Lokasinya tidak jauh dari kawasan hutan mangrove Bedul maupun Pantai Trianggulasi. Dari Bedul ke Pantai Ngagelan bisa dicapai dengan menyewa perahu selama 2 jam. Dari Pantai Trianggulasi jaraknya 7 km ke arah barat, bisa dicapai dengan berjalan kaki. Sedangkan bagi pengunjung yang khusus mengunjungi Pantai Ngagelan, dari pusat kota Banyuwangi, jaraknya sekitar 70 km yang bisa dicapai dengan sepeda motor maupun mobil, masuk dari pintu gerbang Taman Nasional Alas Purwo.
Keindahan Pantai Ngagelan |
Pantai Ngagelan luasnya 19km |
Ombak Pantai Ngagelan yang berada di laut selatan termasuk besar. |
Warga sekitar Alas Purwo lebih suka menyebut Pantai Ngagelan sebagai Pantai Marengan. Jika Anda masuk melalui gerbang Alas Purwo, dari Pos Rowo Bendu jaraknya sekitar 5km atau ditempuh sekitar 30 menit berjalan kaki, jalan yang dilalui cukup eksotis, karena di kanan-kiri perjalanan terdapat pepohonan tinggi yang subur. Topografi Pantai Ngagelan tidak berbeda dengan pantai lain yang membentang sepanjang bibir pantai selatan Alas Purwo.
Selain keindahannya, Pantai Ngagelan juga merupakan tempat penangkaran telur penyu. Pantai Ngagelan berada di Samudera Hindia dan tempat penangkaran penyu di pantai ini dikelola oleh Balai Taman Nasional Alas Purwo (TNAP). Balai TNAP memiliki fasilitas penangkaran penyu mulai penetasan telur dan empat kolam penangkaran tukik. Jenis penyu yang ditangkarkan antara lain Penyu Abu-abu, Penyu Hijau, Penyu Sisik dan Penyu Belimbing. Diantara empat jenis penyu tersebut yang paling dominan di pantai ini adalah Penyu Lekang atau Abu-abu.
Tukik penyu Abu-abu |
Hamparan pasir pantai yang bersih ditambah dengan kombinasi hutan mangrove dan hutan tropis yang hijau dan alami membuat Pantai Ngagelan dijadikan lokasi bertelur penyu-penyu. Pada bulan April-Juni saat angin dari timur membawa udara hangat ke pesisir Pulau Jawa,penyu dari laut jawa akan mendarat ke bibir pantai Ngagelan. Siklus cuaca ini menjadi salah satu faktor penyu untuk melakukan persalinan.
Ketika kita memasuki area Pantai Ngagelan akan merasakan ombak yang begitu besar hingga membuat area pantai seakan-akan diselimuti kabut yang sebenarnya merupakan percikan air dari ombak. Sulit rasanya membayangkan tukik yang demikian kecil itu harus berjuang masuk ke laut dengan melewati ombak yang bahkan menghempaskan badan manusia.
Berbeda
dengan kura-kura yang menghabiskan hidupnya di air tawar dan darat, penyu
menghabiskan hidupnya di laut. Mereka mampu mengarungi lautan yang luas dengan
bantuan anggota tubuh yang termodifikasi memipih menjadi semacam sirip.
Penyu
memiliki siklus hidup yang panjang, rata-rata untuk mencapai kedewasaan
membutuhkan waktu 30 tahun. Mereka melakukan perkawinan di laut, namun untuk
peneluran dan penetasannya mereka membutuhkan daratan (pantai). Penyu betina
akan naik ke pantai jika waktu bertelur telah tiba, mengubur sarang telur,
membuat sarang tipuan, dan kembali ke laut. Mereka naik pada malam hari untuk
menghindari predator maupun gangguan-gangguan lain.
Telur akan
menetas sekitar 8 minggu tergantung untuk masing-masing spesies. Jenis kelamin
(seperti pada umumnya reptil) ditentukan oleh suhu sarang. Suhu yang lebih
tinggi 3-4 derajat akan membuat telur berjenis kelamin betina. Saat telur
menetas, tukik (sebutan untuk anak penyu), akan berjuang naik ke permukaan
sarang pasir dan menuju laut. Yang tidak dapat keluar dari sarang akan mati
tertimbun atau dimakan pemangsa antara lain biawak (Varanus salivator) dan Babi Hutan (Sus scrova).
Ketika tukik
berhasil keluar dari sarang, pemangsa lain menunggu, diantaranya musang, gagak,
camar (Haliatus leucogaster), dan manusia. Jika mereka keluar terlalu siang
suhu permukaan pasir akan memanas, mereka bisa mati kelelahan atau dehidrasi.
Karena situlah pelalar malam, yakni para penjaga pos Ngagelan, bertugas
memindahkan telur-telur tersebut dari sarang asli ke tempat pembinaan populasi
penyu semi alami (di tanam kembali ke sarang buatan). Hal tersebut bertujuan
untuk mengurangi resiko tingkat kematian tukik pasca peneluran.
PENETASAN TELUR PENYU SECARA SEMI ALAMI
Penyu bertelur pada malam hari. Ketika penyu sudah bertelur, penyu akan kembali ke laut. Kemudian petugas Balai TNAP mengambil telur tersebut untuk ditetaskan. Tempat penetasan telur dikelilingi pagar untuk menghindari pencurian.
Penangkaran penyu di Pantai Ngagelan dilakukan oleh 6 orang petugas yang berjaga secara bergantian. |
Pengunjung berkesempatan memegang tukik. Saat menetas tukik-tukik ini langsung ditaruh di dalam kolam. Setelah 3 bulan mereka pun siap dilepas ke lautan. |
Para petugas Pos Ngagelan siap memberikan informasi tentang kehidupan penyu secara lengkap untuk para pengunjung. |
Para pengunjung Pantai Ngagelan bisa melihat aneka foto-foto penyu di papan informasi. |
Jika Anda ingin melihat penyu bertelur secara alami, Anda harus menunggu sampai pukul 23.00. Inilah waktu yang tepat karena air laut mulai sampai di bibir pantai, dan punyu sudah bersiap bertelur. Meskipun bertelur pada malam hari, namun bila banyak terdapat orang di pantai, penyu-penyu tersebut tidak akan mendarat.
Pelepasan tukik ke lautan. |
Tips berwisata di Ngagelan:
1. Jangan mengambil apapun, termasuk tumbuhan dan benda
lain, karena akan merusak ekosistem yang ada.
2. Sebaiknya membawa kamera atau ponsel yang berkamera karena banyak momen yang bisa diabadikan.
3. Bawalah bekal yang cukup, karena jarak pantai ngagelan dari pos Rowo bendo (warung dan pusat makanan) mencapai 5 Km.
4. Berilah tip untuk guide, karena mungkin anda membutuhkan berbagai informasi yang dibutuhkan untuk kegiatan wisata Anda.
2. Sebaiknya membawa kamera atau ponsel yang berkamera karena banyak momen yang bisa diabadikan.
3. Bawalah bekal yang cukup, karena jarak pantai ngagelan dari pos Rowo bendo (warung dan pusat makanan) mencapai 5 Km.
4. Berilah tip untuk guide, karena mungkin anda membutuhkan berbagai informasi yang dibutuhkan untuk kegiatan wisata Anda.
0 komentar:
Posting Komentar