sukses JFC. Namun ada perbedaan mendasar diantara keduanya, yaitu terletak pada kekuatan konsep dan tema. Konsep BEC berakar dari kesenian tradisional yang tidak dimiliki oleh JFC. BEC menjadi jembatan antara kesenian tradisional dengan modern supaya lebih bisa diterima di panggung internasional.
Penyelenggaraan BEC selalu mengusung tema kebudayaan lokal. Ketika karnaval lain sibuk menarik tema dari "luar" ke "dalam", Banyuwangi malah sebaliknya, yaitu menggali apa yang dimiliki di ”dalam” untuk diperkenalkan ke ”luar”. Upaya mengangkat kebudayaan lokal adalah sebagai bentuk investasi kebudayaan kepada generasi muda agar bisa menyerap dan memahami makna filosofis yang ada di setiap tradisi masyarakat.
”Kita
sering bertanya berapa investasi untuk membangun gedung, tapi mengabaikan
investasi kebudayaan yang sangat penting untuk memperkokoh fondasi bangsa ini"
Bupati Banyuwangi,
Abdullah Azwar Anas.
BEC 2011 adalah karnaval Banyuwangi Ethno Carnival
yang pertama kali digelar di Banyuwangi, dengan mengangkat tema ''Gandrung,
Damarwulan dan Kundaran". Ketiganya merupakan kesenian tradisional asli
Banyuwangi. Dari tiga kesenian tradisional itulah, peserta BEC kemudian
melakukan modifikasi kostum sehingga tampil lebih kontemporer.
Peserta BEC 2011 berasal dari hasil seleksi berbagai
sekolah dan instansi yang ada di Kabupaten Banyuwangi. Total ada 420 peserta.
Setelah lolos seleksi, mereka mengikuti workshop untuk dilatih cara membuat
kostum dan berjalan dipanggung peragaan busana. Para peserta yang tampil rata-rata butuh waktu
2-3 minggu untuk mengkreasi costum yang mereka pakai di acara karnaval budaya
pertama tersebut.
BEC 2011 digelar pada hari Minggu, 22 Oktober 2011.
Acara dibuka oleh pagelaran Tarian Gandrung Banyuwangi. Tarian Gandrung awalnya
merupakan tarian sakral yang dipercaya telah ada sejak jaman Majapahit. Gandrung
berasal dari Bahasa jawa yang berarti cinta atau terpesona. Tarian ini
mengandung maksud sebagai ungkapan cinta kepada Dewi Sri atau dewi kesuburan
karena telah memberikan kesejahteraan pada masyarakat agraris Banyuwangi.
Pada acara pembukaan tersebut, penari yang tampil
sejumlah 119 orang dari berbagai kalangan, mulai dari kalangan pelajar sampai
dengan para penari senior. Kostum kreasi mereka didominasi warna hitam dan
merah.
Kostum Damarwulan |
Salah satu kostum terbaik Damarwulan |
Penampilan terakhir adalah kesenian Kundaran. Tarian ini muncul sejak pengaruh Islam masuk ke Banyuwangi. Pada awalnya para penari Kundaran adalah pria, namun dalam perkembangannya Kundaran ditarikan oleh wanita memakai pakaian gemerlap dengan gerak tari dinamis namun masih tampak keislamannya. Kreasi kostum Kundaran menonjolkan warna oranye, hijau dan merah. Selain warna, tidak ada perbedaan mencolok pada kreasi kostum ketiga tema tersebut. Sebagian besar kostum sama-sama memakai mahkota dan modifikasi bagian sayap.
Kostum terbaik untuk tema Kundaran. |
Kostum Kundaran original. |
Penyelenggaraan BEC yang kedua ini dilaksanakan pada
18 November 2012, dengan mengusung tema Re-Barong
Using, yakni kostum peserta memakai pernak pernik barong khas Using
(Banyuwangenan). Tema Re-Barong berarti menggambarkan bahwa Barong yang akan
ditampilkan berbeda dari aslinya. Peserta dibagi menjadi 3 defile yakni. Defile
barong merah, barong kuning dan barong hijau. Ada juga tamu dari Jember
Fashion Carnaval yang ikut ambil dalam event kali ini.
Biasanya orang mengenal barong sebagai kesenian Bali. Namun di Banyuwangi juga ada sebuah kesenian Barong, yaitu Barong Using atau juga disebut Barong Kemiren. Meskipun mirip, tetapi Barong Banyuwangi berbeda dengan Barong Bali. Barong Using memiliki bentuk mirip Barong Bali hanya saja bentuknya lebih kecil. Bentuk mukanya seperti serigala, bermahkota dan bersayap di bagian kanan-kiri dengan paduan warna merah, kuning dan hijau. Sedangkan Barong Bali lebih besar dan tidak punya sayap. Kesenian Barong biasanya dimainkan dalam bentuk teater rakyat yang sering ditanggap untuk pernikahan dan sunatan. Selain itu di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Banyuwangi dikenal ritual upacara adat yang bernama Barong Ider bumi, yaitu ritual bersih desa yang dilangsung pada hari kedua setelah lebaran yang dilakukan oleh masyarakat suku Osing/using di desa tersebut.
Barong merah |
Barong kuning |
Barong Hijau |
Banyuwangi Ethno Carnival III dilaksanakan pada 7
September 2013, mengusung salah
satu budaya di Banyuwangi yakni, "The Legend of Kebo-keboan". Budaya Kebo-keboan ini berasal dari Desa
Alasmalang, Banyuwangi.
Ritual kebo-keboan dilakukan sebagai wujud doa dan
pengharapan agar hasil panen bisa melimpah. Ritual itu telah berkembang di
Banyuwangi selama ratusan tahun. Dalam masyarakat agraris, kerbau (water buffalos)
mempunyai posisi spesial. Kerbau merupakan rekan kerja
dan harapan bagi petani. Tidak seperti ternak (livestock) lain seperti
sapi yang dikonsumsi dagingnya, kerbau selalu dianggap hewan yang membantu
kemakmuran dan ketahanan pangan petani melalui tenaganya. Sehingga kerbau
memperoleh status penting dan perlakuan khusus ketika masa tanam
Kebo-keboan merupakan sebuah ritual masyarakat lokal
Banyuwangi yang berisi doa dan permohonan
kepada Tuhan agar sawah mereka subur dan panen berlangsung sukses. Dalam ritual
itu, sejumlah orang didandani seperti kerbau yang merupakan simbolisasi mitra
petani di sawah untuk menghalau malapetaka selama musim tanam hingga panen.
Ritual kebo-keboan telah berkembang di Banyuwangi
selama ratusan tahun. Dalam masyarakat agratis, kerbau (water buffalos)
mempunyai posisi spesial dalam masyarakat agraris, yaitu merupakan rekan kerja
dan harapan bagi petani. Berbeda dengan ternak lain seperti sapi yang
dikonsumsi dagingnya, kerbau selalu dianggap hewan yang membantu kemakmuran dan
ketahanan pangan petani melalui tenaganya. Sehingga kerbau memperoleh status
penting dan perlakuan khusus ketika masa tanam
Kebo-keboan sejak lama telah menjadi bagian dari hidup
dan kehidupan masyarakat lokal Banyuwangi, terinternalisasi menjadi bagian dari
tradisi dan kearifan lokal dalam menjaga kualitas lingkungan. Tema Kebo-keboan
sengaja diusung untuk menunjukkan bahwa tradisi bisa bersanding secara harmonis
dengan kehidupan modern.
Tema kebo-keboan yang menginspirasi BEC III di bagi
menjadi tiga sub tema yakni kebo geni, kebobayutirto, dan kebo bumi. Kebo geni menggambarkan semangat,
motivasi, amarah, dan kepahlawanan. Kebo
bayu tirto menggambarkan kehidupan dengan tiga warna dominan, yakni hitam,
silver, dan putih. Kebo bumi yang
menggambarkan tentang kesuburan warna dominannya hitam dan emas.
Sebanyak 300 talent berparade di jalanan sepanjang 3
kilometer mengelilingi kota Banyuwangi. Para talent berjalan diiringi musik
etnik khas Banyuwangi yang dikolaborasikan dengan musik modern. Puluhan ribu
warga dan wisatawan memadati jalanan yang disulap menjadi catwalk untuk para
peserta karnaval.
KEBO GENI
KEBO BAYU TIRTO
KEBO BUMI
E
Banyuwangi Ethno Carnival 2014 : THE MYSTIC DANCE OF SEBLANG
Pada tahun 2014 ini penyelenggaraan BEC memasuki tahun ke-
4, yang akan mengangkat tema budaya dan tradisi lokal yang kental dengan nuansa
mistis yaitu Tari Seblang. Tari Seblang merupakan tarian ritual tertua di Banyuwangi dan telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Nasional oleh pemerintah pusat.
Seblang (sebele
ilang) atau sialnya hilang adalah salah satu ritual upacara adat masyarakat suku
Using Banyuwangi, Ritual Seblang ini sebagai wujud rasa sukur atas rezeki yang
melimpah dan untuk menolak bala (bencana). Ritual Seblang ini dapat dijumpai di
dua tempat yaitu di Kelurahan Bakungan dan Desa Olehsari kecamatan Glagah
Kabupaten Banyuwangi.
Penari Seblang Olehsari dimainkan oleh seorang perempuan
muda selama 7 hari secara berturut – turut yang dilaksanakan satu minggu
setelah idulfitri. Sedangkan Seblang Bakungan dimainkan oleh perempuan tua
(yang sudah manapouse) selama satu malam dilaksanakan seminggu setelah idul
adha. Tarian akan mengikuti alunan gending / lagu dari sinden dengan mata
tertutup dan dalam keadaan tidak sadarkan diri.
Prototipe kostum dengan tema Seblang. |
Nuansa magic yang masih kental dari ritual adat Seblang ini
akan divisualisasikan dalam bentuk parade karnaval yang berjuluk BEC (
Banyuwangi Etno Carnival ). Dari tema sentral Seblang tersebut aka dibagi
menjadi tiga sub tema yaitu :
- Seblang Olehsari yang di identikkan dengan warna hijau pada pakaian dan omprok (tutup kepala) yang dihiasi daun pelepas pisang menutupi sebagian wajahnya.
- Seblang Bakungan yang diidentikan dengan warna merah pada pakaian, omprok (penutup kepala) yang dihiasi kain yang menutupi sebagian wajahnya, serta keris sebagai gaman (senjata).
- Porobungkil adalah hasil bumi, biasanya berupa buah-buahan yang diminta oleh seseorang yang akan menjadi seblang, yang akan dikreasikan kedalam bentuk karya busana modern.
Banyuwangi Ethno Carnival 2014 dengan tema Seblang berlangsung pada 22 November 2014. Sebanyak 500 peserta berparade di beberapa jalan utama di Banyuwangi. Sebagai masterpiece BEC 2014 adalah performance 300 gandrung dan peserta karnaval dengan kostum terpanjang. Dengan menggunakan sayap, peserta karnaval ini juga menggunakan gaun sepanjang 300 meter. Bersama dua orang pengawal, gaun panjang itu kemudian dibawa oleh 300 gandrung dan berjalan di depan para undangan.
image source : Google
Kemudian, dilanjutkan dengan penampilan peserta BEC 4 2014. Sebanyak 200 peserta, mereka turut serta memamerkan konstum yang dirancang khusus di ajang ini.Ada yang memasang berbagai ornamen mirip buah-buah di sekitar mahkota kepala sebagai tanda syukur atas hasil panen yang melimpah.
Pagelaran BEC 4 2014 ini dihadiri undangan antara lain Dubes Amerika Serikat untuk Indonesia, Robert O Blake Jr., Konsul Jenderal AS di Surabaya, Joaquin F. Monseratte, Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa, dan Menteri Pariwisata Arief Yahya.
Penonton BEC 2014 membludak. |
Dimana kita bisa dapet info lebih tentang BEC, min?
BalasHapusApa ada situs resminya?
soalnya pengen tahu perubahan kunjungan wisman semenjak ada BEC
Situs resmi BEC sepertinya sudah tidak aktif. Tahun ini BEC diselenggarakan pada 17 Oktober 2015.
HapusWaw keren ya... gak kalah sama JFC di Jember. BEC masih oktober ya, masih lama. Kalau gitu bulan ini menikmati Bulan berkunjung ke Jember aja deh... Selain BEC ada acara apa lagi yang menarik di Banyuwangi?
BalasHapussiiip banyuwangi.. jenggirat tangi
BalasHapusselamat sore min, saya sedang melakukan skripsi dan tertarik ingin membahas mengenai BEC ini. kira2 adakah kontak yang bisa saya hubungi untuk bertanya lebih lanjut mengenai event BEC ini dan sekiranya bersedia untuk menjadi narasumber saya? terima kasih sebelumnya min.
BalasHapusAnda bisa menghubungi Disbudpar Banyuwangi di Jl. Jenderal Ahmad Yani No.78, Taman Baru, Kec. Banyuwangi, Kabupaten Banyuwangi, Telepon: (0333) 424172.
Hapus